Mawar. Gadis yang sengaja diberikan kepada orang lain oleh kedua orang tuanya hanya karena terlahir sebagai anak perempuan, tiba-tiba dijemput kembali oleh orang tuanya setelah dua puluh tahun hidup tenang bersama orang tua angkat nya dan dipaksa menikah dengan calon suami kakaknya.
"Kamu harus menikah dengan Abymana menggantikan posisi kakakmu," ucap Mahendra setelah tiba di rumahnya.
"Jadi, Anda menjemputku hanya untuk ini? Ternyata kalian orang tua yang tidak punya hati," ucap Mawar.
Plak!
Marisa menampar Mawar dengan keras.
"Turuti apa yang kami minta atau kamu tidak akan pernah melihat dunia ini lagi!" tegas Marisa.
Bagaimanakah kehidupan Mawar setelah menikah dengan Aby?
Apakah Aby akan menerima Mawar sebagai istrinya atau justru mengabaikan Mawar dan memilih tetap mengejar Jingga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lena Laiha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 35
"Katanya mau ke kantor, kenapa masih diam saja di sini?" tanya Mawar yang saat itu sedang menegang gelas berisi teh miliknya.
"Aku gak jadi ke kantor, aku mau di sini saja sama kamu."
"Nggak ya, aku gak mau ditemani sama kamu yang gila nya udah akut banget."
"Nggak, sekarang udah sembunyikan. Kemarin aku gila karena aku kebanyakan minum minuman beralkohol."
"Maksud kamu miras? Kamu tuh benar-benar gila ya, ngapain kamu mengonsumsi minuman seperti itu? Gara-gara Jingga, iya? Sekarang itu perempuan udah pulang ke rumahnya, tinggal kamu nikahi aja dia."
"Bukannya peran kamu di rumah ini untuk mencegah aku agar tidak menikahi Jingga? Kamu bisa terkena masalah karena menyuruhku menikahi Jingga."
Mawar menatap Abymana dengan tatapan penuh tanya.
"Darimana Aby tahu tentang ini?" batin Mawar.
"Aku tahu semuanya, karena itulah aku tidak mengejar Jingga lagi. Saat ini aku mau kita sama-sama menerima apa yang sedang kita jalani ini."
"Maksud kamu?"
"Aku sudah tidak mencintai Jingga, aku lebih memilih kamu."
Mawar tersenyum lalu meletakkan teh nya di atas meja. Ia duduk di kursi yang ada didepan kursi yang Aby duduki!
"Milih aku untuk jadi pembantu kamu atau milih aku untuk meluapkan kemarahan kamu sama Jingga?"
"Permisi Tuan Muda," ucap Dirga ya baru tiba di rumah mereka.
"Dirga, ngapain kamu ke sini?"
"Saya datang untuk menjemput Anda."
"Hari ini saya libur, saya malas."
"Dirga, ayo duduk dulu sebentar, aku mau bicara," ucap Mawar.
Tanpa berkata, Dirga langsung duduk di kursi yang ada di sampingnya dan mulai bergabung bersama Aby dan Mawar.
"Sama siapa aja kalian berpesta miras kemarin malam?" tanya Mawar.
Dirga menatap Mawar, dirinya mencoba mencerna pertanyaan Mawar barusan.
"Kenapa diam? Pantas aja bos kamu ini gilanya parah banget ternyata dia lagi mabuk."
Dirga menatap Aby dan Aby pun menatap Dirga dengan tatapan biasa saja, seolah tak ada yang perlu ditakutkan.
"Bukan pesta miras, waktu itu cuma Tuan Muda yang minum."
"Nasya bilang katanya kamu mau bertemu dengan pacar kamu. Jangan-jangan kamu ajak wanita juga."
"Nggak, demi Allah gak bawa-bawa perempuan."
"Jangan bawa-bawa nama Allah. Gak takut dosa kamu?"
"Kamu takut aku udah gak perjaka lagi ya sampai segitunya. Tenang aja aku masih perjaka tulen kok."
"Dih, ini orang percaya diri banget."
"Saya mengatakan yang sebenarnya terjadi, memang hanya Tuan Muda yang minum malam itu."
"Sudahlah Mawar, yang penting kamu belum ternoda dan aku juga masih perjaka. Kita sama-sama belum tersentuh, apa salahnya kita coba berdua."
Dirga menatap Aby lalu menatap Mawar.
"Kalian kalau lagi ngomongin urusan pribadi jangan ngajak aku dong, kasian aku yang gak punya pasangan."
"Apaan sih, orang lagi ngomongin masalah kalian kok jadi masalah pribadi."
"Lah itu tadi."
"Udahlah, jangan dibahas lagi, aku mau masuk dan mau beres-beres rumah, kamu ajak tuh orang gila ini ke kantor. Biar dia cepat sembuh."
Bukannya marah karena disebut sebagai orang gila, Aby malah tersenyum bahkan merasa gemas pada gadis yang tengah berjalan meninggalkannya itu.
"Ada ya, orang di bilang orang gila malah senyum-senyum gitu," ucap Dirga.
"Kamu gak ngerti."
"Ya, memang saya gak ngerti kalau ngerti gak mungkin saya bertanya."
"Kita ke kantor yuk. Diam di rumah juga gak bisa gangguin dia."
"Gak jadi liburnya nih?"
"Nggak. Oh ya ada yang mau aku bicarakan, ayo ikut!"
Dirga langsung mengekor dibelakang Aby yang sudah berjalan jauh darinya.
**********
"Sayang, ini pemasukan restoran kita bulan ini," ucap Roger sembari memberikan sebuah catatan pada Michaela.
"Coba aku lihat." Michaela meraih buku itu lalu melihatnya!
"Waw sayang ini banyak banget," ucapnya dengan penuh kegirangan.
"Kalau tiap bulan dapat segini kita bisa nikah dalam waktu dua bulan."
"Sayang, kamu pintar banget ngurus usaha kita."
"Bukan aku tapi kita, aku dan kamu."
Michaela memeluk Roger dengan begitu mesra, sebuah senyum bahagia terus terukir di bibirnya.
"Aku gak sabar pengen nikah sama kamu," ucap Roger dengan sedikit berbisik.
"Aku juga."
Dari tempat yang agak jauh dari mereka, Jingga berdiri sembari menatap dua orang yang sedang berpelukan. Ia mencoba meneliti dan memastikan apakah ia tidak salah lihat.
"Roger, itu beneran Roger. Ternyata dia selingkuh."
Jingga mulai merasakan sesak di hatinya, dirinya mulai merasa kesakitan saat melihat pemandangan di depannya itu.
"Aku sudah kehilangan segalanya tapi dia malah selingkuh," batin Jingga.
Air matanya mulai menetes membasahi pipinya. Dengan amarah yang memuncak, ia berjalan cepat menghampiri dua orang yang sedari tadi asyik bermesraan itu!
Brak!
Jingga menggebrak meja hingga membuat Roger dan Michaela terkejut!
"Ngapain kamu bermesraan gini sama perempuan ini hah!" seru Jingga pada Roger.
"Kamu lagi, cewek gatal. Jangan coba deketin cowok gue!"
Michaela menatap Roger dengan tatapan penuh kemarahan.
"Pacar kamu? Terus ini apa?" Michaela memperlihatkan cincin tunangan yang tersemat di jari manisnya.
"Sayang-sayang, dengarkan aku dulu. Dia itu cewek halu yang sukanya ngaku-ngaku jadi pacar orang. Aku gak mungkin mau sama cewek kayak dia." Roger mencobanya merayu Michaela agar tak pergi darinya.
"Apa kamu bilang! Kamu tega ya, setelah apa yang kita lewati bersama kamu gak mengakui aku."
"Heh cewek halu, kamu siapa hah? Pergi sana jangan ganggu kehidupan kami, kami sudah bahagia."
Michaela terus berjalan meninggalkan restoran miliknya itu! Dirinya kecewa karena ternyata Roger memiliki wanita lain selain dirinya.
Roger terus mengejar Michaela dan dibelakang Roger, Jingga terus mengejarnya sambil terus berusaha agar Roger mendengarkan dirinya!
"Eh itukan gadis itu," ucap Michelle yang kebetulan ada di restoran itu.
Michelle terus memperhatikan mereka dan mencoba mencari tahu apa yang sedang mereka permasalahan.
Satu laki-laki dengan dua perempuan, membuat Michelle merasa tertarik untuk mengetahui permasalahan mereka.
Sebagai orang yang tahu bagaimana sifat Jingga, Michelle merasa penasaran dengan apa yang kini terjadi pada gadis itu.
"Apa jangan-angan karma sudah datang pada gadis itu?"
"Astaga, Michelle. Apa yang kamu pikirkan?"
Michelle terus menatap ke arah mereka yang sudah berada di luar restoran itu, meski sebenarnya dirinya sudah tak memiliki tugas dari Dirga ataupun Abymana tapi dirinya merasa Abymana harus tahu tentang ini.
Michelle beranjak dari duduknya lalu berjalan menghampiri mereka! Ia memegang ponselnya dan berakting seolah sedang mengetik pesan padahal dirinya ingin merekam kejadian di sana.
Michelle duduk di sebuah kursi yang ada di samping restoran itu sambil terus mengarahkan kamera ponselnya pada tiga orang yang sedang berdebat itu.
Setelah merasa cukup, dirinya mengirim video itu kepada Dirga karena dirinya tak menyimpan nomor ponselnya Abymana.
Bersambung