NovelToon NovelToon
BIDADARI SANG PENAKHLUK

BIDADARI SANG PENAKHLUK

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / CEO / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni / Tamat
Popularitas:2.4M
Nilai: 4.6
Nama Author: Tsabita

Takdir yang mempertemukan mereka berdua, takdir pula yang membawa mereka kedalam hubungan yang rumit.

Faiha Azkiya, seorang muslimah yang mempunyai mimpi menjadi wanita yang kuat dan tangguh. Pundaknya saat ini dituntut menjadi kokoh, untuk menghidupi dirinya dan sang nenek. Ingin rasanya ia menyerah pada takdir, namun semuanya itu berbanding terbalik. Dimana, takdir itu malah merubah kehidupannya.

Azzam Arsalaan. Pemberontakkan, kejam dan ditakuti oleh hampir semua orang dalam dunia bisnis. Bahkan dunia hitam pun sangat tidak ingin terlibat sesuatu dengannya. Ia akan sangat murka jika kehidupannya terusik, tiada kata 'ampun dan maaf' darinya. Jika tidak, maka nyawa mereka akan lenyap saat itu juga.

Akankah takdir itu dapat menyatukan mereka dan bahagia? Atau sebalinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Hari berikutnya, Kiya yang saat itu sedang bersiap untuk berangkat bekerja.

" Nek, Kiya berangkat ya." Mencium punggung tangan Ambar.

" Iya nak, bagaimana tentang pekerjaanmu? Lancar ?" Tanya Ambar kepada Kiya.

" Alhamdulillah lancar nek, oh iya. Kak Gab, titip pesan buat nenek. Katanya, mesin jahitnya jangan jadi pajangan." Senyum Kiya sembari merapikan pakaiannya dan bersiap untuk berangkat kerja.

" Syukurlah kalau begitu, anak itu. Nenek sudah bilang kalau nenek tidak suka menjahit, untuk masalah nak Azzam. Apa kamu sudah mempunyai jawaban? Jika sudah, lebih baik disegerakan memberitahukannya. Tidak baik mengulur-ulur waktu, kalian berhak untuk hidup bahagia kedepannya. Berangkatlah, nanti terlambat." Ambar menepuk punggung Kiya dengan perlahan.

Apa yang nenek katakan itu, memang benar. Aku tidak boleh egois untuk menahan jawaban ini, aku dan dia mempunyai harapan tersendiri untuk bahagia dikehidupan mendatang. Kiya.

" Kiya berangkat nek, Assalamu'alaikum."

" Wa'alaikumussalam."

Kiya berjalan dengan perasaan yang sangat yakin, untuk memberikan jawabannya kepada Azzam. Walaupun ia belum sepenuhnya yakin untuk mengutarakan jawaban tersebut. Hingga akhirnya, langkah kaki Kiya memasuki perusahaan. Berjalan dengan saling sapa diantara para karyawan lainnya, disaat akan memasuki lift.

" Selamat pagi Ki? Bisa bicara sebentar?" Ferdinand, menyapa Kiya disaat akan memasuki lift.

" Eh, e e bicara apa? Maaf, sepertinya waktu kerja akan segera dimulai. Permisi." Kiya pamit undur diri dari hadapan Ferdinand, namun baru saja akan melangkahkan kakinya.

Tangan Kiya tertahan oleh tangan Ferdinand, dengan cepat tangan itu Kiya tepis. Namun, kekuatan pria lebih kuat dari wanita. Tangan Kiya kembali ditarik Ferdinand dan membawanya ke salah satu sudut ruangan, dimana terlihat sepi dan tidak banyak orang yang berlalu lalang melewatinya.

" Hei, lepaskan. Tolong lepaskan! Jangan semaunya anda." Kiya memberontak untuk melepaskan tangannya dari genggaman tangan Ferdinand.

" Aku tidak akan melepaskanmu, Kiya? Sampai kapanpun, tidak akan pernah. Kau milikku, milikku!" Ferdinand semakin menegaskan perkataannya.

Ferdinand semakin menekan tubuh Kiya, hingga ia terpojokan di sudut ruangan. Ketakutan semakin membuat Kiya gusar, berdo'a dalam hati agar ada yang menolongnya saat itu. Disaat Ferdinand akan mencium Kiya, tubuhnya bergetar sangat hebat. Ia menggigit bahu dan menendang aset masa depan milik ferdinand dengan sangat kuat, hingga akhirnya ferdi tumbang dan terjatuh tersungkur ke lantai. Kiya langsung melarikan diri dari sana, karyawan lainnya merasa heran melihat Kiya berlari dengan wajah yang sangat ketakutan.

Bbuughh!!!

" Aaaa... " Teriak Kiya, tubuhnya sudah terjatuh akibat dari menabrak seseorang dari belakang.

Orang yang ditabrak oleh Kiya adalah Azzam, yang saat itu memang sedang menunggu kedatangannya dirinya. Melihat Kiya terjatuh dan wajahnya yang pucat, Azzam langsung menarik Kiya kedalam pelukannya.

" To to long, tolong!!" tubuh Kiya masih bergetar dengan sangat kuat.

" Sayang!" kening Azzam berkerut, ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres terjadi.

Memapah Kiya dengan perlahan, membawanya menuju ruang kerja mereka. Azzam memerintahkan Daffa untuk segera melakukan pemeriksaan atas apa yang terjadi.

" Sayang, minumlah." Segelas air tawar Azzam berikan kepada Kiya, untuk melepas rasa ketakutannya.

Kiya menerima air tersebut, meminumnya perlahan. Ada rasa kenyaman saat berada berdekatan dengan Azzam, begitupun sebaliknya.

" Terima kasih." Ucap Kiya, meletakkan gelas pemberian Azzam.

" Apa yang terjadi? kenapa sampai berlari seperti orang ketakutan seperti itu, sayang!" Azzam duduk bersebelahan dengan Kiya, agar bisa memberikan ketenangan dan keamanan untuk sang kekasih.

Kiya menatap wajah Azzam, sebenarnya ia takut untuk mengatakan apa yang telah terjadi padanya. Namun, ketakutan akan hal tersebut akan terjadi lagi nantinya. Membuat Kiya dengan mengumpulkan keberaniannya, untuk memulai menceritakan hal tersebut.

" Tuan, sebe.." Azzam melebarkan matanya dan mendengus kesal.

" Tuan, tuan, tuan lagi! Ayolah sayang, sebenarnya hatimu itu menerimaku atau tidak. Jika seperti ini masih membuatmu risih, oke. Aku tidak akan memintanya lagi, anggap saja perkataanku waktu lalu itu seperti angin yang lewat. Aku akan menjauh, hufh!" Menghempaskan punggungnya pada sandaran sofa, berpura-pura kesal padahal sebenarnya Azzam hanya memancing tanggapan Kiya kepadanya.

Kiya masih terdiam dalam keheningan, hati dan perasaannya masih bimbang untuk memberikan jawaban atas istikharahnya kepada Azzam. Kembali ia mengingat perkataan sang nenek, agar menyegerakan hal tersebut.

" Tidak! Jangan." Jawab Kiya dengan melirik Azzam. Tanpa ia sadari, tangannya menggenggam tangan Azzam dengan erat.

" Jangan? Jangan apa?" Azzam sangat merasa senang, karena aktingnya itu berhasil memancing Kiya untuk berbicara.

" E e.. I itu, itu." Kiya mendadak gagu dibuatnya.

" Itu? itu apa? Ya sudah, lebih baik aku pergi." Azzam berakting kembali, seperti akan beranjak pergi. Padahal, ia merasa senang sekali tangannya itu digenggam oleh Kiya.

" Jangan pergi, a a ku me nerimanya." Seperti biasanya, Kiya akan menunduk.

" Menerima apa? Kenapa semakin nggak jelas, percuma saja. Menghabiskan waktu yang sia-sia, sial!"! Azzam semakin tertarik untuk menggoda Kiya, namun nyatanya.

" Ya sudah, jika merasa sial. Pergilah!! Dan jangan muncul lagi." Kiya melepaskan dan menghempaskan tangan Azzam.

Ya Tuhan, kenapa malah dia yang berbalik marah. Benar-benar sial! Azzam.

" Tidak sayang, jangan begitu. Hehehe, terima kasih my love." Azzam menampakkan wajah imutnya untuk membuat Kiya tidak marah.

" Jangan marah sayang, jadi benar lamaran itu diterima?" Tanya Azzam dengan wajah yang sungguh sangat bahagia, dan memastikan jawaban tersebut. Kiya hanya menganggukkan kepala, sebagai jawabannya.

Azzam langasung menarik Kiya ke dalam dekapannya, tanpa Azzam sadari. Jika air mata itu menetes pada sudut matanya, air mata kebahagian yang tiada bandingnya.

" Aakkhh! Lepasin tuan, anda jangan me meluk." Kiya memberontak dan memukul dada bidangnya Azzam dengan sangat kuat.

" Sebentar saja, sayang. Sebentar lagi." Pukulan Kiya, tidak begitu terasa bagi Azzam. Bahkan Peluru yang bersarang pada tubuhnya pun, merupakan hal biasa baginya.

" Ki kita belum sah tuan, tidak baik seperti ini. Kalau nggak, batalin saja." Kiya mengancam Azzam, jika tidak seperti itu. Azzam akan terus lupa akan larangan yang ada, karena mereka belum menjadi mahram.

" Jangan! Jangan sayang, iya iya. Ini dilepas, awas saja jika peluk-pelukan sama pria lain." Azzam mengintimidasi Kiya dengan tatapan tajamnya.

Setelah kebahagian yang mereka rasakan, Kiya mulai menceritakan apa yang terjadi padanya sebelumnya. Azzam begitu marah setelah Kiya menceritakan apa yang ia alami, begitu pula dengan Daffa. Setelah mendapatkan bukti-bukti yang ada, kemudian ia serahkan kepada Azzam untuk dilihat.

" Ba***sat!!! Amankan orang itu!! Jika kalian gagal, nyawa kalian menjadi taruhannya." Azzam memberikan perintahnya kepada Daffa dan bawahannya yang lain, agar segera meringkus pengganggu tersebut.

" Takkan aku biarkan, kalian merusak dan menggganggu berlianku. Jika kalian melakukannya, maka bersiaplah untuk nyawa kalian aku lenyapkan!!!"

1
Leni Novita
leader nya bodoh, g bisa baca tak tik musuh
Yuliati Soemarlina
siapa lagi kli bukan azzam
Yuliati Soemarlina
kiya mending dg hanif...
Yuliati Soemarlina
kiya kenapa diam aja ditampar..dipukul sama marsha....sabar bukan begitu caranya...
Yuliati Soemarlina
kiya mau semobil dg hanif yg bukan mukhrim hanya berdua...gak konsisten kiya...
Yuliati Soemarlina
utk visual bebas aja thor..tiap" orang beda senengnya..yg penting ceritanys bagus...
Yuliati Soemarlina
punya bos kaya azzam..makan ati..bisa" stres tuh karyawan
Guntur Guntur
Lumayan
Murni Murniati
apakah soal kemaren yg djebak tu udah tau kah
Rini Haryati
bagus
Yana Emon
Buruk
Yana Emon
Kecewa
Tika Sartika12
Luar biasa
Tika Sartika12
karya yg luar biasa,,ska karakter nya kiya,,,wanita memang harus seperti bunga mawar yg memiliki banyak duri untuk melindungi bikann untuk menyakiti
Cia Sanu
cerita yang seru dan keren
Teti Kaka Hotimah
bava dari awal tegang tawa tegang tawa lagih..yah sekarang tegang lagi
Sandisalbiah
Ferdinan.. biang rusuh..
Sandisalbiah
hadeehh. Kya. jgn gampang di intimidasi dong.. kamu itu harus kuat dan bisa membela diri...
Sandisalbiah
marsya tipe wanita culas..
Sandisalbiah
menurutmu itu keberuntungan tp mungkin menurut Kya itu musibah.. Gina..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!