Hasrat Satu Malam With Hot Daddy

"Nanti malam, ke rumah Papa." Ucap Danish tegas, mata nya menyorot tajam ke arah sang putra. 

Pagi ini, Daniash di kejutkan dengan kedatangan seseorang ke ruangan nya. Bukan Herra, tapi sang ayah. Dia bertanya-tanya, ada hal apa yang membuat papa nya datang ke kantor? Apalagi dari raut wajah nya, terlihat sangat serius. 

"Untuk apa, Pah? Apa ada hal penting?" Tanya Daniash.

"Tentu saja penting, datang saja ke rumah. Papa menunggu, awas kalau sampai kau tak datang!"

"Iya iya, nanti pulang kerja Dani ke rumah Pah." 

"Ya, papah tunggu." Jawab Danish, lalu pergi keluar dari ruangan kerja putra nya yang di penuhi berkas-berkas penting tentang bisnis.

Daniash mengernyitkan kening nya keheranan, kira nya apa yang akan di bicarakan oleh sang papa hingga jauh-jauh datang ke kantor nya? Kan bisa meminta nya pulang ke rumah lewat telepon. 

"Huffftt, entahlah. Semoga saja bukan hal buruk." Gumam Daniash, lalu kembali memfokuskan pandangan nya ke arah laptop yang menyala. 

Saat sedang fokus mengerjakan laporan, tiba-tiba saja ponsel nya bergetar, pertanda ada notifikasi pesan dari aplikasi chat.

Pria itu membuka nya, seketika otak nya yang rumet karena pekerjaan dan terbagi dengan memikirkan apa yang akan papa nya katakan, hilang sudah. Berganti dengan senyuman cerah saat gadis cantiknya mengirim sebuah poto selfie. 

'Makan siang bareng yuk Dad? Maura kangen Daddy.' Padahal baru kemarin malam mereka menghabiskan malam bersama dengan bergelut di atas ranjang, tapi sekarang gadis nya sudah mengatakan kalau dia merindukan nya.

Sudut bibir Daniash terangkat, ternyata sikap manja sang gadis mampu membuat nya tersenyum. Tingkah manja nya membuat Daniash merasa di butuhkan setiap saat. 

"Tentu, Baby. Di cafe biasa ya, Daddy tunggu." Balas Daniash, langsung centang dua berwarna biru. Artinya, Maura langsung membaca nya.

Namun, beberapa detik kemudian Maura menelpon nya. Panggilan video, Daniash terkekeh lalu segera mengangkat nya agar Maura tak harus menunggu. 

"Hallo Daddy.." Suara Maura yang ceria mulai terdengar.

'Ya baby, kenapa sayang?'

"Kangen aja sama Daddy, apa Maura ganggu pekerjaan Daddy?" Tanya Maura.

'Tidak, tentu saja tidak sayang.'

"Baguslah, Dad." 

'Lagi dimana?' Daniash mulai penasaran dimana keberadaan gadisnya. 

"Di kantin Dad, sama Nayna." Maura memperlihatkan sahabat nya yang sedang asik makan bakso dengan lahap.

'Kamu gak makan?' 

"Maura nungguin Daddy aja." Jawab gadis itu, membuat hati Daniash terenyuh.

'Kita ke cafe sekarang ya?'

"Lho, kan belum jam makan siang Dad?"

'Gapapa sayang, hati-hati di jalan nya ya. Daddy berangkat sekarang.'

"Eehhhmm, apa Daddy kesana bersama Om Aryo?" Tanya Maura.

'Kenapa memang nya?' tanya Daniash, sangat terlihat dari nada suaranya, pria itu tak menyukai gadisnya menanyakan pria lain padanya, padahal Aryo juga tak mungkin merebut Maura darinya.

"Kalau Om Aryo ikut sama Daddy, biar Maura juga ajak Nayna." 

'Daddy sendiri, sayang.'

"Ohh, okey Dad. Kalo gitu, udahan dulu ya." Daniash mengangguk, panggilan pun selesai. 

"Kemana Ra?" Tanya Nayna, sedari tadi dia tak terlalu memperdulikan atau mendengarkan percakapan antara Maura dan Daddy nya di telpon.

"Makan siang sama Daddy, dong." 

"Btw, Daddy gue ikut gak?" Tanya Nayna.

"Enggak, katanya Daddy sendirian aja. Yaudah, gue duluan ya, Nay." 

"Hati-hati ya bestie." Maura hanya menjawab nya dengan isyarat tangan nya, membulatkan jemari nya berbentuk bulat, berarti OK. 

Gadis itu tersenyum ceria, siapa yang tak senang sih saat akan bertemu dengan pujaan hati? Itulah yang saat ini Maura rasakan, dia selalu bahagia saat akan bertemu Daniash. Bahkan hati nya selalu saja berdebar tak karuan saat akan bertemu dengan pria itu. 

Hal yang sama juga Daniash rasakan, hati nya berdebar bahkan hanya dengan memikirkan gadis cantik itu. Seperti nya memang benar, dia sudah jatuh cinta pada Maura. Gadis yang dia perawaani, sekaligus gadis yang membuat nya tak perjakaa lagi. 

Daniash sampai di cafe lebih dulu, dia tak sabar ingin bertemu dengan gadisnya, pria itu menunggu dengan tak sabar. 

"Kemana gadis cantikku? Kenapa dia lama?" Gumam Daniash sambil melihat jam mahal yang melingkar di tangan nya. 

Tak lama berselang, kedua mata pria itu berbinar saat melihat sosok yang dia tunggu. Maura datang, dan dengan cepat dia melihat keberadaan sang Daddy.

"Siang Dad.." sapa Maura, pria itu berdiri lalu keduanya berpelukan mesra.

"Siang kembali, Babe." Daniash mengecup kening gadisnya lalu mengajak nya duduk.

"Ingin makan apa, sayang?"

"Steak Wagyu A5, Dad." Jawab Maura sambil tersenyum.

"Pesan saja sesuka kamu, Daddy yang bayar." 

"Tapi, black card Daddy ada sama Maura." 

"Kamu pikir Daddy tak punya kartu lain? Kamu melupakan bahwa Daddy mu ini orang kaya, sayang." Daniash mengambil dompet dari saku celana bahan nya, dengan bangga memperlihatkan kartu-kartu yang berderet di dalam nya.

"Wahh, banyak sekali, Dad." 

"Ini belum termasuk saham perusahaan dan beberapa investasi, sayang." 

"Oke, kalo gitu Maura akan sangat bekerja sangat keras untuk menghabiskan uang Daddy." Jawab Maura.

"Lakukan saja, sayang. Sampai kamu tua pun, uang Daddy takkan habis." 

"Cihhh, sombong. Ingat, harta itu hanya titipan." 

"Iya iya sayang, ayo pesan." Maura memesan makanan yang dia inginkan, steak Wagyu dengan harga jutaan rupiah perporsi nya. 

"Steak wagyu A5 saus black pepper, medium rare, mash potato sama sayuran nya dua. Minum nya lemon tea aja mbak." 

"Baik, di tunggu sebentar Nona." Waiters itu pergi dari meja setelah mencatat pesanan Maura. 

"Daddy.."

"Hmmm, kenapa sayang?" Tanya Daniash dia meraih tangan Maura yang berada di atas meja, lalu menggenggam nya dengan erat. 

"Eemm, apa aku egois Dad?"

"Egois? Maksud kamu apa sayang?" Tanya Daniash dengan kening yang berkerut.

"Aku ingin memiliki Daddy sendirian, aku tak mau berbagi dengan siapapun, termasuk istri Daddy." Jawab Maura pelan. 

"Tidak, sayang. Dari awal, rumah tangga Daddy dengan istri Daddy memang sudah tidak baik. Eemm, bisakah jangan bahas hal ini sekarang, sayang? Jangan membuat mood Daddy memburuk hanya karena membahas wanita itu." 

"Aahh baiklah, kalau begitu Maura takkan pernah membahas tentang dia bersama Daddy. Tapi, bolehkah Maura tau siapa istri Daddy sebenarnya?" Tanya Maura, dia begitu penasaran dengan sosok wanita yang sudah menyia-nyiakan pria sebaik Daniash.

"Kamu tau aktris Herra Yuliana?"

"Iya, dia aktris berbakat yang namanya sedang naik daun belakangan ini." Jawab Maura.

"Dialah orang nya." 

Maura melotot, dia bahkan tersedak ludah nya sendiri. Herra Yuliana? Kenapa harus dia, Maura mengidolakan wanita itu karena kemampuan nya dalam dunia akting. Tapi, secara tidak langsung wanita itu menjadi saingan nya sekarang. 

Jika di bandingkan dengan Herra, tentunya Maura tak ada apa-apa nya. Wanita itu berprestasi, hingga beberapa kali memenangkan penghargaan sebagai aktris terbaik dalam acara tahunan. Lalu, bagaimana bisa dia bersaing dengan wanita sekelas Herra? Ya ampun, membayangkan nya saja Maura merasa tak percaya diri.

"Jangan merasa kecil di depan nya, kamu harus berani melawan nya kalau ingin mendapatkan Daddy." 

"Hufftt, baik Dad. Maura akan melakukan apapun demi bisa bersama Daddy." Jawab Maura yakin, cepat atau lambat dia memang harus berani menghadapi Istri dari pria yang menjadikan nya sebagai kekasih gelap. 

Sudah resiko nya sendiri karena berani menjalin hubungan dengan seorang pria beristri. Awalnya, Maura juga merasa terjebak karena dia tak tau kalau pria yang menjadikan nya baby itu sudah beristri, tapi setelah bersama beberapa waktu, Maura merasa nyaman dan dia berpikir tak akan peduli jika pun memang pria yang bersama nya adalah suami wanita lain. 

Terlebih rasa nyaman dan aman yang bisa Daniash berikan untuknya, pria itu juga memperlakukan nya dengan baik, treat like a queen. Tentu saja hal itu membuat Maura semakin tertarik untuk bisa memiliki Daniash. Katakanlah dia egois, toh itu memang fakta nya. Dia memang egois, merebut suami wanita lain demi kebahagiaan nya sendiri.

Tapi, Daniash memang tak bahagia dengan rumah tangga nya, jadi mungkin dia tak terlalu bersalah dalam hal ini.

.......

🌻🌻🌻🌻🌻