Cat Liu, seorang tabib desa, tak pernah menyangka hidupnya berubah setelah menyelamatkan adik dari seorang mafia ternama, Maximilian Zhang.
Ketertarikan sang mafia membuatnya ingin menjadikan Cat sebagai tunangannya. Namun, di hari pertunangan, Cat memilih pergi tanpa jejak.
Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kini Maximilian bukan hanya pria yang jatuh hati—dia juga pria yang menyimpan luka.
Masihkah ada cinta… atau kini hanya tersisa dendam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Aneh sekali, ini adalah urusan pribadiku," jawab Cat dengan suara bergetar menahan emosi.
"Urusan pribadi?" Maximilian menyipitkan mata. "Jangan lupa hubungan kita."
"Tuan Zhang, Anda sudah lupa bahwa Anda telah memiliki seorang tunangan? Lalu kenapa masih menggangguku? Apakah Anda pria rendahan yang tidak punya harga diri? Wanita bukan mainan. Jangan pernah menganggapku sebagai boneka yang bisa kau manfaatkan!"
Sorot mata Maximilian menggelap. "Kau pergi karena pembicaraanku dengan Ekin. Andaikan itu tidak terjadi, kita pasti sudah menikah."
Cat tertawa sinis, menahan getir di dadanya. "Aku sangat senang waktu itu. Karena aku tahu niatmu hanya ingin hidup foya-foya. Setidaknya aku tidak terjebak dalam hubungan bodoh ini. Tuan Zhang, di perusahaan aku akan menghormatimu sebagai atasan. Tapi di luar jam kerja, aku tidak akan sungkan melawanmu. Aku bukan gadis remaja yang bisa kau manfaatkan sesukamu. Hidupku bukan milikmu. Jadi jangan ikut campur lagi dalam urusanku!"
"Setiap ucapan yang keluar dari mulutmu, sungguh tajam dan menyakitkan," ujar Maximilian, suaranya berat, nadanya terdengar seperti luka bercampur amarah.
Cat mendengus dingin. "Pria sepertimu… apakah benar-benar punya perasaan? Sungguh mengejutkan sekali. Tapi aku tidak peduli apa yang kau rasakan. Sekarang lepaskan aku dan keluar dari sini!"
Tiba-tiba Maximilian meraih dagu Cat, mencengkeramnya hingga wajah gadis itu terangkat. Mata tajamnya menelusuri setiap inci wajah Cat. "Apa kau masih ingat pertemuan pertama kita? Saat itu aku menciummu dan menikmatinya. Bahkan sampai sekarang, aku masih mengingatnya dengan jelas."
Tanpa memberi kesempatan Cat bereaksi, Maximilian menunduk dan mencium bibirnya dengan paksa. Ciuman itu dalam, menekan, dan penuh ambisi. Cat meronta sekuat tenaga, namun Maximilian menahannya erat.
Rasa marah dan takut bercampur di dada Cat. Namun dalam ketidakberdayaannya, ia mengerahkan seluruh tenaganya—membalas ciuman itu dengan gigitan keras.
Maximilian terpaksa melepaskan ciumannya. Ia terengah, menegang, dan bibirnya berdarah. Tatapannya berkilat, entah karena terkejut atau kagum. "Kau menggigitku?"
Cat menarik napas panjang, lalu tersenyum tipis. "Bukan hanya menggigit, Tuan Zhang. Gigitan tadi tidak seberapa. Tapi kau akan segera menyesal dengan ciuman itu."
Mata Maximilian membelalak. Ia merasakan sensasi aneh menjalar di tubuhnya. "Kau… meracuniku?"
"Iya," jawab Cat tenang, sambil menatapnya lurus.
"Lipstikmu?" Maximilian menyentuh bibirnya, darah bercampur warna merah lipstik.
"Benar," jawab Cat dengan dingin. "Tuan Zhang, kau akan merasakan betapa nikmatnya racun yang kuberikan padamu." Sambil berkata demikian, ia membuka pintu apartemen dengan tenang, seolah tidak ada yang terjadi.
Maximilian berdiri kaku, tubuhnya mulai melemah di bagian kaki. "Aku tidak menyangka… bisa terkena racunmu," ucapnya lirih, kedua kakinya bergetar.
Cat tersenyum tipis, matanya dingin. "Kalau kau menyentuhku untuk ketiga kalinya, racunnya bukan hanya racun peringatan. Aku akan pastikan tidak ada dokter yang bisa menyembuhkannya. Bayangkan saja, seorang mafia besar diracuni oleh seorang wanita biasa. Kalau tersebar, bukankah itu sangat memalukan?"
Maximilian terdiam, rahangnya mengeras. Namun senyumnya samar muncul kembali. "Cat Liu… aku akan membuatmu tunduk padaku."
Dengan langkah berat, Maximilian akhirnya pergi meninggalkan apartemen.
Cat segera menutup pintu rapat-rapat. Punggungnya bersandar ke pintu, napasnya terengah. Bibirnya masih terasa sakit, namun matanya menyala penuh tekad.
"Sepertinya aku harus segera pindah," gumamnya lirih sambil menyeka bibir yang masih berdarah.
"Maximilian Zhang, aku kalah darimu dari segi kekuasaan. Tapi racunku bisa mengalahkanmu," gumam Cat.
smgat thor, up bnyk2 dong thor, tq!
thor smngat🫰di tnggu trs ni