Rui Sei: Pengguna Sistem Cheat

“Saudara Penjaga, kenapa kota terpencil ini bisa begitu damai?” Rui Sei bertanya setelah melewati gerbang.

Penampilan kota dari luar, serta lokasi letak kota, jelas bukan tempat yang menguntungkan. Tapi entah bagaimana, dunia di dalam kota terasa

sangat berbeda dari wilayah luar.

Prajurit berzirah perak yang bertugas menjadi penjaga, menjawab sambil tertawa,

“Hahaha, karena tidak ada orang jahat yang berani bermain di tempat kami.”

Bagi prajurit itu, 'Mortal City' adalah wilayah teraman di seluruh dunia.

“Itu sangat hebat!” Rui Sei mengangguk kagum.

Dunia apa ini? Ini adalah dunia para ahlinya, hanya orang kuat dan berkuasa yang memiliki hak memerintah.

Melihat dari aura prajurit, pria ini sepertinya hanya orang biasa. Namun, dia memiliki kekuatan fisik sekuat Kultivator Level 71+ staminanya, bahkan lebih mencengangkan!

Melihat keheranan dalam ekpresi Rui Sei, Prajurit itu tiba-tiba teringat, bahwa ini pertemuan pertamanya.

Mengingat akan keterkejutan seluruh tamu sebelumnya, Penjaga menyombongkan wajah dan berkata,

“Anak Muda, jika kamu pengunjung baru. Aku sarankan agar bersikap baik, anggota keluarga kita tidak menerima orang sombong.”

Rui Sei menyipitkan mata, berkata,

“Terima kasih atas perhatiannya saudara penjaga.”

Orang ini aneh, mengajari seorang agar tidak bertindak sombong! Tapi dia sendiri? Rui Sei di dalam tidak memahami.

Karena bersikap sopan, Rui Sei mendapat perlakuan bagus dari prajurit penjaga. Setelah berbicara beberapa omong kosong, Prajurit itu mengundurkan diri untuk bertugas.

Sementara Rui Sei memasuki area penduduk, seorang gadis cantik berusia sekitar 14 tahun menyapa Rui Sei. Namanya Risya, bekerja sebagai seorang pemandu wisata.

Tidak hanya gadis itu cantik dengan kemolekan tubuh, ia juga memiliki sikap sopan santun yang anggun.

“Apakah Tuan membutuhkan pembimbing?” Risya bertanya antusias.

Sudah lebih dari 3 bulan sejak pengunjung Terakhir datang, Risya sangat khawatir tak dapat menghasilkan uang tambahan untuk mengikuti acara rutin tahun baru.

“Tentu, berapa harganya?” Rui Sei tersenyum dan bertanya.

Setelah bicara cukup banyak bersama Risya, Rui Sei mendapat kesimpulan konkrit perbedaan Mortal City dari kota pada umumnya.

Setiap akhir tahun, semua orang akan mulai mempersiapkan diri untuk menyambut tahun baru. Ketika tahun baru tiba, orang-orang akan berbagi angpao merah.

Sedangkan acara rutin, itu adalah pasar makanan lezat dengan harga diskon 50% dari harga asli. Sebagai pecinta kuliner, Risya akan melakukan apapun agar dapat mendapatkan penghasilan tambahan.

“Ini khusus untuk Tuan dan tentunya gratis.” Risya menjawab dengan ekpresi sedikit malu dan agak canggung.

'Tuan, kamu melihat ke dalamku! Tapi aku takkan mengizinkan kamu membayar, lihat kamu salah tebak kan!' tangis gadis itu dalam hati.

“Sangat Bagus!” Rui Sei tampak bahagia, tapi di dalam ia mengejek.

'Gadis kecil, aku ini leluhur mu! Jangan coba-coba bermain api nanti terbakar sendiri.

Rui Sei tahu, Risya ingin memanfaatkan dirinya untuk mendapat uang jajan. Tapi karena sifatnya yang tidak jujur, Rui Sei langsung bertanya menuju harga, guna menyesatkan pikiran Risya.

“Tuan, ini adalah Kuil sakura. Tempat para gadis berdoa untuk kecantikan mereka.”

Risya berkata sambil menunjuk ke sebuah kuil yang agak ramai dikunjungi oleh para wanita.

“Siapa guru di kuil ini?” Rui Sei bertanya

Nama sakura, tak asing di telinganya! “Apakah itu orang dari bumi juga?“ Rui Sei bertanya dalam hati.

Risya senang memperkenalkan budaya kampung halamannya kepada pengunjung baru. Dia berjalan menuju Kuil Sakura ketika menjawab pertanyaan Rui Sei,

“Seorang biarawati cantik yang baik hati. Beliau mengajarkan para wanita bagaimana menjaga kecantikan dan merawat tubuh dengan benar.”

“Luar Biasa, pantas mendapat pujian.” Rui Sei setuju.

Seorang biarawati yang cantik! Dan dia mengajari bagaimana cara menjaga kecantikan dengan benar! Bahkan di bumi, sangat jarang ada orang baik seperti itu. Kebanyakan dari mereka, hanya akan menggunakan ilmu untuk menghasilkan uang.

“Selamat Datang Tuan!” Tidak jauh dari Kuil Sakura, wanita dewasa menyapa Rui Sei.

“Hallo.” balas Rui SEI tersenyum.

Wanita dewasa! Itu sangat bagus. Selain Long Yin dan Ai Yin ini adalah wanita kedua yang menarik minat Rui Sei. Dia bahkan sedikit penasaran siapa nama pihak lain.

Melihat wanita dewasa berjalan ke arahnya, Rui Sei menelan ludah.

Tubuh montok, pinggang langsing, kaki panjang. Apa yang luar biasa, Wanita itu hanya menggunakan pakaian longgar, setiap langkah yang dia ambil akan membuat puncaknya bergetar.

[Catatan: Ini adalah bukti, bahwa author bukan pedo]

“Apakah Tuan pengunjung baru?” wanita itu bertanya dengan sopan.

“Benar! Aku mampir ke mari setelah melewati tanah kematian. uhuk! Maksudku hutan mati di sebelah Utara.” jawab Rui Sei sedikit tersedak air liur.

“Santai saja. Disana tidak ada bahaya kok.” Wanita dewasa itu tersenyum lembut. Dia melanjutkan,

“Tuan, bagaimana jika berkunjung ke tempat Saya. Kebetulan Saya baru saja membuat Mochi apel.”

Mochi? Rui Sei tersentak, Wanita ini baru saya mengucap bahasa bumi! Itu dia, mengundangnya untuk makan mochi!

Rui Sei ingin menerima undangan, tiba-tiba wanita dewasa lain menyelanya.

“Nianda! Kamu curang sekali, bagaimana bisa teman baikmu di lupakan.” Kata Wanita yang menyela dengan Nada Kesal.

Rui Sei berbalik dan segera menemukan pemandangan lain. Dia adalah wanita dewasa dengan penampilan sebanding dengan Nianda, tapi ia mengenakan pakaian ketat. Menampilkan pesona dewasanya secara tak langsung.

“Lina, jaga ucapanmu.” Nianda mengerut.

Melihat Nianda hentak marah, Lina buru-buru mengambil posisi duduk di tanah sambil menutupi telinga. Lina kemudian mengancam,

“Aku akan teriak!”

Mendengar ancaman Lina, Nianda langsung berlari ke sisinya dan meraih Lina ke samping.

“Berhenti!” Nianda Menutupi bibir cerry basah Lina dengan tanganya.

“Hmph!” Lina membuang muka sebagai tanggapan.

Setelah memastikan Lina sepenuhnya aman, Baru Nianda bernapas lega.

Lina ini, sebenarnya seorang prajurit kelas atas di Mortal City. Semua orang mengenal dia sebagai prajurit wanita paling terbuka.

“Baiklah, kamu boleh ikut,” kata Nianda. “Risya dan Tuan Juga.” lanjutnya dengan tangan mengajak.

———

30 menit kemudian, Rui Sei bersama Risya meninggalkan Rumah 2 lantai. Di depan pintu, ada Nianda yang mengantar tamu keluar.

“Kakak Nian, terima kasih atas jamuannya.” Risya berkata senang.

Sementara itu, Rui Sei juga mengangguk, kan kepala sambil tersenyum, “Terima kasih.”

Nianda membalas, “Jangan sungkan untuk berkunjung lagi, Tuan Rui.”

“Ya, lain kali aku pasti mampir bersama putriku. Aku pamit.” Kata Rui Sei menyatakan dirinya.

Nianda sedikit terkejut begitu mengetahui Rui Sei sudah memiliki putri, baru saja dia memiliki pikiran lain terhadap Rui Sei.

Bagaimana pun, Rui Sei adalah pria tampan dengan tubuh tegap. Dia memiliki rambut hitam yang tebal, dan manik mata merah gelap. Seperti mata iblis yang tersegel di tengah cahaya, pesona tertentu terpancar dari bola mata Rui Sei. Belum lagi penampilan hebat lainnya.

Intinya, Rui Sei meninggalkan pesona tertentu untuk Nianda.

Setelah meninggalkan Rumah Nianda, Rui Sei mengajak Risya untuk memperkenalkan nya kepada orang paling terkenal di kota ini, kebetulan, orang tersebut adalah target Rui Sei.