Aluna Maharani dan Reza Mahesa sudah bersahabat sejak SMA. Mereka kuliah di jurusan yang sama, lalu bersama-sama bekerja di PT. Graha Pratama hingga hampir tujuh tahun lamanya.
Kedekatan yang terjalin membuat Aluna yakin, perhatian kecil yang Reza berikan selama ini adalah tanda cinta. Baginya, Reza adalah rumah.
Namun keyakinan itu mulai goyah saat Kezia Ayudira, pegawai kontrak baru, masuk ke kantor mereka. Sejak awal pertemuan, Aluna merasakan ada yang berbeda dari cara Reza memperlakukan Kezia.
Di tengah kegelisahannya, hadir sosok Revan Dirgantara. Seorang CEO muda yang berwibawa dari perusahaan sebelah, sekaligus sahabat Reza. Revan yang awalnya sekadar dikenalkan oleh Reza, justru membuka lembaran baru dalam hidup Aluna. Berbeda dengan Reza, perhatian Revan terasa nyata, matang, dan tidak membuatnya menebak-nebak.
Sebuah kisah tentang cinta yang salah tafsir, persahabatan yang diuji, dan keberanian untuk melepaskan demi menemukan arti kebahagiaan yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqueena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SALAH PAHAM
"Jadi Sunbae pengirimnya?" ucap Aluna kaget sambil berdiri dari kursinya.
"Iya, kenapa kaget? Biasa aja kali ." jawab Robin santai.
Aluna cepat-cepat menggeleng. "Nggak, nggak nyangka aja sih kalau Sunbae yang ngirim."
"Kan kamu sering kurang cairan, jadi inisiatif aja aku belikan botol minum yang gede." Robin tersenyum sambil menaruh jari di dagunya membentuk tanda ceklis.
"Aku perhatian kan?"
Aluna menaikan sudut bibir atasnya, dan mendecak kecil. "Kepedean, lagian kenapa baru ngomong sekarang sih."
"Oho!" Robin mendekatkan kepalanya.
"Jangan-jangan kamu ngarepnya ada cowok yang jadi pengirim misterius? Kayaknya kamu kebanyakan nonton drakor, Na."
Aluna mendengus kesal, Ia meraih beberapa kertas di mejanya lalu memukulkannya ke Robin.
Buk! Buk!
"Sunbae yang harusnya kurangin nonton Drakor, nih rasain."
Robin pura-pura meringis sambil tertawa, kemudian kembali ke mejanya. Botol air itu sebenarnya memang hadiah ulang tahun yang sangat terlambat untuk Aluna.
Waktu itu Robin sedang bertugas di luar kota, jadi ia hanya bisa mengirimnya lewat paket. Baru sekarang ia berani mengaku.
Sementara itu, Yuna yang duduk di kursi, diam-diam memperhatikan Andika yang duduk tak jauh dari sana. Mantan kekasihnya itu tampak terlalu serius dengan pekerjaannya.
"Sayang... Kamu nggak kangen sama aku? Aku pengen kembali lagi seperti dulu..." gumam Yuna dalam hati.
****
Malam hari pun tiba, suasana kantor mulai sepi. Beberapa karyawan sudah pulang lebih dulu, menyisakan Aluna dan beberapa rekannya yang masih berkutat dengan laporan, sebagai bagian akhir dari pekerjaan hari ini.
"Na, kerjaan mu sudah selesai?" tanya Yuna sambil merapikan map.
"Sudah, bentar lagi ku kirim ke email atasan," jawab Aluna tanpa menoleh. Jemarinya masih sibuk di atas keyboard.
Setelah memastikan semua laporan beres, mereka berdua berkemas. Aluna meraih tas, lalu meneguk sisa air dalam botolnya. Rasa lelah bercampur lega.
Ucap Yuna sambil menguap kecil. "Yuk pulang."
Aluna mengangguk. "Yuk, udah pegel banget."
Mereka berjalan keluar bersama, menuruni lantai demi lantai dengan lift. Pintu lift akhirnya terbuka di lantai dasar.
Sebelum keluar, mereka absen pulang dengan print finger terlebih dahulu. Begitu tiba di depan gedung, Aluna secara refleks menoleh ke arah perusahaan di sebelah.
Langkahnya mendadak terhenti. Di depan perusahaan Revan, pria itu berdiri di samping sebuah mobil hitam, membukakan pintu untuk seorang perempuan.
Aluna hanya terpaku di tempat, menatap pemandangan itu sampai mobil benar-benar menghilang dari pandangan.
"Hehh!!" dengus Aluna. "Nunggu apaan, baru berapa hari ngasih waktu, sekarang udah sama perempuan lain." gumamnya dalam hati.
"Na, mau pulang bareng atau gimana?" suara Yuna memecah lamunannya.
Aluna menoleh padanya. "Kamu pulang duluan aja, Yun. Aku masih ada urusan."
"Yaudah, kalau gitu aku duluan ya, kamu hati-hati di jalan." ucap Yuna lalu melangkah menuju mobilnya.
Aluna berjalan menuju halte bus dengan wajah masam. Sesekali ia mendecak, lalu menggerutu dalam hati.
Begitu bus datang, ia naik dan memilih duduk dekat jendela. Tangannya menyilang di depan dada sementara bibirnya manyun tanpa sadar.
Bayangan saat Revan menyatakan perasaannya waktu itu terlintas di benaknya.
"Aku menyukaimu, Na."
Aku nggak minta jawaban malam ini juga, kamu bisa beri jawaban nanti."
"Aku akan menunggu. Lagi."
Aluna mendengus. "Dasar modus, laki-laki emang semuanya sama."
Ia menempelkan pipinya ke kaca jendela, melihat bayangan samar wajahnya sendiri. Dari refleksi itu, ia sadar ekspresinya benar-benar kayak anak kecil yang ngambek.
"Kenapa juga aku jadi manyun sendiri begini!?" desisnya, lalu menegakkan badan.
Tapi, tak lama kemudian, bibirnya kembali maju ke depan. Ia menghela napas panjang, lalu mendengus kecil.
Bus terus melaju, sementara Aluna masih asyik dengan wajah cemberutnya, seolah dunia baru saja mengerjai dirinya.
...****...
...~POV REVAN~...
Setelah sampai di rumahnya, ia langsung membersihkan diri lalu membaringkan tubuh di atas kasur empuknya, lalu meraih ponsel yang tergeletak tak jauh dari sana.
Ia menyalakan layar, dan membuka aplikasi pesan berwarna hijau. Cukup lama ia memandangi kontak Aluna yang sama sekali tidak ada pesan masuk darinya.
Tak sengaja, Revan menyentuh lingkaran hijau yang ada di profilnya. Begitu status terbuka, ia tersenyum memandangi foto Aluna yang diunggahnya hari ini.
"Ah... aku merindukannya." gumamnya.
Di tap nya layar untuk melihat status selanjutnya. Namun keningnya berkerut saat melihat foto Aluna dengan seorang pria, foto itu terlihat sangat manis.
Revan mendengus, "Pantas aja belum ada jawaban, ternyata dia sudah menerima lelaki lain."
Tak mau terlalu lama memandangi foto itu, Revan akhirnya mematikan layar dan membuang asal ponselnya di ranjang.
Sebelum ia berbaring, "Apa aku harus kerumahnya?" Revan menggeleng cepat. "Nggak, nggak. Untuk apa? toh sudah jelas, kalau dia sudah punya pria lain."
...~POV REVAN END~...
Di apartment, Aluna berbaring sambil memainkan ponselnya. Ia membuka akun sosmed Revan, mencari tahu siapa perempuan yang bersamanya tadi.
Hampir setengah jam ia menggulir layar, namun tidak ada jawaban. Di sana, sama sekali tidak ada gambar perempuan yang diunggahnya.
Mulutnya manyun. "Apa-apaan, dia sengaja nggak ngunggah foto perempuan itu supaya aku bisa masuk jebakannya?"
"MENYEBALKAN" ucap mereka bersamaan di dua tempat yang berbeda.
✒️Bersambung
...----------------...
Aduhhh, ada aja cobaan buat kedua insan ini bersatu. Salah paham antara keduanya akan jadi hal yang lucu nih😅
Temani terus kisah Aluna sampai akhir yah 🥰 🙏🏻
GAMSAHAMNIDA 🌹 🙏🏻
kebanyakan nonton Drakor lu lun..
kali dia emang mau ngasih duit segepok,tapi nyuruh jgn ninggalin anaknya
abis....takut belok beneran
ini mumpung ada betina yg mau dan khilaf🤣🤣🤣
yg penting pasangan perempuan..
seenggaknya lega euy,anak gw ga belok
abis ga pernah ketawan gandeng cewek
di ga tau aja,udah kyk soang anknya maen nyosor Mulu🤣🤣