NovelToon NovelToon
Aku Dijual Kakak Tiriku

Aku Dijual Kakak Tiriku

Status: tamat
Genre:CEO / Tamat
Popularitas:107.8k
Nilai: 5
Nama Author: Anjana

Alenata yang berstatus anak tiri, terpaksa dijual oleh kakak tirinya. Sedangkan kedua orang tuanya sudah meninggal, Alenata hanya tinggal bersama kakak tiri laki-laki dan ibu tiri.

Demi keuntungan, ibu tiri dan kakak tirinya rela menjual Alenata kepada lelaki kejam yang sudah beristri.

Akankah Alenata mendapatkan kebahagiaannya? atau hidupnya akan selalu menderita?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kabar yang mengejutkan

Setelah semuanya sudah terungkap dengan jelas, tiba-tiba Alena dikagetkan dengan suara dering ponselnya.

"Maaf, ada yang menelpon saya." Ucap Alena.

"Siapa?" tanya Devan penasaran.

"Saya kurang tahu, Tuan. Soalnya ini nomor baru, saya juga tidak mengenalinya. Jika Tuan Devan berkenan, saya persilakan untuk menerima teleponnya." Jawab Alena.

"Sini, berikan padaku." Ucap Devan dan menerima ponsel dari Alena.

Karena penasaran, Devan yang akhirnya menerima panggilan ke nomor telepon miliknya Alena.

"Halo, ini siapa?"

Dengan serius, Devan menunggu jawaban dari si penelpon. Bahkan, tidak ada satu kalimat pun yang terlewatkan.

"Apa! bun_uh diri? ok ok, kami akan segera pergi ke rumah sakit." Ucap Devan yang langsung memutus sambungan telepon.

Semua yang mendengar keterkejutan dari Devan, pun dibuatnya kaget juga penasaran tentunya.

"Ada apa? apa yang terjadi? siapa yang bunuh diri?" tanya ibunya Genan yang khawatir dan juga penasaran.

"Ibu tirinya Alena, bunuh diri di rumah sakit. Sekarang jenazahnya sedang diusut. Takutnya ada yang tidak beres atas kematiannya." Jawab Devan dengan terpaksa mengatakan yang sebenarnya di hadapan Alena.

Alena yang mendengar bahwa ibu tirinya bu_nuh diri, pun jatuh pingsan. Mau bagaimanapun sudah merawatnya sejak kecil meski tidak seberuntung anak-anak lainnya yang mempunyai kasih sayang dari ibu kandung.

Dengan sigap, Devan langsung menangkap tubuhnya Alena.

"Alena, Alena! bangun, Alena! bangun." Teriak Devan sambil menepuk-nepuk salah satu pipinya agar sadarkan diri.

Ibunya Devan pun ikutan panik saat mendapati Alena yang jatuh pingsan.

Karena harus segera datang ke rumah sakit untuk melihat kebenaran, Devan sekaligus membawa Alena ke rumah sakit untuk ditangani.

Selama dalam perjalanan menuju rumah sakit, asisten ibunya Genan memberi pertolongan dengan caranya yang hanya menggunakan sesuatu seadanya, yakni dengan minyak angin. Berharap bisa sadarkan diri.

Diolesi lah bagian pelipisnya dengan minyak angin dan juga bagian hidungnya agar menghirup dan dapat mendapat respon.

Alena yang berada dalam pangkuan Devan, masih juga belum sadarkan diri.

'Si_al! kenapa bibirnya begitu menggodaku, awas kamu Alena.' Batin Devan yang merasa kesal saat harus memandangi wajah ayu miliknya Alena dan juga dengan bibirnya yang ranum.

Entah kebetulan atau mungkin memang mendapat respon dari pijatan tangannya oleh asisten ibunya Genan, rupanya Alena perlahan mencoba untuk membuka kedua matanya. Juga, menggerakkan jari jemarinya.

Devan yang tengah memperhatikan wajahnya Alena, pun dibuatnya kaget saat kedua matanya terbuka dengan sempurna.

Saat itu juga, Alena langsung bangkit. Tanpa ia sadari jika dirinya ternyata tengah berada dipangkuan Devan. Jarak antara wajah Alena dan juga Devan sangatlah dekat, hanya beberapa inci saja.

"Aku ada dimana? dimana ibuku? bagaimana keadaannya?" tanya Alena memberondong banyaknya murid, mungkin.

"Kita sedang dalam perjalanan ke rumah sakit, jangan panik. Tidurlah dipangkuan ku, jika kamu ingin menenangkan pikiran mu." Jawab Devan dan menawarkan diri pada Alena.

"Enggak usah, aku bisa duduk endiri." Jawab Alena yang tentu saja menjaga gengsinya.

Devan yang tidak mau memaksakan kehendak nya, kini memilih untuk diam.

Sedangkan Alena yang takut merepotkan bosnya, segera pindah posisinya, yakni duduk di sebelahnya.

Devan yang tahu bagaimana rasanya diposisi Alena, langsung meraih tubuhnya untuk bersandar di bahunya.

"Bersandar lah, jangan terlalu memikirkannya. Semua sudah terjadi, tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali menerima kenyataan ini dengan lapang." Ucap Devan.

Alena yang memang pikirannya sedang tertuju pada ibu tirinya, sungguh tidak menyangka jika diakhir hidupnya harus tragis. Bahkan, belum sempat merawatnya di rumah sakit sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya.

Saat itu juga, air matanya terus mengalir begitu deras saat kenangan harus berakhir begitu saja.

'Ibu memang galak, tapi dia tetap membesarkan aku hingga besar seperti ini. Ibu, maafkan Alena yang sudah meninggalkan ibu sendirian di rumah sakit, maafkan Alena.' Batinnya dengan suaranya yang terisak.

Devan yang mengetahui jika Alena menangis, langsung menyambar tissue dan memberikannya pada Alena.

"Menangis lah jika itu yang bisa membuat mu lega, ini tissue nya." Ucap Devan menyodorkan tissue pada Alena.

"Ya Nak, kamu harus kuat. Percayalah, mungkin yang dilakukan ibu tirimu sudah tidak mempunyai jalan lain hingga akhirnya menyudahi hidupnya. Kamu harus lapang, semua sudah terjadi, jadikan semua ini sebagai pelajaran." Timpal ibunya Genan ikut bicara.

Alena yang sedang penat pikirannya, tak mampu untuk menjawabnya, dirinya memilih untuk diam.

Setelah memakan waktu yang cukup lama menuju rumah sakit, akhirnya sampai juga. Alena yang sudah tidak sabar untuk melihat kondisi ibunya, pun segera turun dan masuk ke dalam rumah sakit dengan berlari. Bahkan, dirinya tidak peduli jika harus mengganggu orang-orang yang tengah ke sana kemari.

Begitu juga dengan Devan, dengan susah payah dirinya mengejar Alena yang larinya cukup gesit. Sedangkan ibunya Genan hanya semampunya untuk berjalan dan ditemani asisten rumah.

"Pak Polisi, dimana ibu saya?" tanya Alena yang sudah tidak sabar untuk melihat ibu tirinya yang dinyatakan sudah tidak lagi bernyawa.

"Korban sudah berada di kamar jenazah, juga sudah dilakukan pemeriksaan. Anda siapa? apakah anda bagian dari keluarganya?"

"Ya Dok, saya putrinya." Jawab Alena.

"Baiklah, mari ikut saya."

"Tunggu Pak Polosi, bolehkah saya ikut menemaninya?"

"Boleh, silakan." Jawabnya dan mengantarkan Alena dan Devan masuk ke ruangan jenazah, juga sekalian menemaninya.

Alena yang sudah dibukakan pintu kamar jenazah, dengan pelan-pelan Alena mengikuti langkah pak polisi dari belakang.

"Ini korbannya, silakan jika ingin melihatnya. Hanya sebentar." Ucap pak polisi dan membukakan bagian wajahnya, kemudian di tutup kembali.

Alena yang dapat melihat jenazah ibu tirinya, pun benar-benar tidak menyangkalnya akan berakhir begitu tragis.

Seorang ibu tiri yang sudah ia anggap ibu kandungnya, pun kini tidak lagi ada. Meski sudah begitu tega menjual pada lelaki, namun semata karena masa lalunya yang gelap mata.

"Waktunya sudah habis, silakan untuk keluar." Ucap pak polisi yang bertugas untuk mempertemukan keluarga korban bun_uh diri.

1
Iffa Naila
alah gengsi sidevan 😂
Iffa Naila
gw yang baca gw juga yang sinis ya bacanya 😂
Ara Ramadhani
nyesek àkhir ceritanya
penyesalan selalu datang di akhir
waktu tidaak mungkin bisa terulang lagi
Dex Esy Ciimueet
akhir cerita menyedih kan,blom lama menghabis kan waktu bersama.
Yusria Mumba
saudara kurang ajar,
Herni Marianty
veritanya sangat bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!