Kisah dua anak manusia yang ditemukan karena takdir.
Sekartaji adalah anak ketiga dari empat bersaudara yang semuanya perempuan. Dia adalah satu-satunya yang belum menikah di usianya yang ke 27 sementara kedua kakak dan adiknya sudah punya pasangan masing-masing. Sekar tidak ada keinginan menikah karena baginya pria jaman now red flag semua.
Danapati, seorang pengusaha berusia 34 tahun, belum mau menikah karena menunggu wanita yang membuatnya jatuh cinta.
Bagaimana jika dua orang yang tidak mau menikah tapi dipertemukan oleh takdir?
Disclaimer. Ini bukan cerita rakyat Jawa ya. Hanya cerita komedi unfaedah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketemu Dengan Orang Tak Terduga
"Sekar, sudah sampai Novotel. Ayo bangun," panggil Danapati sambil menepuk pelan pipi Sekartaji.
"Hah? Sudah sampai?" Sekartaji melihat sekelilingnya untuk fokus.
"Sudah sayang. Makanya ayo bangun dan turun."
Sekartaji pun membuka pintu mobil dan turun sementara Danapati mengucapkan terima kasih ke sopir taksi online itu. Sekartaji tersenyum ke arah penjaga pintu lobby meskipun dirinya masih belum nyatu jiwa dan raga.
"Aku kok masih Heng Hong ya?" gumam Sekartaji dan tak lama dia merasakan pinggangnya dipeluk seseorang.
"Ayo masuk lift, terus masuk kamar kamu dan bobok." Danapati menghela Sekartaji untuk berjalan masuk ke dalam lift dan menempelkan kartu kamarnya.
Sekartaji mencari-cari card key nya di dalam tas kecilnya dan memegangnya. Dirinya tidak sabar hendak meletakkan tubuhnya karena rasa kantuk yang luar biasa.
"Besok mau ke Solo Baru?" tawar Danapati.
"Besok hari apa pak ... Eh mas ...."
"Besok Sabtu. Minggu kita car free day dulu baru pulang ke Jakarta ya?"
Sekartaji mengerenyitkan dahinya. "Mau apa ke Solo Baru pak?"
"Jalan-jalan saja. Apa kamu ada ide?"
"Sarapan di hotel, makan siang di Mak Del ya?" pinta Sekartaji.
"Apaan itu Mak Del?"
"Penyetan."
"Apa tidak ke ayam goreng Kartini saja? Atau Suharti?"
"Di Mak Del kata papa ada iga goreng enak dan lalapannya brutal, ala Sesundaan," jawab Sekartaji.
"Ya sudah. Ikut kamu saja."
***
Kamar Sekartaji
Gadis itu langsung membuka bajunya dan masuk ke dalam kamar mandi. Sekartaji merasa perutnya penuh. Ya iyalah penuh, soalnya makan tadi makan tidak kira-kira! Dan akhirnya Sekartaji harus bertapa manis.
"Ya ampun, Sekar ... Gendut deh kamu di Solo," gumam gadis itu sambil bermain ponsel di dalam kamar mandi.
Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Sekartaji.
📩 Pak Ande-ande Lumut : Sekar, kamu lagi ngapain? Aku lagi bertapa nih!
Sekartaji melongo. "Ya Allah Gustiiii ! Jorok banget!"
***
Sekartaji sudah bersih dan segar serta memakai daster yang dibelinya tadi. Gadis itu pun memasang channel musik dari tv yang ada di kamar hotelnya dan bersiap untuk tidur. Namun suara getar ponselnya, membuat Sekartaji membuka matanya dan sebal saat tahu siapa yang menghubungi dirinya.
"Ya Mas?"
"Kamu sudah tidur?"
"Baru mau akan."
"Sekar, aku tidak bisa tidur."
"Ngitung mbek macam Mr Bean. Kan ada tuh gambar mbek banyak di ponsel," jawab Sekartaji sambil setengah merem. "Mbek satu, mbek dua ...."
"Sekartaji Kusumo ... Bukan begitu woi!" protes Danapati. Namun tidak ada jawaban dari Sekartaji karena gadis itu sudah terlelap. "Duh! Gue ditinggal tidur pulak!"
Danapati merasa gabut karena tidak bisa tidur lalu memutuskan untuk keluar dari kamarnya guna mencari angin. Entah kenapa, setelah menabung banyak di toilet, perutnya terasa kosong dan lapar.
Danapati hendak keluar dari lift dan nyaris bertabrakan dengan seseorang.
"Pati?"
"Dewa?"
"Elu ngapain disini!" seru keduanya kompak.
***
Wedangan Dekat Novotel
"Jadi elu main kabur go show ke Semarang demi membuat ingatan Sekar kembali? Demi cerita cinta masa kecil elu? Gile lu Ndro. Dua puluh tahun nungguin Sekartaji? Elu mau saingan sama Ande-ande Lumut dan Klenteng Kuning?" cerocos Dewa.
"Klenting Kuning bukan Klenteng, kampret!" sungut Danapati kesal.
"Halah, meleng dikit hurufnya," balas Dewa cuek.
Danapati melengos sebal. "Lha elu sendiri? Mana Alina dan Sagara?"
"Jeng Alina di Jakarta lah sama Gara-gara. Aku disini bersama Ragil cuma doi lagi di rumah kakaknya yang kerja di AJ Corp. Aku tadi sih jalan-jalan seputaran sini sambil jajan tidak jelas."
"Lho bukannya elu punya rumah di Manahan? Ngapain elu dimari?" tanya Danapati.
"Kejauhan, Pati. Kantor bank gue noh, tinggal nyebrang sampai. Kalau ada yang dekat buat apa cari yang jauh? Lagian disini kan makanan lebih gampang carinya. Yang enak-enak di Slamet Riyadi, chuy. Manahan, gue kudu keluar dulu, berburu ... Jadi mending gue nginap di Novotel, perut dan cacing gue terjamin lah!" jawab Dewa sambil menyeruput wedang jahe merahnya.
"Lu balik Jakarta kapan?" tanya Danapati sambil makan nasi bandeng.
"Senin gue balik tapi agak sore. Soalnya Jeng Alina minta dibawain abon, kerupuk rambak, serabi Notosuman dan roti Orion. Oh, sama ayam goreng di pasar gede sama ... Tunggu. Apalagi ya. Duh, jangan sampai ada yang lupa. Bisa kacau dunia suami istri!" Dewa mengambil ponselnya.
"Yakin yang ribut bukan Alina tapi elu karena tidur bareng kucing bloon kau!" ejek Danapati.
"Eh! Jabrik tidak bloon! Hanya sedikit terbelakang dan punya attitude!" balas Dewa tidak terima kucing putihnya dibilang bloon meskipun iya sih.
"Heran aku, Sagara suka poodle, kamu malah tetap mempertahankan si Jabrik Bloon bahkan sampai dibreed dan punya anak." Danapati menggeleng sebal.
"Eh dengar ya. Itu kucing adalah hadiah ulang tahun untuk Jeng Alina. Mana aku tahu kalau aku salah breed! Jeng Alina minta maine coon, aku dengernya anggora ...."
"Yaelah, tuh kuping dibersihkan kampret! Jauh banget Maine Coon ke Anggora!" ejek Danapati.
"Ya kaleee gue mau ada kucing Segede Gaban! Itu kucing apa Alaskan Malamute!" balas Dewa. "Eh, balik ke Sekartaji. Bagaimana hubungan kamu dengan Sekartaji? Apakah kalian serius? Kapan mau menikah?"
"Insyaallah serius, Wa, cuma masalahnya kan Bokapnya lah di Hongkong dikirim sama bokap lu. Bisa jadi kita nikahnya di Hongkong daripada Bokapnya ke Jakarta kan? Sekalian bulan madu lah. Bisa bablas ke Macau, atau ke Jepang sekalian tho?" jawab Danapati.
"Terus Sekar tetap kamu kasih ijin kerja kan?" tanya Dewa sambil makan sate kikil.
"Tetap lah. Dia sangat perfeksionis dalam pekerjaan dan aku tidak mau merenggut semuanya dari Sekartaji. Aku belajar banyak dari kamu Wa. Kamu tidak meminta Alina untuk berhenti menjadi guru, kecuali Alina yang minta. Disaat Alina resign, kamu memberikan gaji buat dia. Kamu tahu kan gaji dia dua digit menjurus tiga digit. Jadi aku tidak akan utak-atik pekerjaan Sekar." Danapati tersenyum.
"Bagus lah Pati. Di keluarga aku, rata-rata seperti itu. Mungkin orang lain melihat karena kita kaya jadi bisa seperti itu. Tapi, orang biasa pun bisa kok kalau memang ada respek dan sebagai laki, sangatlah memalukan jika meminta uang dari istri. Kita itu kepala keluarga, bawa anak orang. Kita yang minta dia tinggal sama kita, kita yang harus bertanggung jawab chuy!" ucap Dewa.
"Apakah Alina juga memasak?" tanya Danapati.
"Aku tidak pernah meminta Alina memasak. Tapi, kalau dia memasak karena kemauannya dia, aku sangat senang. Jeng Alina itu benar-benar paket komplit. Jadi kalau besok elu sama Sekar jadi nikah, ratukan dia. Seorang wanita kalau sudah menikah, biasanya akan otomatis tahu job desknya. Tapi, jangan memaksa jika memang dia tidak mau seperti misalnya lagi pulang kantor terus kamu minta pasangan kamu buatin kopi. Yang ada nyolot! Kalian sama-sama capek tapi harus tahu diri. Memang dibikinin enak tapi kalau kamu bisa buat sendiri ... Ya lakukanlah," jawab Dewa panjang lebar.
"Lha elu kok jadi gitu Wa? Begitu meratukan Alina."
"Soalnya, gue udah janji ke Allah. Gue dulu gimana sih Pati? Eh, saat gue janji sama Allah untuk taubat nasuha dan akan meratukan seorang wanita yang dikirim, ya gue lakuin." ( Baca My Kindergarten Teacher ).
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa
Thank you for reading and support author
don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
sebelum jaman drakor tayang