NovelToon NovelToon
Gadis Belia Istri CEO Duda

Gadis Belia Istri CEO Duda

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Duda / CEO / Percintaan Konglomerat / Tamat
Popularitas:16M
Nilai: 4.5
Nama Author: Dhessy

Yang kemarin nungguin Gilang, ada di sini tempatnya. 🥰🥰

♥️♥️♥️

Banyak wanita yang menginginkannya. Tapi mengapa harus jatuh pada Belva yang masih belia?

Usianya dua puluh sembilan tahun dan berstatus duda. Tapi memiliki seorang istri yang usianya sepuluh tahun lebih muda darinya.

Gadis yang belum lama lulus sekolah menengah atas. Dia lebih memilih menjadi seorang istri ketimbang mengenyam pendidikan lebih tinggi lagi.

Redynka Belva Inara.

Gadis cantik keturunan Belanda itu lebih memilih menikah daripada harus bermain-main seperti kebanyakan gadis seusianya.

Namun sayang, cintanya ditolak oleh Gilang. Tapi Belva tak berhenti untuk berjuang agar dirinya bisa dinikahi oleh Gilang.

Sayangnya, Gilang yang masih sulit untuk membuka hati untuk orang lain hanya memberikan status istri saja untuk Belva tanpa menjadikan Belva istri yang seutuhnya. Memperistri Belva pun sebenarnya tak akan Gilang lakukan jika tidak dalam keadaan terpaksa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhessy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 32

"Kamu udah mandi keramas aja, Bel?"

"Iya. Mau sholat dulu. Bentar, ya."

Gilang tersenyum di seberang sana. Itu artinya tamu bulanan Belva sudah selesai. Sayang, Gilang tak bisa ke Surabaya hari ini juga. Besok masih ada pekerjaan yang harus Gilang selesaikan.

Sembari menunggu Belva selesai sholat ashar, Gilang kembali menyelesaikan pekerjaannya meskipun pikirannya tidak bisa sepenuhnya fokus pada pekerjaan.

Yang dia pikirkan justru Belva yang terlihat begitu cantik dengan rambut panjangnya yang sedikit basah.

Beruntung saja ulah Gilang yang memata-matai Belva dan berujung pertengkaran kecil tadi tak membuat Belva ngambek terlalu lama.

Jadi sore ini Gilang bisa menikmati pemandangan indah meskipun hanya lewat sambungan video call saja.

"Kak?"

"Sudah sholatnya?"

Belva terlihat menganggukkan kepalanya. "Udah. Kakak lagi sibuk?"

Gilang tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Enggak terlalu. Masih bisa dikerjain juga kalau sambil video call-an begini."

Belva mengangguk paham. Dia pun turut mengeluarkan laptopnya dari dalam tas, lalu mulai mengerjakan tugas yang tidak terlalu banyak sebenarnya.

Tapi daripada Belva hanya memandang Gilang yang sibuk bekerja, lebih baik dia pun juga mengerjakan tugasnya.

Tentu tanpa mematikan sambungan video call tersebut.

Gilang tersenyum lebar saat melihat Belva yang fokus pada laptopnya. Wajahnya terlihat bertambah dewasa saat memakai kacamata yang hanya Belva gunakan saat dia di rumah.

"Udah mau ujian, ya, Sayang?" tanya Gilang.

"Masih sekitar tiga mingguan lagi, Kak," jawab Belva tanpa melihat Gilang.

Karena saat Belva melihat Gilang tadi, Gilang juga tengah sibuk dengan pekerjaannya.

"Kamu beneran udah nggak ngambek lagi kan, Sayang?"

Belva menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan sedikit keras. Tangannya bersedekap di atas meja dan kedua matanya menatap Gilang dengan lekat meskipun hanya lewat dunia maya.

"Harusnya, sih, masih," jawab Belva yang membuat Gilang menaikkan kedua alisnya.

"Kok, gitu?"

"Ya kakak bayangin aja gimana kalau kakak ada di posisi aku? Dimata-matai, gerak jadi nggak bebas. Kayak tahanan aja."

"Kakak bisa berhenti melakukan itu kalau kita umumkan pernikahan kita, Sayang. Mengadakan resepsi besar agar semua orang tau kalau kamu sudah bersuami."

Belva memandang Gilang dengan malas. Bukan dia tidak mau mengumumkan pernikahan mereka. Tapi tidak sekarang.

"Kenapa diam, Sayang? Nggak masalah, kan, kalau kita adakan resepsi? Kapan? Sebulan lagi atau dua bulan lagi? Atau Minggu depan pun bisa kita lakukan, Sayang."

Belva menggelengkan kepalanya. "Nggak untuk sementara waktu," ucapnya dengan jelas membuat Gilang menatap Belva penuh curiga.

"Kenapa? Dulu sebelum kita menikah, kamu yang minta kakak nikahi, kan? Artinya saat itu kamu sudah siap hidup dengan status seorang istri, dan diketahui oleh banyak orang. Kenapa sekarang tidak mau kalau pernikahan kita diumumkan? Kalau kayak gini, apa salah kalau kakak posesif sama kamu, hm? Kamu yang membuat kakak curiga."

Ujung-ujungnya pasti ribut. Gilang bukannya bermaksud untuk mencari masalah. Tapi apa yang mereka bicarakan adalah satu masalah yang akan menimbulkan masalah yang lainnya nanti.

Termasuk soal kepercayaan untuk sebuah hubungan jarak jauh yang mereka jalani saat ini.

"Oke, fine! Atur aja gimana maunya kakak."

Belva mematikan sambungan video call.

Selalu seperti ini. Mematikan telepon saat pembicaraan belum usai. Lari dari masalah yang belum usai dibahas.

***

"Selalu lari dari masalah kamu itu, Bel."

"Habisnya kesel tau, El. Bayangin aja, gimana kalau kamu dimata-matai begitu?"

"Ya senenglah. Namanya itu beneran cinta. Nggak mau kehilangan. Daripada nggak ada yang perhatian."

"Curhat sama kamu ternyata sebuah kesalahan, El."

"Bukan kesalahan. Kamu yang menganggap semua yang kamu rasakan itu benar. Dan nggak mau memandang satu masalah dari sisi yang lainnya. Apa yang dilakukan suami kamu itu wajar nggak, sih, Bel? Pernikahan kalian belum diketahui banyak orang. Dunia kamu itu bukan hanya perempuan aja yang ada. Tapi juga laki-laki, mereka nggak sedikit, dan rata-rata tampan. Mereka ngira kamu masih single, belum nikah. Wajar nggak kalau suami kamu overthingking? Ayolah, Bel. Aku belum mengalaminya tapi aku tahu konsepnya. Menikah itu menyatukan dua isi kepala yang berbeda. Jangan hanya minta dipahami tapi kamu nggak mau memahami posisi dan perasaan dia."

Apa yang diucapkan Eliza mampu menampar hati dan pikiran Belva. Setelah dia mengingat kembali, memang banyak Gilang yang mengalah daripada Belva yang mencoba untuk memahami.

"Sebenarnya masalahmu apa sampai nggak mau pernikahan kalian diumumkan? Banyak untungnya juga kalau pernikahan kalian diketahui banyak orang. Kalian nggak perlu lagi sama-sama overthingking karena harus LDR-an. Kamu dengan tanggungjawab kamu sebagai seorang istri, suami kamu pun sebaliknya," sambung Eliza lagi.

Tak dapat dipungkiri bahwa setiap harinya pun Belva dihantui rasa takut kalau Gilang akan berpaling. Takut kalau di sana Gilang digoda oleh wanita-wanita yang penampilannya lebih dewasa dari Belva.

Hanya saja Belva tak mampu melakukan apa yang Gilang lakukan. Yaitu memata-matai dirinya dengan membayar orang suruhan yang sampai saat ini Belva belum tahu orang itu siapa.

"Kalau bukan karena sahabat, kalau bukan karena aku sayang sama kamu, aku nggak mau nasehatin kamu kayak gini."

Tidak heran kalau Eliza bisa berbicara seperti itu walaupun dia sendiri belum menikah.

Gadis itu sudah berpacaran dengan kekasihnya sejak kelas satu SMA dan belum pernah yang namanya putus nyambung meskipun sering bertengkar karena hal-hal kecil.

Jadi masalah cinta, Eliza tentu jauh lebih berpengalaman. Tapi dalam hal ingin menikah muda, Belva yang memiliki keinginan tersebut di saat Eliza belum memikirkan soal menikah.

Dan keinginannya untuk menikah telah terwujud. Tapi maunya masih seperti gadis single yang kemana-mana bisa bebas tanpa menyandang status sebagai seorang istri.

Mungkin ini yang dinamakan memaksakan diri untuk dewasa padahal pikirannya belum mampu untuk mencapainya.

Eliza hanya berharap semoga Belva cepat bertambah dewasa, dan suaminya bisa lebih bersabar menghadapi si anak labil yang sudah menikah itu.

***

^^^[ Aku sudah di rumah kita, Kak. Langsung ke sini aja. ]^^^

[ Iya, Sayang. ]

Belva tersenyum lebar saat membaca balasan pesan dari pujaan hatinya.

Setelah mendapat siraman rohani dari Eliza kemarin, perlahan Belva mulai memperbaiki semuanya.

Meskipun dia belum ingin pernikahannya diumumkan sekarang, tapi setidaknya dia tidak lagi menolak apa konsekuensi dari keputusannya.

Yaitu tetap berada di dalam pengawasan Gilang ketika Belva pergi. Kemanapun itu.

Kecuali jika Belva sudah masuk ke gerbang rumah kedua orangtuanya, barulah Gilang bisa berhenti memata-matai dirinya.

Siapa yang menjadi mata-matanya pun Belva belum tahu. Tidak mungkin juga dia bisa mengetahui hal itu dalam waktu yang cukup singkat.

Berlebihan mungkin. Tapi itulah cara Gilang untuk menjaga Belva agar Belva tidak berpindah ke lain hati.

Belva tak menyiapkan apapun untuk menyambut Gilang. Hanya makanan yang dia pesan melalui online karena Belva belum bisa memasak.

Belva pun juga tidak berdandan berlebihan. Yang terpenting sudah mandi, wangi, dan rapi. Wajah tanpa bedak sedikitpun, hanya skincare saja. Bibir juga hanya dioles sedikit dengan lip tint saja.

Sederhana, tapi Belva sudah cantik luar biasa.

Bibirnya tersenyum lebar saat mendengar suara pintu gerbang di buka. Sudah pasti Gilang yang datang karena hanya dia dan Belva yang memiliki kunci gerbang dan kunci rumah mereka. Juga satu orang perempuan paruh baya yang bertugas membersihkan rumah mereka tiga hari sekali.

Belva segera berlari keluar menyambut kedatangan Gilang. Baru juga Gilang turun dari mobil, Belva sudah memeluk Gilang dengan erat.

"Kangen banget."

Gilang terkekeh kecil. Dikecupnya kepala Belva berulangkali. Dia balas pelukan Belva tak kalah eratnya.

"Kakak juga kangen. Masuk, yuk."

Belva tak menolak ajakan Gilang. Keduanya berjalan beriringan dengan tangan Gilang yang merangkul pundak Belva. Dan tangan Belva yang memeluk pinggang Gilang.

"Lama, ya, nunggunya?"

"Enggak. Baru satu jam. Mandi dulu tadi, jadi nggak terasa kalau udah satu jam aja aku nunggu di sini. Kak Gilang udah makan?"

"Belum. Kakak mau mandi dulu aja. Gerah banget."

"Oke. Aku udah siapin makan juga. Tapi maaf kalau makanannya beli online. Aku belum bisa masak."

Gilang tertawa kecil. Lalu mencium kening Belva dengan lekat. "It's oke, Sayang. Bukan masalah yang besar," ucap Gilang dengan senyum manis di bibirnya.

Sekian lama keduanya saling bertatapan. Saling mengagumi satu sama lain. Hingga tanpa terasa, bibir keduanya sudah menempel. Berciuman dengan lekat menyalurkan rasa rindu karena sudah beberapa hari tidak bertemu.

Belva memejamkan matanya menikmati ciumannya bersama Gilang. Kedua tangannya mengalung di leher Gilang tanda Belva begitu nyaman dengan perlakuan Gilang saat ini.

"Kakak mandi dulu, Sayang. Nanti malam aja dilanjut," ucap Gilang setelah ciuman keduanya terlepas.

Belva tersenyum malu. Entah apa yang akan terjadi nanti malam, Belva pun tak sanggup membayangkannya. Jantungnya sudah berdegup kencang saat memikirkannya.

"Siapkan dirimu, Sayang," ucap Gilang lagi sebelum pergi meninggalkan Belva untuk masuk ke dalam kamar mandi.

🌻🌻🌻

ada apa nanti malam? 😜 up nya tetep besok, kok. 😅

1
SumiNem
terlihat dah cemburunya.
Runik Runma
udh murah murahan lgi
Runik Runma
aduh bencana lgi
Runik Runma
wah udah otw nih jabang bayi
Runik Runma
sabar bel
Runik Runma
kasihan
Runik Runma
sabar
dillaaa
ngakak woyyyyy,disaat lagi tegang"nya malah?😂😂😂😭😭😭😭
Endang Werdiningsih
kesalahan yg slalu diulang oleh gilang..
membohongi belva..
Endang Werdiningsih
gilang punya anak dr wanita yg oernah tidur dengan'a,,begitukah???
Endang Werdiningsih
sepupu boleh dinikahi tp dr pihak mana dulu,,kalo sepupu dr pihak ibu memang boleh tp kalo dr pihak ayah ga boleh,,misal rey anak dr adik atau kakak darmawan yg cowok,,karena jika ada apa" yg jd pengganti sbg wali nikah belva ya ayah'a rey..itu setahu sy...
Endang Werdiningsih
rey sepupu belva dr pihak mana nih,,darmawan atau vita
Endang Werdiningsih
belva tdk pernah sekakipun kamu membatalkan pertunanganmu gilang,,lu aja yg memaksakan diri menjd dewa penolong buat belva,,lu umur lebih tua dr belva tp lu ga bisa menjaga oerasaan belva dgn berbohong ke istri hanya untk menyenangkan mantan istri... kesalahan lu lebih fatal,,kebohongan belva ga sebanding dgn kebohongan lu...
Endang Werdiningsih
kalo hanya soal kuliah kan bisa pindah ke universitas yg ada dijakarta drpd LDR-an ampe 4thn..
LDR-an ujung"a bnyk pelkor dan pebinor,,apalagi pernikahan belva-gilang msh disembunyikan
Fitriani Month
Luar biasa
s
Gilang kembali ke Jakarta Thor.
Echa Maricha Hehe
tidak bertele2 dan muter2
Tavia Dewi
y tuhan,,,,saya ja hamil 2 x ja badan seperti ne pa gi banyak anak bisa melar badan,,,,suami kan klo istri badan melar suka lihat cewek seksi
Sukma Wati
mana ada orang bahagia melihat orang yg dicintai bahagia dgn orang lain yg ada itu sessek tp bukan asmah
Sukma Wati
benar.. perempuan klo lagi pms gak ada lawan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!