"semua orang memiliki hak untuk memiliki cita-cita,semua orang berhak memiliki mimpi, dan semua orang berhak untuk berusaha menggapainnya."
Arina, memiliki cita-cita dan mimpi tapi tidak untuk usaha menggapainya.
Tidak ada dukungan,tidak ada kepedulian,terlebih tidak ada kepercayaan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Oh...inikah rasanya
"Apa sih Ma,maksudnya?" Arkan duduk lagi di samping Mama.
“Tadi Mama dengar kamu nyebut nama Arina,”
Arkan langsung menunduk. “Ah, itu… bukan apa-apa, Ma.”
Mamanya tersenyum kecil. “Kamu nggak perlu takut atau malu.Tahu nggak? Tuhan menciptakan manusia itu selalu berpasangan. Ada siang dan malam, langit dan bumi, hujan dan matahari… semua punya lawannya, supaya saling melengkapi.”
Arkan diam, mengelus perban di siku tangannya. Perlahan Mama menambahkan lagi,
“Begitu juga dengan manusia. Wajar kalau suatu saat kamu merasa suka pada seseorang. Itu tandanya hati kamu mulai belajar.Bukan cuma mengenal, tapi juga merasakan.”
Arkan menatap mamanya,“Tapi, kalau salah orang gimana, Ma?”
Mamanya tersenyum tipis, matanya teduh seperti bulan yang tertutup tipis awan.
“Nggak ada rasa yang salah.Yang salah itu kalau kita nggak tahu cara memperlakukan rasa itu. Kadang suka itu bukan untuk dimiliki.Tapi cukup untuk disyukuri, karena lewat rasa itu kita belajar banyak hal.”
Sunyi sejenak.Hatinya terasa hangat karena ucapan mama.
Mama lalu menepuk bahunya pelan.
“Nggak apa-apa, Arkan. Kalau kamu mulai suka sama seseorang, itu bukan kelemahan. Itu tanda kamu mulai tumbuh.”
Arkan mengangguk,"Jadi,aku sedang menyukai Arina karena aku sedang fase bertumbuh"hatinya mulai faham dengan perubahan dirinya saat bersama Arina.
"Jadi,perban itu tidak boleh di ganti karna Arina yang pasang?"
"Ehm...Aku suka Ma sama bentuk nya"
Jawaban Arkan seperti mengada-ada,membuat Mamanya tertawa kecil "Memangnya ada apa dengan bentuknya"
"Lihat ini Ma,warna nya putih.Terus di bagian sebelah sini ada lipatan,yang bagus.Mama nggak ngerti sih"
Mendengar penjelasan Arkan,tawa Mama semakin bertambah renyah.
Arkan bangkit,tawa kecil Mama terasa seperti ejekan untuknya."Huh,apaan sih Mama nggak ngerti banget.Bentuk ini kan indahnya sama seperti Arina.Putih,terus lipatannya seperti lipatan senyum di pipinya" riuh di hatinya.
Ia berjalan meninggalkan Mama yang masih terpingkal ke kamar nya.
Di kamar,ia duduk di meja belajar.Ia mengambil spidol berwarna hitam.Mulai menggambar di permukaan kain kasa yang menempel di siku.
"Di kasih gambar muka,biar semakin mirip senyum Arina di lipatan ini."
Sambil tersenyum ia melukiskan apa yang ada di imajinasinya.Gerakanya hati-hati,fokusnya sangat ia jaga.Seolah dia tidak ingin membuat kesalahan.
"Nah,sudah jadi.Sekarang senyum Arina jadi lengkap".
Yang sebenarnya tergambar adalah,satu bulatan besar sebagai kepala.Lalu dua bulatan kecil sebagai mata, tidak lupa huruf L di tengah sebagai hidung.
Payah!
Arkan memang tidak berbakat menggambar.
***
Di rumahnya,Arina mencuci mangkok-mangkok sisa pelanggan.Kedai hari ini lebih ramai dari biasanya.
Mamak sampai kewalahan melayani.
Tentu Arina tidak pernah keberatan,melihat Mamak sudah bisa istirahat selonjoran membuat ia senang.
Entah kenapa,perasaannya seperti sudah terdesain bahwa kesenangan Mamak adalah prioritas untuknya.
Saat itu,Mamak sedang selonjoran di bale-bale depan Tv. Wajahnya sangat terlihat kelelahan.
Raka yang dari tadi di kamar,sekarang sudah duduk di samping Mamak."Aku pijitin ya Mak" katanya sambil mengulurkan tangan mulai memijit pelan kaki Mamak.
Mamak yang memang merasa kakinya seperti mau copot,tentu senang sekali mendapat perlakuan itu.
Hingga senyumnya mengembang,menghempaskan wajah lelah yang tadi di lihat Arina.
Samar-samar,Arina mendengar percakapan mereka.
"Mak,tamat nanti aku mau sekolah di SMK Swasta ya Mak?"
"SMK Swasta yang mana?"
"Itu Mak,SMK Astra Prime"
"Itukan sekolah elit,bayarannya mahal"
"Justru itu Mak, fasilitas nya lengkap.Cocok banget untuk mengembangkan minat aku di otomotif Mak"
"Kalau nggak salah,Mamak punya kenalan yang ngajar di sana.Coba nanti Mamak nanya sama dia,berapa biaya sekolah di sana."
"Sesuai kok Mak,sama ilmu yang di ajarkan."
"Iya,kamu pikir uangnya gampang apa nyarinya.Motor mu itu juga mau di bayar.Belum lagi nanti kalau kamu mau nyambung kuliah,kan perlu nabung juga."
"Karna sekolah SMK Mak,aku bisa langsung kerja nanti kalau tamat dari sana.Karna kan aku sudah punya skill"
"Masa sih?,bisa langsung kerja?"
"Iya Mak,aku mau ambil kejuruan otomotif.Sekolahnya sudah kerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar.Jadi bisa langsung menyalurkan tenaga kerja."
"Bagus juga ya berarti sekolah itu,walaupun mahal."
"Iya Mak,apalagi nanti kalau pas magang.Bisa saja perusahaannya langsung yang rekrut."
"Ya,sudah nanti kamu masuk sana saja.Biayanya nanti Mamak usahakan".
"Asyik,gitu dong Mak.Dukung anaknya biar maju".
Arina mendengar itu,tapi entah kenapa menurut hatinya itu seperti hanya janji-janji yang belum tentu terbukti di tepati."Raka,apa benar dia mau masuk ke sekolah itu karena sesuai dengan apa yang dia katakan?".Karna yang Arina tahu,dia ingin masuk ke sana hanya karena semua teman tongkrongan nya sekolah di sana.
*
*
*
~Salam hangat dari Penulis🤍
Tak ada kata lagi terucap👍🙏