NovelToon NovelToon
Dul

Dul

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Cintapertama / Cintamanis / Tamat
Popularitas:11.6M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Dul mengerti kalau Bara bukan ayah kandungnya. Pria bijaksana yang dipanggilnya ayah itu, baru muncul di ingatannya saat ia duduk di bangku TK. Namanya Bara. Pria yang memperistri ibunya yang janda dan memberikan kehidupan nyaman bagi mereka. Menerima kehadirannya dan menyayanginya bak anak kandung. Ibunya tak perlu memulung sampah lagi sejak itu. Ibunya tak pernah babak belur lagi. Juga terlihat jauh lebih cantik sejak dinikahi ayah sambungnya.

Sejak saat itu, bagi Dul, Bara adalah dunianya, panutannya, dan sosok ayah yang dibanggakannya. Sosok Bara membuat Dul mengendapkan sejenak ingatan buruk yang bahkan tak mau meninggalkan ingatannya. Ingatan soal ayah kandungnya yang merupakan terpidana mati kasus narkoba.

Perjalanan Dul, anaknya Dijah yang meraih cita-cita untuk membanggakan ayah sambungnya.


*****

Novel sebelumnya : PENGAKUAN DIJAH & TINI SUKETI

Cover by @by.fenellayagi

Instagram : juskelapa_
Facebook : Anda Juskelapa
Contact : uwicuwi@gmail.com

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

033. Kekhawatiran

Melihat keadaan ibunya yang begitu tidak berdaya, muncul kekhawatiran dalam diri Dul. Saat tiba di rumah, keinginan bertanya itu terpenuhi saat Bara membantunya berpakaian.

“Ibu sakit ya? Ibu sakit tapi nggak bakal meninggal kayak Mbah Lanang, kan?” tanya Dul polos.

“Enggak—enggak. Ibu Dul sakit karena ada adik Dul sedang tumbuh di perut ibu. Kamu masih mau, kan, punya adik?”

“Mau—aku mau. Berarti perut ibu nanti bisa besar?” tanya Dul lagi.

Bara terkekeh. “Iya. Bener... Nanti bisa besar. Doain ibu dan adik kamu sehat-sehat ya ....”

“Ibu sakitnya lama?” Sekali lagi, Dul ingin mengetahui seberapa lama lagi jarak antara ia dan ibunya itu berlangsung.

“Enggak. Enggak lama. Jadi—selama ibu sakit, kalau kamu ada perlu apa-apa minta ke Ayah aja ya .... Atau ngomong ke Mbok Jum. Gimana?” Bara menatap Dul yang sedang berusaha mencerna kata-katanya. “Dul mau dipanggil Mas, kan?” Bara juga sepertinya ingin memastikan isi hati Dul saat itu.

“Mau,” jawab Dul cepat.

“Kalo gitu, nanti ibunya dibagi sama adik, kamu enggak apa-apa?” Bara menatap Dul. “Ibunya boleh dibagi, kan? Untuk Dul, untuk ayah, untuk adik Dul nanti. Boleh?”

Dul mengangguk. Kalau penjelasannya sesederhana itu, ia bisa mengerti. Bara selalu bisa menemukan kata-kata yang dimengerti dengan mudah. Mendengarkan perkataan pria itu, selalu membuat suatu hal begitu sederhana

Lalu Minggu siang di rumah mereka ramai dengan kedatangan serombongan orang. Teman-teman ibunya muncul di ambang pintu. Dul sumringah menyambut tamu. Terlebih Bara langsung mempersilakan Robin untuk bermain ke kamarnya.

Ibunya masih terbaring lemah di sofa ruang keluarga. Tapi melihat ibunya yang sedikit ceria saat menyambut teman-temannya, ucapan Bara soal sakit ibunya tak akan lama sepertinya terbukti.

Dul sedang mengeluarkan beberapa mainannya dari laci. Mobil-mobilan yang jika direntang akan berbentuk robot, mobil-mobilan mini yang terbuat dari besi dan memiliki merek seperti mobil sungguhan, juga pesawat-pesawat dengan nama maskapai sungguhan yang dibelikan Bara dengan harga cukup lumayan.

“Banyak kali pesawatnya, bah. Cantik-cantik kali,” ucap Robin terkagum-kagum saat semua mainan pesawat dijejerkan Dul di meja belajarnya.

“Kata Ayah ini semua maskapai penerbangan di Indonesia,” sahut Dul.

“Ah, belum lengkap ini. Kutengok ada pesawat yang enggak ada di sini,” ujar Robin.

“Memangnya apa?” Dul penasaran.

“Perkutut. Aku pernah nengok di tipi ada pesawat Perkutut Airlines. Punya kau enggak ada.” Robin bicara sambil mengamati-amati jajaran miniatur pesawat di meja.

“Ooo, namanya agak aneh. Coba nanti aku tanya ayahku.” Dul mengangguk-angguk dengan raut serius.

“Teringat aku, kan … kok, banyak kali mainan pesawat? Cita-cita kau mau jadi pilot?” tanya Robin, mengangkat satu pesawat bertuliskan ‘SAUDIA’.

“Iya. Aku kepingin jadi pilot. Kalau cita-citamu apa, Bin?” Dul balik bertanya.

“Jadi apa pun enggak masalah. Yang penting jangan jadi penjahat dan jangan jadi beban keluarga. Gitu kata mamakku.” Robin memandang Dul dengan raut bijaksana.

“O, gitu ….” Dul mengangguk meski tak sepenuhnya mengerti apa yang diucapkan Robin.

Rumah kembali sepi beberapa jam kemudian dan Dul memiliki tugas tersisa di kamarnya. Membereskan semua mainan yang dikeluarkan dari laci bersama Robin tadi. Lalu, ibunya masuk ke kamar masih dengan kain sarung.

“Ibu tiduran di sini sebentar boleh?”

Dahi Dul diusap ibunya. “Ya, tiduran aja,” jawab Dul.

“Kita sampai kapan tinggal di sini?” Pertanyaan yang seharusnya tidak ia tanyakan meluncur begitu saja.

“Sampai kapan?” Ibunya mengernyit, sedangkan ia mengamati dengan raut cemas.

“Ke mana Ayah Bara ngajak kita tinggal, maka kita harus ikut. Sekarang Ayah Bara ngajak kita tinggal di sini, makanya kita tinggal di sini. Kenapa nanya gitu?”

Sepertinya ia dan ibunya juga sama bingung. Tapi jawaban barusan membuatnya lega. Namun, ada sedikit lagi yang belum tuntas di hatinya.

“Berarti seterusnya?” Dul belum melepaskan tatapan dari ibunya.

“Seterusnya,” sahut sang ibu.

“Kalau aku punya adik dari Ayah Bara, aku masih boleh punya kamar ini, Bu?”

Kamar itu kini menjelma sebagai harta bendanya. Plafon yang dihias bernuansa langit malam, nuansa biru langit di dinding, laci-laci warna-warni berisi mainan yang siang malam dijenguknya. Kamar itu menjelma menjadi tempat ternyaman baginya.

“Boleh. Dul sekarang anak Ayah Bara. Ayah Bara sudah sayang banyak ke kita. Makanya kita juga harus sayang Ayah Bara. Kamu belajar yang rajin, dengerin Ibu dan Ayah. Biar kamu bisa jadi kayak Ayah Bara. Gitu, kan?”

“Iya. Aku mau kayak Ayah Bara. Keren. Aku sayang, kok, sama Ayah Bara. Ayah Bara sering gendong aku ke kamar kalau ketiduran di depan tv. Biasa sama Mbah aku dibangunin disuruh jalan. Aku suka digendong.”

Kesenangan itu akhirnya terucapkan juga. Ganjalan di hatinya seakan terlepas dan malam itu ia tertidur nyenyak dalam pelukan ibunya.

Ternyata sakit yang dialami ibunya berlarut-larut. Wanita yang melahirkannya itu suatu hari pergi dibawa berobat dan harus menginap. Sejak siang Dul hanya berdua saja dengan Mbok Jum.

Berjam-jam Dul menghabiskan waktunya dengan mondar-mandir dari depan ke belakang. Membongkar mainan berkali-kali, memberi makan ikan yang sudah kekenyangan, juga duduk menopang dagu menghadapi punggung Mbok Jum yang sangat betah di dapur.

Malam harinya saat baru akan menyimpan maket miniatur kota yang dikotak-katiknya, Bara masuk ke kamar menghampiri. Pria itu tersenyum, tapi wajahnya terlihat sangat lelah. Sejak ibunya sakit, Bara-lah orang yang paling capek di rumah itu.

“Malam ini kamu Ayah bawa nginep di tempat lain, ya. Kasian kamu enggak ada temennya di rumah.”

Pasti ke rumah Akung ….

Dul tak banyak bertanya. Bara mengatakan kalau ia tak perlu ganti baju agar bisa langsung tidur karena saat itu sudah malam. Dul duduk di tepi ranjang memperhatikan Bara yang dengan gesit memasukkannya semua perlengkapannya ke dalam sebuah ransel.

Bara sesekali menatapnya. Mungkin sedang mengingat-ingat hal apa lagi yang mungkin terlupa. Tak lama mereka berdua sudah berada di mobil. Hanya berdua saja.

“Ibu masih sakit?” Dul menatap Bara yang malam itu dinilainya cukup serius. Jarang-jarang Bara bersikap seserius itu kalau mereka hanya berdua.

“Masih,” jawab Bara, menoleh Dul sekilas. “Dul …,” panggil Bara, mengerling sejenak lalu kembali menatap jalanan.

“Mmmm?” sahut Dul. Matanya tak lepas memandang Bara. Hal apa yang kira-kira akan disampaikannya pria itu padanya.

“Kamu sayang Ayah, enggak?”

Bara membalas tatapannya sekilas, lalu pria itu mengusap punggungnya dengan begitu lembut dan hangat. “Sayang,” jawab Dul.

Tentu saja ia sayang pada pria itu. Bara adalah sosok yang dengan mudah bisa disukai siapa saja. Di mata Dul, Bara hampir tak memiliki kekurangan.

“Sejak kapan sayang Ayah?”

Ayah cuma mau nanya ini?

“Sejak naik motor gede pertama kali.”

Jawaban yang tak perlu waktu lama untuk menjawabnya. Hari pertama pria itu mengulurkan tangan mengajaknya naik ke motor merah, ia langsung suka. Ia langsung memperhatikan semua gerak-gerik Bara. Cara berpakaiannya, cara pria itu tertawa, bahkan cara pria itu mengernyit tiap kali bingung menjawab pertanyaannya.

Bara terlihat menyukai jawabannya. Pria itu mengangguk dan menyunggingkan senyum tipis saat meneruskan perjalanan mereka.

Andai saat itu Dul memiliki keberanian lebih. Atau seandainya Bara meneruskan pertanyaannya dengan seberapa besar rasa sayangnya, Dul akan menjawab bahwa ia menyayangi Bara sama besar dengan menyayangi ibunya.

Malam itu Bara mengantarnya ke rumah Pak Wirya. Pria tua ramah itu menyambutnya di depan pintu dengan senyum dan suara riang.

To Be Continued

1
Esther Lestari
Dayat sama Mima itu.....wah bakalan heboh kalau keluarga mereka tahu
🅔🅕🄵💜Bening🍆
baca ulang novel ini entah ke brp... novel pk dean winarsih.. novel Bara dijah... tini suketi bisa mengulang puluhan kali.. tp utk ngulang baca dul ini bener2 berat.... apa lg di bab dul yg awal2 ini.. bener2 nangis sepanjang baca ceritanya....😭😭 melownya dul nyampe bener di aku... perasaan tak berarti dlm keluarga sendiri... perasaan tersisihkan...berbeda n terasa asing dlm keluarga sendiri itu sakit...
Jeong Nari
wajib di bacaa karya-karya dari author juskelapa, semua cerita menarik, bagus,nggak bosenin, dan paling penting selalu ingin balik buat baca karya-karya itu meski udah di baca berulang kali,terimakasih Author sudah menciptakan karya yg sangat bagus❤
Esther Lestari
baca ulang....masih saja mewek😭
Gipari Alwahyudi
/Facepalm/
Arieee
asli ngakak🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Arieee
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣ngakak so hard
Arieee
your eyes dan ndasmu🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Cen Mei Ling
idola saya banget kk @jus kelapa 🥰🥰 Mungkin banyak yg bisa mengarang, tapi jadi penulis dan penutur bahasa yang bisa mengharu birukan benak pembaca itu sungguhhhh SESUATU 👍🥰 Dengan bahasa yang mengalir lancar, diselipkan celetukan kocak yang bikin ngakak, itu ciri khas kk yg ga bisa ditiru orang lain. Semangat terusssss kakakkkk ❤️❤️ Doa kami besertamu, cepat sehat dan terus berkarya 🙏🙏 luv u
🇮🇩 F A i 🇵🇸
Entah lamaran atau apa...
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Ku menangis.... 😭😭😭 Pdhal udah entah ke sekian kalinya baca. Tapi sllu aja mewek... 😭😭😭
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Kalo AQ dikrmi pesan begitu lgsg jwb "Alhamdulillah lepas beban terberatku." Hbs itu lgsg Blokir. 🤣🤣🤣
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Gak brenti ngekek otomatis. Si Robin bnr2 bisa menghidupkan suasana seAmvuradul apapun. 🤣🤣🤣
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Duuuuuuuh... Udah berulang kali baca tetep aja mewek... 😭😭😭
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Membaca ulang kisah DUL dr awal dengan teliti...
Bee_
🤣🤣🤣🤣
Bee_
harus babu banget ya ni🤣
Bee_
hayoloh🤣
Bee_
bin batalin niat kau🤣
Bee_
aakhh Dul ku sekarang sudah besar😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!