CEO KU AYAH DARI ANAKKU

Mereka saat ini tengah berada di ruang tengah, Adiba duduk disebelah rendra karena dia terpaksa duduk disitu. mau duduk dimana lagi dia kalau bukan disitu.

Sedangkan Rafka berada di tengah-tengahnya dan juga Rendra bocah itu sedari tadi menelisik kearah kedua orang tuanya dan sesekali melihat kearah dua orang paruh baya yang duduk didepan dirinya dan juga kedua orang tuanya.

“Jeremy kemana?” tanya Frans pada Rendra.

“Ya mana aku tahu, sehabis aku suruh tadi dia langsung pergi” ucap Rendra pada Papanya.

“Mama, mereka berdua siapanya papa?” ucap Rafka setengah berbisik pada Mamanya.

“Mereka orang tua papa, kakek sama nenek Rafka” sahut rendra yang mendengar hal itu.

“Rafka, ikut Oma saja yuk. Rafka mau es krim atau mainan nggak? Papa kamu di kamarnya ada mainan. Terus di rumah Oma juga ada es krim. Rafka mau nggak ikut Oma sebentar” ucap Citra pada cucunya itu. dia ingin mengajak Rafka pergi dari hadapan para orang dewasa. Karena sepertinya suaminya itu akan bicara serius pada Rendra dan juga Adiba.

“Nggak usah bu, Rafka biar disini saja” ucap Adiba menolak mewakili anaknya.

“Kok panggil ibu sih, panggil mama saja” pungkas Citra.

“Ayo nak, Rafka mau kan ikut Oma” ucap Citra lagi pada bocah itu.

“Boleh nggak ma? Aku mau es krim” ucap Rafka merengek pada anaknya.

“Tadi kan Rafka udah makan es krim, nggak usah ya” ucap Adiba.

“Ma..” rengek nya lagi.

“Udahlah biarin aja, dia juga bukan sama orang asing. Dia sama Mamaku, Rafka papa ijinin kok. Biarin mama kamu, “ ucap Rendra pada Rafka.

“Kamu kenapa sih, dia anak ku ya. Aku yang ngijinin boleh atau nggak nya” ucap Adiba yang tidak terima dengan ucapan Rendra yang main mengijinkan Rafka.

“Ya dia anakku juga, kalau bukan aku yang membuahi dia apa ada” rendra yang kesal langsung mengatakan begitu.

Adiba langsung terdiam mendengar ucapan Rendra, dia juga tidak mungkin untuk berdebat dengan pria itu didepan kedua orang tua Rendra.

“boleh kan Diba, Mama ajak Rafka untuk mainan di kamar Rendra, di sana banyak action figure” ucap Citra pada Adiba.

“Ya sudah tan, nggak pa-pa” ucap Adiba.

Citra langsung senang saat Adiba mengijinkan dirinya membawa Rafka keatas untuk bermain. Dia bisa menghabiskan waktu bersama cucunya tersebut, hatinya begitu gembira akan menghabiskan waktu cucunya yang sudah lama tidak ia temui.

“Ayo Rafka ikut Oma” ucap Citra berdiri dari duduknya sambil mengulurkan tangannya tersebut pada sang cucu.

Rafka tentu saja antusias, dia langsung mau diajak Citra. Rafka memang bukanlah orang yang sulit untuk berbaur dengan orang lain, dia begitu mudah bergaul dengan orang-orang asing.

Frans melihat sekilas dimana Citra dan rafka yang sudah berjalan pergi dari hadapan mereka bertiga dan dia langsung melihat kearah Rendra dan juga Adiba yang saling diam satu sama lain.

“Saya minta maaf sama kamu Adiba, karena saya telah membohongi kamu selama ini?” ucap Frans membuka suaranya membuat Adiba langsung melihat kepadanya.

“nggak pak, Bapak nggak salah sama saya. Jadi nggak perlu minta maaf pak. Tapi yang membuat saya bingung kenapa pak Frans melakukan semua ini” ucap Adiba.

“jawab Pa, kenapa papa melakukan suami ini. itu juga yang ingin aku tanyakan pada Papa. Lihat gara-gara Papa dulu yang menghalangiku untuk menyesali semuanya dia jadi membenciku seperti ini” sahut rendra.

“Kau menyalahkan papa, bukannya itu salahmu sendiri karena kebejatan mu pada Adiba. Benar tidak Diba?” ucap Frans sedikit tersenyum sinis pada Rendra.

“Kenapa kau menyalahkan orang lain atas perbuatan mu” ucap Adiba pada Rendra.

“Siapa yang menyalahkan, aku waktu itu ingin meminta maaf padamu. Tapi papaku malah mengirim diriku ke Amerika dengan paksa” ucap rendra.

“Papa melakukan setelah kau menyuruh Adiba menggugurkan anak kalian. Disini siapa yang salah, dirimu kan, wajar Adiba marah padamu. Kau pria yang tidak bertanggung jawab” ucap Frans.

Adiba yang berada disitu mendengar perdebatan ayah dan anak hanya bisa diam, dia juga mencermati setiap kata yang diucapkan keduanya. Ia juga baru tahu kalau Rendra sudah menyesali dari dulu dan bahkan ingin menikahi dirinya tapi Frans meminta untuk ke Amerika.

“Terserah papa lah, kalau bagimu aku tidak benar maka tetap begitu menurut pendapatmu. Sekarang aku tanya padamu Adiba, kau masih menganggap ku begitu?” tanya Rendra beralih menatap Adiba yang disebelahnya.

“Adiba, saya mewakili anak saya yang bejat itu memohon maaf padamu. Makanya aku memutuskan untuk menghukum Rendra dengan mengasingkannya ke Amerika agar dia menyesali perbuatannya itu. dan sebagai tanggung jawabnya padamu, saya sengaja memberikan dirimu beasiswa di Universitas Dewangga dan juga bekerja sebagai Direktur di perusahan Rendra. Itu semua saya lakukan agar hidupmu dan Rafka terjamin, bukan itu saja saya juga ingin kamu bertemu dengan Rendra di kemudian hari. Dan akhirnya kalian bertemu kembali, dengan kondisi yang lebih baik satu sama lain. Dengan itu, saya sebagai ayah dari Rendra ingin bilang, mau kah kamu menjadi menantu dari keluarga Dewangga dan istri dari Rendra?” ucap Frans tiba-tiba setelah berkata cukup panjang.

Adiba yang mendengar itu melebarkan matanya, dia sungguh tidak menyangka orang yang dia hormati memohon dnegan sangat untuk anaknya yang bejat seperti Rendra.

Rendra juga terkejut mendengar ucapan sang papa yang tiba-tiba melamar kan Adiba untuknya, dan Papanya melakukan semua ini hanya untuknya. Dia tidak mempercayai itu, papanya yang selalu keras padanya saat ini berada di pihaknya melamar kan pujaan hatinya.

“Pak..pak Frans jangan bercanda pak. Sa..saya tidak mau menikah dengan rendra” ucap Adiba terbata.

“Kenapa kau tidak mau menikah denganku, Papaku sudah meminta maaf padamu. Aku juga sudah meminta maaf denganmu kan” ucap Rendra menatap Adiba.

“Kau pikir saja sendiri kenapa aku tidak mau menikah denganmu” ketus Adiba menatap Rendra yang tidak menyangka Adiba menolaknya.

“Adiba saya mohon, kau mau menjadi istri dari Rendra, aku bisa jamin kalau dia tidak akan membuatmu sakit hati lagi. Jika memang begitu, saya yang akan turun tangan membelamu. Bukannya aku memaksa dirimu untuk menerima Rendra, tetapi tolong lakukan ini demi cucuku Rafka. Aku tahu hidupnya begitu menderita sejak dia masih bayi karena cibiran orang-orang begitu juga denganmu kan. setidaknya demi Rafka kedepannya, saya mohon menikahlah dengan rendra” pungkas Frans memohon dengan sangat.

“Papaku sudah serius memohon padamu, dan benar kata Papaku. Setidaknya demi Rafka, bukan demi diriku. Kau tidak kasihan dengannya yang menjadi bahan pergunjingan” ucap Rendra menatap manik mata Adiba yang terlihat bingung dan berpikir, serta terlihat kilatan bayangan masa lalu. Dimana setiap dia melakukan imunisasi untuk Rafka di tempat posyandu di desanya yang ada di surabaya dulu pasti mereka selalu mengatai dirinya dan juga Rafka.

“Mau kan dirimu menikah denganku” ucap Rendra memegang tangan Adiba menatap intens mata yang indah itu.

Adiba sendiri langsung menatap Frans yang juga menatapnya penuh harap, dia beralih menatap Rendra yang melihatnya penuh harap juga.

“Maaf pak Frans, beri aku waktu.” Lirih Adiba pada Frans yang duduk di kursi depannya.

Sedangkan pada Rendra dia menatap tidak yakin pria itu yang tengah memegang tangannya saat ini.

“Kenapa harus kau pikirkan, tinggal bilang iya saja” ucap Rendra seakan memaksa.

“Aku butuh waktu, aku mau pulang. Dimana rafka,” ucap Adiba dan langsung berdiri melepaskan tangan Rendra.

“Maaf pak Frans saya pulang dulu” ucap Adiba sebelum pergi kearah tangga yang menghubungkan ke lantai atas dimana kamar Rendra berada.

Rendra yang duduk, merasa tangannya hampa dan perasaan kecewa sedikit menyambangi relung hatinya saat ini. dia menatap nanar Adiba yang perlahan menaiki tangga dirumahnya.

“Jangan langsung menyerah, kejar dan yakinkan lagi. Papa sudah tidak mau ikut campur, Papa sudah banyak membantumu” pungkas Frans pada anaknya, dia langsung memalingkan wajahnya.

Rendra yang mendengar ucapan sang Papa langsung berdiri dari duduknya, benar dia harus meyakinkan Adiba lagi agar menikah dengannya. Dia tidak boleh putus asa, Rendra yang penuh tekad langsung berjalan menyusul Adiba yang sudah berada di lantai atas.

°°°

T.B.C