Arion Smith & Arsen Zionathan dua keturan dari Erlan Smith dan Maureen. Meskipun keduanya kakak beradik tetapi kehidupan mereka tidaklah sama.
Arion yang mewarisi sifat lembut dari ibunya menjadikannya disukai oleh banyak orang, dan otak cerdasnya membuat semua orang kagum. Bahkan di usia muda namanya sudah dikenal oleh kalangan pembisnis. membanggakan keluarga besar Smith.
Sampai mereka lupa jika masih ada Arsen yang juga perlu mereka perhatian, karena kurang mendapatkan perhatian dan merasa tersisihkan, Arsen memilih jalannya sendiri, diam-diam dia menjadi ketua dari salah satu organisasi yang melawan ayahnya sendiri.
Arion selalu lebih unggul dari Arsen, dalam hal percintaan pun Arsen selalu kalah, bahkan gadis yang dia cintai harus menjadi milik sang kakak.
Sakit hati dan kekecewaannya membuat Arsen terus menentang keluarganya, hanya untuk mendapatkan perhatian.
**
Kelanjutan dari Istri Buta Tuan Mafia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Tiga Pria tampan yang terlihat sangat tangguh, saat ini tengah berjalan-jalan di sebuah mall. Tidak perduli dengan kabar yang beredar tentang apapun yang tengah terjadi. Arsen tetap menikmati kehidupannya.
Sungguh, dia tidak merindukan momen seperti ini, berjalan besama Ayah, kakak dan.. seharusnya ada sang Mommy.
Kehadiran ketiganya menjadi pusat perhatian para pengunjung, tentunya para wanita yang mengagumi pria tampan.
“Mulai operasi malam ini." Ucap Erlan. sambari melirik kearah kedua putranya secara bergantian.
Arsen mengangguk, sementara Arion dia sedikit memiringkan kepalanya.
“Dad, siapa yang harus di operasi?"
Erlan memejamkan matanya untuk sesaat, lalu menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan.
“Arion, bukan saatnya untuk bercanda." Ujar Erlan menoleh kearah putra sulungnya.
Malam ini mereka harus menyelesaikan apa yang Gabriel perbuat, akal-akal ingin membuat Nico cepat menikah, malah menimbulkan masalah.
Arion tersenyum lebar. “Sorry, Dad, ini pengalaman pertamaku karena kalian berdua melibatkan ku untuk membasmi pengkhianat itu."
Arsen sedikit menurunkan kacamatanya. “Kau hanya umpan, jangan terlalu bangga" Timpal Arsen sembari kembali membenarkan kacamatanya.
Mata Arion melebar, tetapi memang tidak ada yang salah dengan ucapan Arsen, dia hanya umpan untuk membuat pengkhianat itu keluar dengan suka rela.
***
“Periksa di seluruh tempat hiburan malam yang berada di New York!!" Sentak Erlan. Semua tidak sesuai dengan rencananya, dia pikir umpan yang diberikan akan membuat pria pengkhianat itu keluar, nyatanya tidak sama sekali malah membuat kekacauan semakin melebar.
“Lex, bagi tim untuk mencari keberadaan paman Zero." Titah Arsen.
Zero, pria itu memilih jalannya sendiri untuk membuat kekacauan, Ibu, istri dan putrinya, semua telah tewas di tangan keluarga Smith.
Dia sempat memohon kepada Gabriel untuk membujuk Erlan agar tidak membunuh istri dan putrinya, tetapi yang dia dapat hanya penolakan, begitu juga dengan Daniel sang Ayah, yang lebih setia kepada keluarga Smith, dibanding membantu dirinya.
Ikhlas yang dia ucapkan hanya kata-kata saja, tetapi dalam hatinya sungguh tidak rela, meskipun kesalahan istri dan putrinya sangat fatal.
Erlan sangat menyayangkan tindakan Zero. betapa bodohnya pria malang itu, mencintai perempuan yang masih terjebak di sama lalunya. dan sampai Jeza menghembuskan nafas terakhirnya, Zero tidak mendapatkan cinta perempuan itu.
Lalu untuk apa dia melakukan balas dendam? atau mamang dirinya ingin menyusul tiga wanita pengkhianat itu? Jika begitu, Erlan akan mengabulkannya.
Zero tidak hanya memposting Nico saja, tetapi beberapa pabrik obat-obatan terlarang milik Arsen dan Erlan juga terekspos. membocorkan lokasi penyimpanan senjata rakitan milik Arsen. Sudah terlalu jauh Zero bertindak.
Lexi mengangguk. “Siap!!"
Setelah itu Lexi menghubungi anak buahnya melalui Earphone yang terpasang di pasang pada telinga mereka.
Sementara itu Zero tengah menikmati malam panjangnya di sebuah klub malam bersama beberapa wanita penghibur dan juga rekan-rekannya.
Di ruang VVIP, para wanita cantik itu di bayar untuk memuaskan nafsu para pria itu. Duduk bersandar sembari merentangkan kedua lengannya di sandaran sofa.
Matanya terpejam, bukan menikmati setiap sentuhan, tetapi dia sudah merasa puas membuat Erlan dan Arsen kelabakan.
Mereka memang ketua Mafia, tetapi dengan tereksposnya pabrik-pabrik obat-obatan terlarang itu, membuat masyarakat mendesak penegak hukum menindak lanjuti Erlan dan Arsen, atau menyita beberapa aset mereka.
Zero tertawa puas, bukan tidak sadar apa konsekuensinya sudah berani bertindak seperti ini, kalaupun harus mati malam ini juga, Zero sudah siap, hidup pun percuma, istri dan putrinya sudah tiada.
“Oh Damn!! Zero ini sangat nikmat!!" Desis salah satu teman Zero yang menikmati sentuhan hangat dari wanita seksi itu. Zero hanya menganggukkan kepalanya tanpa ingin menjawab.
Saat mereka tengah menikmati kenikmatan, tanpa menyadari jika dari selah pintu asap mulai masuk.
Sampai beberapa detik kemudian salah satu dari wanita itu terbatuk. “Asap dari mana ini?" Ucapnya, membuat mereka menoleh kearahnya.
Zero yang memejamkan matanya tersenyum tipis. Asap beracun. “Kalian keluarlah, itu asap beracun." Ucapnya pelan.
Para wanita mulai panik dan segera berhamburan keluar. namun ketika hendak membuka pintu, mereka tidak bisa melakukannya.
“Tuan Zero, pintunya terkunci dari luar, tolong kami!!" Ucap wanita itu.
Mereka mulai panik begitu juga dengan reka-rekan Zero, hanya pria itu yang tetap santai, meskipun nafasnya sudah mulai sesak.
Bruk
para wanita itu mulai tumbang, Zero bisa mendengar keluhan dari mereka yang masih sadar. dia membuka matanya dan segera memakai masker.
Meskipun sudah siap mati, tetapi tidak akan mati tanpa perlawanan. setidaknya dia harus melukai salah satu dari keturunan Smith.
**
Entah bagaimana awal mulanya Zero berada di tempat yang tidak asing bagi pria itu. dia baru saja membuka matanya, melihat sekeliling.
matanya memerah dan bayangan dari dua wanita yang dia cintai muncul di setiap penjuru ruangan.
“Daddy, aku disini!"
Zero menoleh dan mengembangkan senyumnya, ketika dia hendak menghampiri bayangan Putrinya menghilang. terus seperti itu.
“Argghhh!!" Teriaknya merasa frustasi, Zero sudah lama meninggalkan rumah yang begitu banyak kenangan bersama keluarga kecilnya.
Zero menjambak rambutnya sendiri, Erlan tidak langsung membunuhnya dengan tembakan atupun siksaan kejam, tetapi Erlan tengah menyiksanya dengan sebuah kenangan.
“SIALAN!! KAU ERLAN!!" Teriaknya. Zero menjatuhkan tubuhnya di lantai, dia menangis sembari menutup kedua telinganya.
Suara istri dan putrinya terdengar nyata, bukan angan-angan lagi, tetapi sengaja diputar oleh anak buah Erlan.
Televisi tiba-tiba saja menyala dan Zero langsung menoleh.
Mata pria itu langsung melebar dan menggelengkan kepalanya, pada layar itu menampilkan bagaimana Erlan menyiksa istri dan putrinya sampai tewas. dan terakhir siksaan Kimmy. Zero terus menggelengkan kepalanya, mendengar suara teriakan kesakitan yang mereka rasakan.
Sementara itu, di ruang lain, Erlan dan kedua putranya hanya menatap tanpa ekspresi pada layar yang menampilkan Zero.
“Nic, lakukan jika kamu ingin membuat perhitungan dengan pria itu." ucap Arsen.
Nico menggelengkan kepalanya. “Aku tidak berminat membunuh orang lemah." jawabnya datar. Zero memang lemah, pria itu bahkan tidak bisa memegang senjata dengan benar.
“Biar aku saja yang melakukannya." timpal Calvin.
“Jangan ada yang bertindak, karena akan ada seseorang yang melakukannya." sahut Erlan, dia hanya melakukan sebagian.
Mereka tidak menjawab dan kembali fokus pada layar sampai melihat seseorang yang sudah tidak muda lagi berdiri di halaman.
Cukup lama pria itu berdiri, terlihat beberapa kali menghapus kedua sudut matanya, hingga detik kemudian kobaran api menyala mengelilingi mansion megah milik Zero.
“Paman Daniel." gumam Arion, merasa iba para pria tua itu, dimasa tuanya hanya di keliling oleh para pengkhianat, kecuali Nata yang hidupnya tetap santai dan bahagia.