NovelToon NovelToon
Salah Kamar

Salah Kamar

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Cinta setelah menikah / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Wardha

Salah masuk kamar, berujung ngamar ❌ Niat hati ingin kabur dari Juragan Agus—yang punya istri tiga. Malah ngumpet di kamar bule Russia.

Alizha Shafira—gadis yatim piatu yang mendadak dijual oleh bibinya sendiri. Alih-alih kabur dari Juragan istri tiga, Alizha malah bertemu dengan pria asing.

Arsen Mikhailovich Valensky—pria dingin yang tidak menyukai keributan, mendadak tertarik dengan kecerewetan Alizha—si gadis yang nyasar ke kamarnya.

Siapa Arsen sebenarnya? Apakah dia pria jahat yang mirip seperti mafia di dalam novel?

Dan, apakah Alizha mampu menaklukkan hati pria blasteran—yang membuatnya pusing tujuh keliling?

Welcome to cerita baper + gokil, Om Bule dan bocil tengilnya. Ikutin kisah mereka yang penuh keributan di sini👇🏻

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wardha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagaimana dengan anak?

Ruang makan keluarga Mikhailovich terasa megah sekaligus hangat, membuat Alizha merasa nyaman. Meja panjang dari kayu ek berukir dipenuhi hidangan khas Rusia—borscht merah tua mengepul, daging panggang dengan saus krim, salad kentang, dan roti hitam tebal yang aromanya memenuhi ruangan.

Alizha duduk di samping Arsen, masih terlihat canggung dengan sendok garpu di tangannya. Tatapannya bergantian antara makanan dan wajah keluarga yang kini mulai lebih ramah.

Mikhail tersenyum cerah sambil menunjuk ke mangkuk besar di hadapan mereka. "This is borscht. Beet soup. Very famous in Russia." (Ini borscht. Sup bit. Sangat terkenal di Rusia.)

Alizha menatap warna merah pekat itu dengan ragu. "Ehm ... warnanya seperti darah," gumamnya lirih dalam bahasa Indonesia.

Arsen yang duduk di sebelahnya langsung menahan tawa. "Makan saja, Baby goat. Itu bukan darah. Itu sayuran."

Alexei terkekeh dari seberang meja. "Apa yang dia bilang?"

Arsen menatap santai. "Dia memuji sup kalian."

Alizha mendelik pelan. "Mister! Saya bilang warnanya kayak darah!" bisiknya jengkel.

Arsen mencondongkan tubuhnya, menatapnya dengan senyum jahil. "Kalau kamu terus protes, saya bisa bantu suapi biar cepat habis."

Tatapan itu membuat Alizha langsung diam. Ia buru-buru mencicipi supnya, menahan rasa malu. Ternyata rasanya cukup enak, asam segar dengan aroma khas bawang dan krim.

Melihat ekspresi puas di wajah Alizha, Mikhail langsung semangat menambahkan lauk lain. "You like it? Try this one—pelmeni!" katanya sambil meletakkan mangkuk berisi pangsit daging rebus di depan Alizha.

"Thank you," ujar Alizha sopan.

Alexei menimpali dengan cepat. "You should eat with sour cream, like this." (Kau harus makan dengan krim asam, seperti ini.) Ia menambahkan satu sendok besar krim ke piring Alizha.

Alizha menatap piringnya dengan bingung. "Semuanya pakai krim, ya?"

Arsen menahan senyum. "Selamat datang di Rusia. Di sini, krim itu seperti sambal di Indonesia."

Mikhail tertawa keras. "Sambal?"

Alexei ikut menirukan logat Arsen, "Sambal!" lalu mereka berdua terbahak-bahak.

Arsen melotot ke arah adik-adiknya. "Sudah cukup. Jangan ganggu dia makan."

Alexei malah semakin menggoda. "Kami hanya mencoba membuatnya nyaman, Kak. Atau kau takut kami lebih disukai?"

Mikhail menambahkan cepat, dengan nada genit yang ceria, "If she needs a Russian tutor, I can help. For free." (Kalau dia butuh guru bahasa Rusia, aku bisa bantu. Gratis.)

Tatapan Arsen seketika berubah dingin. Ia menaruh sendoknya perlahan di atas meja dan menatap dua adiknya seperti singa menilai siapa yang siap jadi mangsa pertama.

"Mikhail," suaranya datar tapi jelas mengandung peringatan. "Saya rasa dia tidak perlu guru privat lain. Dia sudah punya saya."

Mikhail menelan ludah, lalu pura-pura sibuk dengan makanannya. "I was just joking."

Alexei ikut menunduk, tapi tidak bisa menahan tawa. "You’re so possessive, Brother."

"Protective," koreksi Arsen dengan nada dingin. "Not possessive."

Namun nada tegas itu justru membuat semua yang duduk di meja menahan senyum. Termasuk Alizha, yang berusaha menyuap pelmeni sambil menunduk. Dalam hati ia menahan tawa, tapi juga sedikit deg-degan. Arsen memang berbahaya kalau sedang serius.

Ibu Arsen yang sejak tadi mengamati mereka akhirnya bicara lembut, mencoba menenangkan suasana. "Arsen, sayang. Tidak apa-apa kalau adikmu bercanda. Mereka hanya ingin mengenalnya lebih baik."

Arsen menoleh pelan. "Saya tahu, Ibu. Tapi kadang candaan mereka melewati batas sopan di depan istri orang."

Mikhail mendongak cepat, "Hei, itu bukan maksudku!"

Alexei mengangkat tangan. "Alright, alright. Kami menyerah. No flirting with your wife."

Arsen mendengus pelan tapi tetap memegang tangan Alizha di bawah meja, seolah mempertegas ucapannya.

Alizha mencubit pelan tangan suaminya. "Mister, jangan begitu. Mereka cuma bercanda," bisiknya pelan.

Arsen menatapnya sekilas, lalu membalas dengan nada rendah yang nyaris seperti gumaman. "Saya tidak suka ada laki-laki lain yang membuatmu tertawa selain saya."

Kalimat itu membuat pipi Alizha memanas. Ia buru-buru menunduk, sementara Mikhail dan Alexei saling tatap penasaran.

Alexei memecah keheningan, kali ini dengan nada lembut. "So, Alizha, tell us. How did you meet our brother?"

Pertanyaan itu membuat Alizha langsung panik. Ia menoleh ke Arsen seperti minta tolong.

Arsen dengan santainya meneguk air mineral, lalu menjawab dalam bahasa Rusia. "Sluchayno. Sud’ba." (Kebetulan. Takdir.)

Ayahnya mengangkat alis. "Sud’ba?"

"Da," jawab Arsen tegas. (Ya.)

Semua menatapnya dengan berbagai ekspresi—antara penasaran dan tidak percaya.

Sementara itu, Alizha cuma bisa melirik Arsen. "Mister, kamu ngomong apa barusan?"

Arsen menoleh pelan, senyum miringnya muncul lagi. "Saya bilang kamu adalah takdir saya."

Kalimat itu diucapkan datar, tapi efeknya luar biasa.

Pipi Alizha langsung merona, sementara Mikhail dan Alexei bersuit pelan. Ibu Arsen menutup mulutnya, menahan senyum haru, dan ayahnya hanya menggeleng kecil sambil meneguk teh hangatnya.

"Sudah lama saya tidak melihatmu bicara seperti itu, Arsen," komentar sang ayah dengan nada lembut. "Tampaknya gadis ini memang membawa sisi lain dari dirimu."

Arsen menatap ayahnya dengan tenang. "Mungkin, karena untuk pertama kalinya, saya ingin seseorang melihat saya bukan sebagai pewaris Mikhailovich, tapi sebagai seorang pria yang benar-benar jatuh cinta."

Semua terdiam. Suasana yang tadinya riuh mendadak hening, hanya terdengar suara lembut jam dinding yang berdetak di balik ruangan besar itu.

Ibu Arsen menatap mereka berdua lama, lalu tersenyum kecil. "Kalau begitu, Ibu akan percaya padamu, Nak. Tapi jagalah dia baik-baik. Gadis ini terlalu manis untuk dunia kita yang keras."

Arsen menunduk hormat. "Saya berjanji, Bu."

Alizha hanya menatap semua orang itu dengan bingung. Ia tidak mengerti semua bahasa mereka, tapi perasaan di dadanya terasa hangat. Ia tahu, tanpa benar-benar memahami kata-katanya, bahwa sesuatu sedang berubah di meja makan itu.

Alexei lalu berdehem pelan, mencoba menghidupkan kembali suasana. "So ... anyone wants dessert? Mama made honey cake!"

Mikhail bersorak kecil. "Medovik! My favorite!"

Alizha tersenyum lega. Akhirnya suasana kembali mencair. Ia melihat Arsen menatapnya lembut sebelum menyuapkan sepotong kue madu ke piringnya sendiri.

"Eat, Baby goat," ujarnya pelan. "Kau sudah berjuang keras hari ini."

"Kalau setiap perjuangan dapat hadiah kue, saya rela deh setiap hari berjuang," balas Alizha sambil tersenyum kecil. "Tidak rugi juga memperjuangkan beruang Rusia ini," batinnya.

Arsen tertawa sekilaa. "Hati-hati. Saya bisa buatmu berjuang lebih keras lagi nanti malam."

Alizha langsung tersedak, membuat Mikhail dan Alexei menatap penasaran. Ibu Arsen mengerutkan kening. Karena hanya dia yang sedikit paham bahasa mereka.

Arsen buru-buru pura-pura terbatuk. "Saya bercanda, Bu."

Tapi semua sudah tahu—candaan pria itu selalu punya makna yang ganda.

Dan Alizha cuma bisa menatapnya jengkel, sementara Arsen tampak puas.

Selesai makan siang, suasana meja makan keluarga itu kembali heboh. Aroma makanan masih menggantung di udara, diselingi tawa kecil dari Ibu Arsen yang tampak puas melihat menantunya mulai lebih rileks.

Alizha duduk di sisi Arsen, menunduk sopan setiap kali sang ibu atau ayahnya menatap. Tapi ketika semua piring sudah nyaris kosong, Ibu Arsen bersandar santai dan menatap mereka dengan senyum penuh arti.

"Jadi ... bagaimana dengan program anak kalian?" tanyanya, menyimpan rasa ingin tahu.

Alizha ngah ngoh. Tatapannya langsung berpindah ke Arsen dengan mata melebar. Sementara itu, Arsen malah terlihat sangat tenang—terlalu tenang.

"Bu, kami sudah membicarakannya," sahut Arsen santai sambil tersenyum sopan. "Tapi belum saatnya."

Alizha menatapnya bingung, tidak paham apa yang tadi dikatakan karena ibunya Arsen berbicara dalam bahasa Rusia. Ia mencondongkan tubuh sedikit, berbisik pelan, "Mister, ibu bilang apa tadi?"

Arsen menoleh cepat, lalu menjawab dengan ekspresi datar tapi matanya memancarkan kepanikan. "Dia tanya ... soal kita punya anak secepatnya."

"A—apa?!" Alizha hampir memekik tapi menutup mulutnya cepat-cepat. Wajahnya merah padam.

Ibu Arsen justru terkekeh kecil, mengira reaksi Alizha karena malu. Ia menatap suaminya dengan tawa lembut. "Lihat? Gadis ini pemalu sekali, ya, Arkadi."

Ayah Arsen mengangguk pelan sambil menatap Arsen penuh arti. "Setidaknya kamu pilih perempuan yang sopan. Tapi jangan lama-lama menunda, Arsen. Kami ingin mendengar tangisan vnuk (cucu) sebelum tahun berganti."

Arsen nyaris meneguk airnya terlalu cepat. "Ayah, tolong, ini bukan saatnya untuk membahas itu," ujarnya dalam bahasa Rusia, antara malu atau mungkin sengaja mengalihkan.

Alizha memandangi mereka bergantian, hanya bisa pasrah mendengar kalimat cepat-cepat dalam bahasa asing itu. Yang ia tahu hanya intonasinya berubah dari serius menjadi akrab, lalu sesekali ada tawa kecil.

"Boleh kalian menginap malam ini," kata Ayah Arsen kemudian, suaranya berwibawa namun semakin terdengar ramah. "Masih banyak yang ingin kami bicarakan."

Arsen langsung menolak halus. "Terima kasih, Ayah, tapi tidak malam ini. Alizha butuh istirahat. Ini baru malam kedua setelah kami tiba."

"Tapi—" sang ibu hendak memotong, namun Arsen sudah berdiri, tersenyum dengan sopan. "Besok kami ke sini lagi. Saya janji, Bu."

Nada tegas Arsen membuat ayahnya hanya menghela napas sambil tersenyum tipis. "Baiklah, kalau begitu." Dia tahu, putra tertuanya ini memang tidak suka diatur.

Sementara itu, dua adiknya ikut berdiri. Mereka sempat saling pandang, lalu Alexei tersenyum lebar. "Kalau begitu, besok kalian harus benar-benar datang lagi, nevestka (kakak ipar). Kami akan siapkan hidangan khas Rusia untukmu," ujarnya ramah.

"Ya, dan jangan takut sama Arsen," timpal Mikhail dengan nada bercanda. "Dia memang kelihatan galak, tapi sebenarnya tidak bisa berbuat apa pun kalau ibu sedang marah."

"Sudah, Mikha," potong Arsen cepat, menatap adiknya dengan tatapan protektif. Ia kemudian merangkul pundak Alizha lembut. "Ayo, kita pulang."

Senyumnya tipis, tapi tangannya menggenggam tangan Alizha erat seolah melindungi dari serangan lelucon keluarga yang terlalu hangat itu.

Alizha sempat melirik ke belakang, melihat ibu dan ayah Arsen tersenyum, sementara kedua adiknya melambai ramah. Ia hanya membalas dengan anggukan canggung.

"Ya Allah, kenapa aku punya dua adik ipar yang tidak kalah gantengnya seperti suami sendiri? Takut banget saya khilaf. Astaghfirullahalazim," batinnya.

1
mimief
wkkwkw
sama y sha
eh kok ikut ikutan
mimief
cute amet si merdka
kirain marah karena masukin orang baru sembarangan
tau ya takut anaknya mainin ank orang
mimief
wkwkwkwk...suaminya kan yg aneh yaa🤣🤣
mimief
lah...kita juga kalau begitu sama...noraknya🤣🤣
D'blacksweet: plot twist, padahal author sendiri yg gak pernah🤣
total 1 replies
mimief
subtitle unyel unyel itu paaan🤣🤦🤦
D'blacksweet: kepalanya diunyelunyel😭
total 1 replies
mimief
jiaaaahhhhhh 🤣
mimief
aahhhh.. kasiaaan
mimief
wkwkwkwk
gemesnya liat mereka
mimief
yg penting keliatan keren🤣🤣🤦
mimief
orang tu koleksi jam ,tas sepatu
lah ini dosa 🤦🤣🤣
mimief
lah...kan mang belum boleh dipegang
haram Bu🤣🤣
mimief
ya..cinta memang ada tanggal kadaluarsa nya
tapi komitmen akan ada selamanya
mimief
sial..
mana bener lagi🤣🤣
money ia not everything
but everything need's money 🤣
mimief
kaya mau ikutan lomba pamer piaraan yaa
didandanin dulu biar cakep🤣🤣
mimief
ga ada yg muat karung nya mba...🤣🤣
mimief
wkwkwkwk
bule gabut
dryadi ngerti juga malah bikin sendiri repot
mimief
lah..tu ngerti kalau lagi dikatain🤣😂
mimief
kalau jajan nya banyak sama makan nya banyak
jangan nyesel ya sir
tidak menerima pengembalian barang Lo..inget itu
mimief
istighfar nya karena apaan sa?
ganteng nya apa galak nya🤣🤣
mimief
dih..yg ga normal kalian
ini di negara mana
mesti tau donk yg punya bahasanya🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!