Hamil Anak Siluman.

Setelah istana untuk tempat tinggal Pandita dan Mecca selesai. Pandita memboyong keluarganya untuk menempati istana mereka sendiri.

Mecca tersenyum menatap istana putih impiannya. Dulu saat masih duduk di bangku sekolah dasar, Mecca sering menggambar istana seperti di depannya.

"Bagaimana, apa kamu suka?" tanya Pandita yang berdiri di sebelah Mecca. Ia merangkul bahu istrinya yang sedang menggendong Harjun.

Mecca menoleh kearah Pandita dan sedikit mendongakkan wajahnya karena tubuh nya hanya sebatas dada Pandita. Ia mengangguk seraya mengulas senyum manis.

"Suka! Aku bahagia bisa memiliki istana seperti impianku saat kecil dulu." ucap Mecca dan kembali menatap istana di depannya.

Pandita mengusap pucuk kepala Mecca dan mencium keningnya.

"Aku senang jika kamu bahagia Mecca, aku berjanji akan membuatmu selalu bahagia karena menjadi istriku." kata Pandita dengan mengulas senyum kecil.

"Seorang pria yang di pegang bukan janjinya Pandita, tapi komitmennya. Jika kamu membuatku kecewa terlalu dalam. Maka aku tidak akan ragu untuk meninggalkanmu." kata Mecca tegas. Karena selama ini Pandita tidak pernah bisa menepati kata-katanya untuk tidak menyakitinya ketika mereka terlibat perselisihan. Pandita selalu gelap mata dan selalu meremehkan perasaan Mecca.

"Aku akan memegang komitmenku sayang! Aku akan berusaha meredam emosiku demi keutuhan rumah tangga kita." ucap Pandita dengan tatapan mata tulus.

Mecca mengusap pipi halus nan putih milik Pandita dengan lembut.

"Biasanya seseorang lebih memilih untuk melepaskan orang tersayangnya daripada merubah sifat buruknya. Dan aku harap kamu memang bersungguh-sungguh akan merubah kebiasaan burukmu. Sesulit apapun halangan dan rintangan yang akan kita hadapi di depan nanti, aku tidak akan pernah meninggalkanmu Pandita, asalkan kamu benar-benar merubah sifat burukmu demi aku dan Harjun!" ucap Mecca dengan tatapan mata intens menatap manik mata Pandita. Ia bisa melihat kesungguhan Pandita dari manik biru milik suaminya tersebut.

Pandita meraih tubuh kecil milik Mecca kedalam pelukannya. Ia mengusap punggungnya dan mengecup dahi Mecca berulang kali.

"Aku akan membuktikan kesungguhanku padamu sayang! Aku tidak akan bisa hidup tanpa kalian berdua, maka dari itu aku akan merubah kebiasaan burukku agar kamu tidak meninggalkanku!" jawab Pandita dengan serius.

"Aku percaya ucapanmu Pandita, sekarang sebaiknya kita masuk, sepertinya anakmu ini haus!" ucap Mecca menyadarkan kembali Pandita jika saat ini mereka masih berada di luar istana.

Mereka berjalan dengan tangan Pandita masih merangkul Mecca memasuki istana mereka sendiri.

Setelah masuk ke dalam, Mecca benar-benar tak bisa menyembunyikan rasa harunya. Semua benar-benar indah, sesuai dengan keinginannya.

Aroma bunga Lily dan peach langsung tercium di indera penciuman mereka berdua, Mecca sangat menyukai aroma bunga Lily dan peach.

Mereka di sambut oleh beberapa dayang yang bertugas mengurus istana ini.

Mereka diantar menuju kamar mereka.

Mecca dan Pandita masih memakai dayang dan pengawal pribadi mereka yang telah lama ikut dengan mereka. Mecca sudah terlalu dekat dengan para dayang pribadinya jadi ia tidak ingin ada orang lain menggantikan dayangnya, begitupun dengan Pandita.

Sesampainya di dalam kamar, Mecca langsung menuju ke ranjang besar nan nyaman milik mereka berdua lalu meletakkan Harjun diatas ranjang. Harjun menangis karena Mecca meletakkannya diatas ranjang. cepat-cepat Mecca langsung membuka pakaian bagian luarnya dan mulai menyusui Harjun.

sementara Pandita yang berdiri di belakang pintu meneguk ludahnya karena melihat bagian tubuh istrinya yang menjadi favoritnya sangat besar menantang.

Pandita sampai menganga ketika Mecca memberikan putingnya pada Harjun. Mecca meringis karena merasakan nyeri ketika Harjun menghisap ASI-nya.

"Sshhh."

Mendengar suara ringisan Mecca membuat tubuh Pandita meremang karena darahnya berdesir. Ia berjalan mendekati Mecca dengan nafas memburu.

Pandita duduk di tepi ranjang di depan Mecca dan menatap sumber kehidupan putranya yang terlihat menantang.

"Ada apa?" tanya Mecca penasaran, karena Pandita menatap Harjun menyusu dengan rahang tegas.

Mendengar pertanyaan Mecca, Pandita lantas menatap wajah Mecca. Matanya menatap Mecca dengan berkabut gairah.

"Sayang, satunya untukku ya!" ucap Pandita dengan suara serak menahan gairah.

Mecca mengulum senyumnya dan menggeleng. "Apa dirimu memang tidak bisa mengalah dengan putramu sendiri Pandita?" ucap Mecca sedikit kesal.

"Tapi sebelum ada dia." Pandita menunjuk Harjun dengan dagunya. "Sudah menjadi milikku, benda itu adalah salah satu bagian tubuhmu yang menjadi favoritku." kata Pandita lagi.

Mecca hanya mendesah pelan tanpa bisa mengatakan apapun lagi karena Pandita langsung menyerobot sebelah sumber kehidupan putranya.

Mecca kembali meringis karena Pandita melakukannya dengan sangat beringas hingga aerola nya lecet.

.

1 tahun kemudian.

Saat ini Mecca sedang bermain di taman bersama dengan Harjun. Harjun saat ini sudah bisa berjalan meskipun masih tertatih. Mecca mendirikan Harjun di ujung lalu ia berlari menuju ke bawah pohon pir. Ia meminta Harjun untuk mendekatinya dengan tangan memegang buah pir.

"Harjun! Sini sayang, Lihat bunda! Kalau Harjun bisa berjalan sampai ke bunda, bunda akan berikan hadiah buah pir ini." kata Mecca dengan antusias. Ia benar-benar bahagia karena putranya sudah bisa berjalan meskipun masih jatuh bangun.

Beginilah perasaan semua ibu jika anaknya bisa berjalan. tak terkecuali Mecca, ia benar-benar girang bukan kepalang saat Harjun bisa melangkahkan kakinya pertama kalinya. Bahkan Mecca sampai menitikkan airmata sangking bahagianya.

Selama mereka tinggal di istana putih, Mecca sangat jarang mengunjungi castil kristal, malah mertuanya yang sering mengunjungi mereka demi menengok cucu kesayangan mereka.

Saat ini Pandita sedang bertugas menemui manusia serakah yang meminta kekayaan. Kali ini Mecca tidak ingin ambil pusing dengan tugas suaminya seperti dulu, jika dulu ia akan menahan Pandita agar tidak membuat umat manusia tersesat dan berujung pertengkaran.

Tapi setelah kehadiran Harjun, Mecca tidak terlalu memperdulikan pekerjaan Pandita. Baginya selama Pandita berjanji akan kembali dengan sehat dan selamat, ia akan mempercayai Pandita, ia akan menunggu kepulangan Pandita dengan mengasuh Harjun dan menghabiskan waktunya bersama putra pertamanya bersama Pandita.

"Yeeey, anak bunda hebat." Mecca bersorak senang ketika Harjun berhasil menjangkaunya.

Ia mengangkat Harjun dan memberikan ciuman bertubi-tubi di wajah nya, hingga sang putra tertawa terbahak-bahak karena merasa geli.

Para dayang dan pengawal ikut tertawa melihat ini dan anak tersebut tertawa. Mereka bahagia jika Mecca dan Harjun seperti ini.

Selama mereka tinggal di istana putih, Mecca dan Pandita tidak pernah terlibat pertengkaran karena Pandita sudah mulai bisa menahan ego nya.

"Anak Bunda pintar sekali sih, sekarang sebagai hadiahnya, bunda kasih buah pir ini ya." Mecca memberikan potongan buah pir dari piring porselen yang sudah di potong oleh dayang.

Harjun memang sangat suka buah pir seperti Pandita. Ia bisa menghabiskan beberapa buah pir dalam sehari karena sangat menyukainya.

"Anak pintar, setelah bermain dan makan buah, setelah ini kita membersihkan tubuh dan tidur siang ya. Sudah waktunya untuk Harjun tidur siang!" kata Mecca sambil menatap mata biru Harjun.

Jika mereka berada di dunia manusia, mungkin orang akan mengira jika Harjun anak bule. Karena memang Pandita seperti bule, bahkan teman-temannya dulu memanggil Pandita dengan sebutan mister.

Wajah Harjun sangat mirip dengan Pandita. Bahkan ibu mertuanya mengatakan jika Harjun adalah benar-benar seperti Pandita saat masih kecil.

Maaf ya buat para readers ku, beberapa hari ini otor dan anak lagi kurang enak badan, jadi nggak bisa update.

jangan lupa like, comen dan vote sebanyak-banyaknya biar otor semakin semangat update nya.

Terimakasih buat yang sudah bersedia membaca karya ini peluk cium 😘