Sequel "Diandra"
Pernah kecewa dimasa remaja membuat Kristal enggan menjalin hubungan dengan pria manapun. Menurutnya, tidak ada pria yang setia di dunia ini kecuali Papanya.
Kristal beranggapan, dirinya bisa hidup tanpa seorang pria atau pendamping. Kesuksesan dan kebahagiaan yang ia raih sekarang, menurutnya sudah lebih dari cukup. Hingga suatu hari tanpa sengaja ia bertemu kembali dengan Langit, pria tampan yang menyukainya sejak remaja.
"Seperti yang pernah aku ucapkan dulu. Jika dia menyakitimu maka aku akan merebutmu kembali. Dan kali ini, aku tidak akan pernah melepaskanmu!"
Akankah Kristal mau membuka hati? Atau ia tetap pada pendirian awalnya yaitu hidup sendiri seumur hidup?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AfkaRista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Meski di larang secara terang - terangan. Baik dengan perbuatan maupun kata - kata, nyatanya Ken tetap saja datang kerumah sakit. Selain Ken, keluarga Mama Rani juga datang mengunjungi Kristal meski tanpa kehadiran menantu mereka Yazna.
Terganggu, jelas. Jengkel, sudah pasti. Namun karena tak mau memikirkan hal ini lebih lama, Langit tak mau ambil pusing. Selama Ken tak melakukan hal aneh, dia membiarkan suami Yazna itu untuk datang menjenguk istrinya. Persetan dengan tingkah Ken, yang terpenting adalah kesembuhan Kristal. Sudah dua hari istrinya belum juga sadar. Langit tentu belum merasa tenang. Dokter sudah melakukan perawatan terbaik, namun, memang Kristal sendirilah yang belum merespon semuanya. Langit tentu tak berhenti berdoa, semoga istrinya lekas sadar.
"Dia belum bangun juga?", tanya Mama Maura. Mama Langit itu segera datang ketika mendengar kabar jika menantunya mengalami kecelakaan. Dia bahkan rela kehilangan ratusan juga karena membatalkan kerjasama sepihak.
Langit menatap Mama Maura sendu. "Apa dia marah padaku karena aku tidak bisa menjaganya dengan baik? Aku juga tak bisa menjaga anak kami"
Mama Maura mengusap bahu putranya untuk menguatkan, "Kita berdoa saja semoga Kristal lekas sadar. Allah tidak menguji kalian seperti ini jika kalian tak mampu melewatinya"
Langit memeluk Mamanya, "Aku tidak akan bisa hidup tanpanya, Ma. Aku tidak akan bisa menjalani semuanya jika aku harus kehilangan Kristal"
"Jangan bicara seperti itu. Percayalah jika Kristal pasti akan sadar. Kamu harus yakin", Mama Maura tentu sedih melihat betapa hancurnya Langit sekarang, "Serahkan semua pada Allah, Lang. Mama yakin, semua yang Dia rencanakan lebih baik daripada yang kamu dan Kristal rencanakan"
"Benar apa yang Mamamu katakan, Lang. Jangan putus asa. Percayalah jika Allah sudah menyiapkan rencana yang jauh lebih indah untuk kalian berdua. Kamu harus kuat dan tegar untuk Kristal. Dia juga pasti membutuhkanmu" ucap Mama Dian
Selain orang tua Kristal dan Mamanya, Opa dan Oma juga selalu mensuport Langit. Sebagai keluarga, mereka berusaha menguatkan menantunya.
"Terima kasih atas dukungan kalian semua. Aku merasa beruntung karena banyak yang menyayangi aku"
"Jangan bicara seperti itu. Bagaimanapun kamu sudah Oma anggap sebagai cucu Oma sendiri. Tetaplah semangat, Lang. Yakinlah suatu saat kalian akan bahagia"
Rasa syukur manalagi yang Langit abaikan. Dia di kelilingi orang - orang yang peduli dan begitu menyayanginya.
*Kau lihat, Sayang. Banyak sekali yang mendoakan kita. Apa kamu masih enggan untuk membuka mata? Jika kamu marah dan tidak mau sadar karena aku, setidaknya bangunlah untuk mereka.
🌻🌻🌻*
Papa Gama, Mama Dian, Opa, Oma dan juga Mama Maura baru saja pulang. Tentu saja karena Langit yang memintanya. Suami Kristal itu tahu, jika keluarganya butuh istirahat. Jadi sekarang tinggalah dirinya berdua dengan sang istri.
Langit mengecup tangan Kristal berkali - kali, ini hari ketiga dimana Kristal masih betah memejamkan mata.
"Sayang, berapa lama lagi aku harus menunggumu sampai bangun, hm? Kamu sudah terlalu lama menutup mata. Apa kamu tidak merindukanku?" suara Langit terdengar begitu lirih. Jelas ada kesedihan di setiap kata yang terucap
"Kamu ingin tahu kenapa Kristal tidak mau membuka mata? Itu semua karena kamu, Lang! Kamu yang membuatnya seperti ini!" entah kapan datanganya, tiba - tiba Ken sudah berada di dalam kamar Kristal
"Berhentilah menyalahkan orang lain, Ken. Kamupun tak lebih baik dari aku"
Ken tertawa renyah, "Aku memang pernah menyakiti Kristal. Tapi aku tidak pernah membuatnya koma bahkan harus kehilangan janin dalam kandungannya"
Langit memejamkan mata, setiap kali Ken datang, pria itu terus saja menyalahkan dirinya dengan kata - kata yang menyakitkan.
"Pergilah, Ken. Jangan pancing emosiku sekarang. Aku sedang tidak ingin ribut denganmu"
"Kamu memang pecundang, Lang!"
Tangan Langit terkepal. Dia hilang kesabaran sudah. Jika kemarin - kemarin dia hanya diam saja. Kali ini dia sungguh tak bisa menahannya.
Bug
Tanpa kata, tanpa aba - aba, Langit memukul wajah Ken begitu keras. "Aku sudah berusaha untuk menahannya. Sayangnya, kamu justru terus menyulut emosiku, Ken"
Bug
Bukannya marah, Ken justru menyeringai. "Kamu memang pecundang, Lang!"
Langit akan memukul Ken lagi, tapi pria itu lebih dulu menghindar. Adu jotos pun tak terindahkan. Dua pria tampan itu saling mengukir lebam di wajah lawan masing - masing. Tidak ada yang mau mengalah. Tenaga keduanya juga sama - sama kuat.
"Kenapa kalian membuat keributan saat aku sedang istirahat, hah!!!"
Suara yang tidak asing membuat gerakan keduanya terhenti. Baik Langit maupun Ken sama-sama menoleh pada asal suara. Mata keduanya hampir saja keluar melihat wanita yang sudah beberapa hari ini tidak sadarkan diri itu sedang duduk menyandarkan tubuhnya dan menatap ke arah mereka berdua.
"Kris kamu sudah sadar?" tanya Langit yang langsung menghampiri sang istri. Dia terlihat begitu bahagia. Senyum juga mengembang di wajahnya, meski terasa sedikit perih karena luka di sudut bibirnya.
"Kris, akhirnya kamu sadar. Aku sungguh khawatir padamu", Ken pun tak kalah antusias. Dia menatap kristal dengan senyum manisnya.
Tapi siapa sangka. Kristal justru hanya melipat tangannya di dada sambil menatap keduanya dengan tatapan tak menyenangkan. "Kalian ini siapa? kenapa main adu jotos di kamarku, hah?"
Langit dan Ken saling menatap. Jika Langit langsung mampu menangkap apa yang terjadi pada Kristal, berbeda dengan Ken yang kebingungan.
Apa mungkin Kristal amnesia? Ken bertanya dalam hati
"Kamu tidak mengenali kami?", tanya Ken
"Apa itu penting?" tanya Kristal balik. Wanita di depannya ini terlihat cuek dan angkuh
"Kamu yakin tidak mengenaliku? Aku Kenzie"
Kristal tampak berfikir sejenak, "Maksudmu, kamu Ken anaknya Mama Rani?"
Ken tentu bahagia saat Kristal mengenalinya, "Ya benar. Aku Ken anaknya Mama Rani. Jadi kamu ingat padaku?"
Kristal mengangguk, "Tapi sejak kapan kamu suka berkelahi? Lalu ... siapa pria yang kamu ajak berkelahi ini?"
Langit menatap Kristal heran. Kenapa Kristal hanya mengenali Ken tapi tidak dengan dirinya? Langit akan memegang tangan sang istri namun segera ditepis oleh sang pemilik raga.
"Jangan menyentuhku sembarangan! Kita tidak saling kenal. Jadi jangan bersikap kurang ajar padaku" ucap Kristal tak suka
"Kris, kamu tidak ingat siapa aku?" tanya langit sedikit khawatir.
"Memangnya kamu siapa?", tanya Kristal dengan santai
"Kamu tidak ingat siapa pria ini?", kali ini giliran Ken yang bertanya. Bukan kasihan melihat Kristal tak mengingat Langit, namun untuk memastikan jika dia akan lebih mudah mendapatkan Kristal setelah ini.
Kristal menggeleng. "Wajahnya terlihat tidak asing. Tapi aku tidak mengingatnya"
Deg
Bukan hanya Ken yang terkejut. Langit pun tak kalah shock saat istrinya tidak mengenali dirinya.
Jadi Kristal benar - benar tak mengingat Langit? Bagus! Ini kesempatanku mendekati Kristal lagi. Aku yakin, Kristal akan kembali padaku. Apalagi dia tak ingat jika sudah menikah dengan Langit. Aku harus segera membuat Kristal mencampakkan Langit dan menikah denganku.
Berbeda dengan Ken yang tampak senang, Langit justru sedih.
Cobaan apalagi ini Ya Allah. Kenapa Kristal tidak mengenaliku? Apa ini hukuman Darimu karena aku lalai menjaganya? Langit membathin
Suami Kristal menatap istrinya lekat, berharap semua ini hanya ilusi, "Aku Langit Kris, suamimu"
Kristal menatap Langit, "Kamu suamiku?" tanya Kristal memastikan
Langit mengangguk, "Kamu ingat kan?"
Langit menunggu jawaban Kristal harap - harap cemas.
Kristal terdiam. Dia mengamati Langit dengan seksama. Beberapa detik kemudian, Kristal tertawa keras, "Jangan bercanda! Aku ini belum menikah! Dan aku juga tidak mengenalmu. Jadi berhenti membuat lelucon menggelikan! Sama sekali tidak lucu!"
Dada Langit bak dihantam godam besar sekali lagi. Hatinya yang remuk, kini semakin hancur dengan kenyataan yang terjadi, "Kris, kamu pasti bercanda, kan?. Kamu hanya ingin mengerjaiku kan?" Langit masih berusaha meyakinkan dirinya sendiri jika saat ini Kristal hanya mengerjainya
"Sudah aku katakan, aku tidak mengenalmu! Ken, bawa dia pergi dari sini!"
deg