Syahira Nazira gadis berusia 21 tahun dijodohkan dengan anak pemilik pondok tempat dia menuntut ilmu agama tanpa sepengetahuan darinya.
Namun, dia tetap menjalankan perjodohan tersebut karena tidak mau durhaka dengan orang tuanya. Syahira yang berniat menikah dengan orang yang dia cintai harus menguburkan harapan itu dan mencoba menerima apa yang orang tuanya pilihkan untuknya.
Zaidan pria berusia 28 tahun, juga ikut berkorban untuk bisa melihat orang tuanya bahagia. Zaidan yang baru kembali dari Mesir harus mengorbankan perasaannya sendiri dan menerima permintaan kedua orangtuanya.
Menikah tanpa ada rasa cinta sama sekali bahkan tidak saling kenal satu sama lain. Bagaimana sikap keduanya setelah menikah?.
Ikuti terus!!!
Dukung terus karya remahan author.
berupa! Like, komen, vote, gift, and start. sebagai motivasi dan juga dukungan dari kalian semua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umul khaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 34
Sayang!" panggil Zaidan baru kembali, Syahira menoleh ke arah pintu yang sudah terbuka. Zaidan membawa segelas susu di tangannya untuk Syahira.
"Abi kemana saja tadi, kenapa nggak jadi masuk?" tanya Syahira bangkit dari duduknya.
" Maaf tadi Abi ke depan, mencari ini untuk istri dan anak Abi. Setelah minum susu baru istirahat ya!" balas Zaidan menyodorkan segelas susu ibu hamil pada Syahira.
" Makasih Abi, Abi tau dari mana?" ucap Syahira terharu. Zaidan sangat perhatian padanya, memperhatikan hal sekecil ini untuk nya dan calon bayi mereka.
" Dari dokter Rini, Abi akan berusaha menjadi suami dan ayah yang baik untuk anak kita. Terima kasih karena kamu udah mau mengandung anak Abi, semoga kamu tidak menyesal" ucap Zaidan mengelus perut rata Syahira.
Zaidan jadi teringat dengan niat Syahira yang ingin kuliah setelah mengikuti lomba kali ini, tapi sekarang pasti sulit bagi Syahira karena dalam kondisi hamil seperti ini.
" Syahira nggak suka Abi bicara seperti itu, ini anak Syahira juga bukan anak Abi saja. Kita akan menjaganya bersama" ucap Syahira.
Sikap dewasa Syahira lah yang setiap hari membuat Zaidan semakin kagum dan juga jatuh cinta pada sang istri, meskipun umur Syahira masih bisa dibilang muda tapi pemikirannya sungguh membuat Zaidan kagum. Zaidan memeluk Syahira sebagai ungkapan rasa terima kasih juga rasa sayangnya pada Syahira.
" Terima kasih udah menjadi istri Abi, sekali lagi terima kasih" ucap Zaidan dalam dekapan Syahira.
Kemudian, Zaidan melepaskan pelukannya, lalu memberikan susu ibu hamil yang telah ia buat untuk Syahira.
Syahira meminum susu yang diberikan Zaidan, dan merebahkan kembali tubuhnya di atas tempat tidur sesuai apa yang suaminya minta, karena jujur ia juga merasa mengantuk. Zaidan menarik selimut untuk menyelimuti Syahira agar tidur dengan nyaman. Setelah itu, ia sendiri keluar dari kamar membawa gelas yang sudah kosong.
Zaidan pergi ke dapur mencuci dan menyimpan kembali gelasnya di tempat semula, saat melewati ruang tamu yang kebetulan Abahnya baru saja kembali.
" Assalamualaikum" ucap kiyai Ahmad memasuki rumah.
" Waalaikumsalam, udah pulang. Gimana perlombaan tadi?" Tanya Zaidan menghampiri abahnya lalu mencium tangannya.
" Alhamdulillah, kita masuk ke babak selanjutnya tapi hanya Garry saja. Gimana kondisi Syahira, menantu Abah baik-baik aja, Kan?" Tanya kiyai Ahmad.
" Alhamdulillah, Syahira baik-baik aja. Bahkan sebentar lagi abah akan punya cucu" ucap Zaidan.
" Alhamdulillah ya Allah, cita-cita hamba terwujud juga. Lalu di mana menantu Abah, Abah ingin menemuinya?" Tanya Abah Ahmad.
" Syahira udah Zaidan suruh istirahat, Bah" balas Zaidan.
"Kamu udah kasih tau mertua kamu belum? Pasti mereka ikut bahagia mendengar kabar baik ini" ujar abah Ahmad.
"Astagfirullahaladzim, Zaidan lupa" ucap Zaidan menepuk jidatnya sendiri.
Karena terlalu senang, ia melewatkan hal yang sangat penting. Zaidan berterima kasih pada abahnya karena sudah mengingatkan dirinya, setelah itu Zaidan mengambil ponsel yang ada di dalam saku celananya menghubungi keluarga mertuanya, lebih tepatnya dia menghubungi mertua lelakinya. Namun, sudah beberapa kali Zaidan mencoba tidak ada balasan dari mertuanya.
" Nggak dijawab, Bah" ucap Zaidan.
" Coba hubungi abangnya Syahira kalau tidak di jawab juga, biar nanti Abah yang kasih tau" balas abah Ahmad.
" Iya, Bah" ucap Zaidan mencoba menghubungi Usman.
Tut tut
Tidak lama, panggilan terhubung. Zaidan memberitahukan kepada Usman tentang kehamilan Syahira dan menyuruhnya memberitahukan kabar bahagia tersebut pada orang tuanya. Zaidan juga mengatakan kalau dia sudah menghubungi mertuanya tapi tidak mendapatkan balasan. Zaidan juga menyampaikan kalau keadaan memungkinkan, Dia akan membawa Syahira berkunjung ke rumah dalam beberapa hari ini, jadi mertuanya tidak perlu repot-repot datang ke sini. Sebagai menantu yang baik, Zaidan ingin mengunjungi mertuanya bukan mertuanya yang selalu mengunjungi mereka.
Setelah itu, Zaidan mengakhiri panggilannya. Menaruh kembali ponselnya di saku celana. Kemudian, Zaidan dan abahnya membahas kembali tentang MTQ dan lain hal. Termasuk niatnya yang ingin pindah ke rumah mereka sendiri.
Sudah dari minggu lalu, Zaidan ingin mengatakan hal tersebut tapi umminya selalu meminta Zaidan tetap tinggal bersama mereka. Zaidan tidak tega melihat umminya menyetujui permintaannya, namun sekarang Zaidan akan memiliki buah hatinya sendiri, dan dia ingin lebih fokus pada Syahira, ingin belajar menjadi suami dan juga ayah yang baik untuk keluarga kecilnya tanpa bergantungan pada orang tuanya lagi.
Zaidan ingin membangun keluarga kecilnya sendiri tanpa campur tangan siapapun termasuk orang tuanya, dan yang lebih penting Zaidan tidak ingin menimbulkan kecemburuan pada mertuanya. Selama menikah dengan Syahira belum sekalipun dia pulang ke rumah mertuanya, meskipun mereka tidak mempermasalahkan hal itu, pasti dalam hati kecil sang istri merindukan orang tuanya sendiri.
Akan lebih baik kalau mereka tinggal di rumah mereka sendiri agar tidak menimbulkan kecemburuan nantinya.
" Abah terserah kamu saja, biar masalah ummi kamu Abah yang urus." balas abah Ahmad tau maksud pembicaraan Zaidan yang tidak enak hati menolak keinginan ibunya.
Sebagai sesama laki-laki pasti abahnya akan cepat mengerti maksudnya membawa Syahira ke rumah yang telah ia beli sendiri untuk keluarga kecilnya. Tidak mungkin mereka terus tinggal di rumah orang tua salah satu dari keduanya.
Memang Syahira tidak pernah protes untuk pindah dan tinggal di mana pun, kemana suaminya membawanya di situ dia akan tinggal.
Setelah menyampaikan isi hatinya, Zaidan kembali ke kamar untuk membersihkan diri karena hari juga sudah berganti menuju malam hari. Begitu juga dengan kiyai Ahmad yang masuk ke dalam kamarnya, tidak berbeda dengan Zaidan beliau juga akan membersihkan diri setelah beraktivitas di luar seharian.
Zaidan membuka pintu kamar, mendapati Syahira yang baru saja mandi dan duduk di depan cermin menyisir rambutnya. Zaidan menutup pintu kamar, mengambil inisiatif membantu Syahira menyisir rambutnya.
Tapi, baru saja ia mengambil alih sisir yang ada di tangan Syahira, Syahira dengan cepat menjauh darinya dan menutup hidungnya.
Huek huek
" Abi mandi sana, bau banget sih!" Usir Syahira tidak kuat dengan bau Zaidan.
Zaidan merasa aneh dengan perubahan Syahira yang tidak kuat dengan bau nya, Zaidan mencium bau badannya sendiri.
" Nggak bau" ucap Zaidan. Meskipun belum mandi tapi Zaidan tidak bau sama sekali, tapi kenapa sang istri mengatakan kalau dia bau.
" Nggak bau gimana, Abi itu bau, jangan dekat-dekat aku. Sana mandi" usir Syahira sekali lagi.
" Baiklah, Abi mandi dulu" ucap Zaidan mengalah. Sembari berjalan menuju kamar mandi, Zaidan terus mencium bau badannya tapi tidak merasa kalau badan nya bau seperti yang dikatakan Syahira.
" Pasti Syahira salah cium, tau bisa jadi sedang mengejekku" gumam Zaidan masuk ke dalam kamar mandi