"Ternyata, orang yang aku kira menyayangi ku, adalah orang yang mengharapkan kematian ku, " ujar jiwa Ciara lurus di atas salju yang dingin.
"Tuhan... jika aku di beri kesempatan untuk hidup kembali, aku mohon Tuhan, ijinkan aku untuk membalas semua rasa sakit ini.. " ujar Ciara kembali.
Cetasss..
Jleederrr..
jleedeerrr..
"Aku tau Tuhan, kau mendengar semua ucapan ku, ".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Makmisshalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-12. Pesta Bunga 3
"Sungguh hanya membuang waktu berharga ku saja, " bisikan-bisikan itu memenuhi ruangan pesta tersebut, namun Ciara tak gentar dan tetap teguh pada pendiriannya.
"Maafkan Kakak saya para Nona, Kakak saya memang sikap nya begitu, tapi saya mohon berikan dia kesempatan, " Sania kembali memainkan peran nya sebagai adik yang baik, padahal kenyataan nya dia menghina Ciara secara tidak langsung.
"Hah.. sungguh Adik yang baik".
"Nona Ciara harus benar-benar bersyukur karna memiliki Adik seperti nya, " kembali bisikan sanjungan untuk Sania terdengar.
Sania tersenyum penuh kemenangan, itu tujuan nya, itu keinginan nya, dia ingin semua orang selalu memandang rendah Ciara.
Mendengar ucapan Sania yang tampak sopan, orang-orang pun berhenti berbisik, kini mereka hanya fokus pada Ciara yang masih tetap saja terdiam.
Ciara terlihat meraba-raba senar Kecapi itu dengan lembut, namun di mata sang pembenci, Ciara menggambarkan orang penuh keraguan.
"Nona Lani, kau adalah orang yang berkuasa di pesta ini, maka aku mohon.. suruh wanita bodoh itu turun dari atas panggung, " ujar kasar Nona Niu tak suka melihat Ciara masih diam saja tampa mau memulai pertunjukan nya.
"Maaf atas ketidaknyamanan nya Nona Niu, kita tunggu beberapa detik lagi, untuk memberikan nya kesempatan, " Lani berbicara demikian bukan karna perduli pada Ciara, melainkan karna dia menjaga hubungan nya dengan Sania.
"Tapi Nona Lani, dia hanya mem..
Ucapan Nona Niu tak dapat di lanjut kan, karna semua orang kini tampak terkejut.
Ciara.. ya Ciara dia memainkan Kecapi dengan begitu baik, alunan suara musik yang di hasilkan Kecapi itu begitu lembut, begitu merdu.
Petikan jari Ciara begitu akurat, hingga ritme suara Kecapi itu membuat orang terlena, terhanyut dalam kenyamanan yang di ciptaan suara dari Kecapi itu.
Alunan Kecapi itu begitu mendayu-dayu, seakan menggambarkan rasa kehampaan, kemarahan, kesakitan, serta kesepian yang Ciara rasakan.
Bahkan beberapa orang tak bisa mengontrol emosinya, ada yang diam mematung, ada yang menutup mata, hingga ada yang berderai air mata.
"Tidak.. tidak, ini tidak mungkin, sejak kapan si bodoh bisa memainkannya, alat musik itu, hanya mendiang Permaisuri saja yang bisa memainkan nya" gumam lirih Sania tak suka melihat penampilan Ciara.
"Gadis nakal.. jadi ini tujuan mu, membungkam mulut-mulut yang selalu mengoceh, tampa mau melihat dulu kenyataan yang sebenarnya, " gumam pelan seorang pria yang tak pernah lepas pandangan dari Ciara.
"Ya Tuhan.. dia begitu hebat ternyata, " ujar heboh sang pengawal.
Ciara terus memainkan Kecapi itu dengan tenang, tanpa memperdulikan semua bisikan orang lain terhadap nya.
Di saat Ciara selesai memainkan permainan Kecapi nya, orang-orang disana masih belum kembali pada kenyataannya, mereka masih terhanyut pada alunan irama Kecapi yang Ciara mainkan.
Prok.. prok.. prok... 2,3,6,10..semua orang di ruang pesta itu tepuk tangan, atas penampilan Ciara yang memuaskan, terkecuali Sania, dia menatap benci penuh amarah pada Ciara.
"Nona Ciara, ini... sungguh luar biasa, aku sebagai tuan rumah, memberikan hadiah special ini kepadamu, karna kamu pantas mendapatkan nya, " ujar Lani yang langsung naik ke atas panggung bersama keluarganya.
Bukan hanya Lani yang memberikan hadiah, melainkan seluruh keluarga besar Zu memberikan hadiah kepada Ciara.
"Terimakasih atas penampilan mu Nona Ciara, aku menyukainya, dan aku terhanyut dalam alunan suaranya, " ujar Nyonya besar Zu.
"Nyonya terlalu memuji, aku hanya ingin ikut meramaikan acara pesta bunga ini, " ujar Ciara merendah.
"Nona Ciara, maafkan sikap ku yang tadi, maaf karna aku meragukan mu, " ujar Lani menyesali sikap nya terhadap Ciara.
"Tak apa-apa Nona Lani, aku mengerti, karna sebelumnya aku memang tak pernah tampil, " ujar Ciara.
"Aduh.. hampir saja aku lupa, bukankah tamu terhormat kita akan memberikan hadiah nya secara langsung, " ujar Lani mengingat pengumuman nya tadi.
"Kau benar sayang, ayo segera umumkan, " perintah Nyonya besar Zu, agar tak membuang waktu.
"Para hadirin yang terhormat, aku hampir saja lupa, bahwa ada orang yang begitu spesial yang hadir di antara kita, dia orang penting, yang kelak akan membawa negara kita makin maju.. mari semuanya kita sambut...
Ucapan Lani di gantung, dan hadir lah Pangeran Jordan di tengah-tengah mereka, dia begitu sangat gagah meski duduk di atas kursi roda, aura kuat nya begitu pekat, menunjukkan kalau dia bukan orang biasa.
"Salam hormat pada Pangeran Jordan, semoga kebagian selalu menyertai Pangeran, " salam hormat itu di ucapkan dengan serempak, setelah mereka mengetahui siapa tamu spesial nya.
"Ya dewa.. bukankah dia orang yang akan menolong Sania waktu itu? jadi dia adalah Pangeran Jordan, suami ku dimasa lalu, tapi kenapa aku tak mengingat wajah nya sama sekali, "monolog Ciara dalam hati, Ciara terkejut bukan main, ternyata setiap pertempuran dengan Pangeran Jordan, bukan hanya kebetulan saja.
"Selamat Nona Ciara, kau telah memenangkan hadiah spesial ini, " ujar Pangeran Jordan menyodorkan satu kado kecil kepada Ciara.
"Terimakasih Pangeran atas hadiahnya, ini adalah anugrah terbesar untuk saya, " Ciara bersujud menerima hadiah indah itu.
"Kurang ajar, seharusnya aku yang mendapatkan semua hadiah itu.. kenapa?kenapa? kenapa malah dia yang kini mendapatkan nya? " gerutu Sania dalam hati kini wajah Sania tampak merah padam, karna menahan amarah yang bergemuruh dalam hatinya.
"Adik.. kesini, lihatlah, Kakak dapat hadiah, ini semua buat Adik, " ujar Ciara bersemangat menghampiri Sania yang berwajah masam.
"Selamat Kakak, kau sangat hebat, aku bangga padamu, " ujar Sania kembali pada sikap lembut nya.
"Wah.. hadiah sebanyak itu dia berikan, ".
"Ternyata rumor itu hanya sebatas rumor, karna pada kenyataannya Nona Ciara begitu pintar, ".
"Mulai sekarang, aku adalah pengagum Nona Ciara, ".
"Aku akan meminta Ibu, untuk melamar Nona Ciara, agar dia menjadi Kakak ipar ku, ".
Ruangan itu menjadi begitu berisik, karna para Nona membicarakan Ciara, di antara mereka pun begitu banyak yang memiliki rencana.
"Gadis nakal.. awas saja, aku akan membuat perhitungan dengan mu, " monolog Pangeran Jordan, dia tak rela jika Ciara di miliki orang lain, karna dari dulu Ciara adalah milik nya, hanya milik nya.
"Adik, ayo kita pulang, aku tak sabar untuk bertemu dengan Bibi, dan memberikan sebagian hadiah ini padanya juga, tak masalah kan Adik jika hadiah nya di bagi dua?" tanya Ciara dengan nada lembut nya.
"Semuanya terserah Kakak, asal Kakak bahagia aku akan selalu mendukung nya, " ujar Sania terus berperan baik.
"Menarik, kau sangat tangguh Adik ku tersayang, hingga kau pandai sekali bersandiwara, " ujar Ciara dalam hati, Ciara tersenyum lembut penuh arti, dan yang memahami senyuman nya hanyalah Pangeran Jordan.
"Aku ingin melihat mu bertahan sayang..
Yah... Bersambung.
lanjut thorr
lanjut up lagi thor💪💪💪💪