Walau sudah menyandang status sebagai istri selama satu tahun, wanita yang bernama lengkap Arina Mafaza ternyata masih perawan. Entah alasan apa sehingga sang suami tidak menyentuhnya.
Dan malam itu Arina harus menerima kenyataan pahit, ia di jebak oleh suami nya sendiri sehingga ia tidur dengan pria yang tidak ia kenal. Hidup Arina benar-benar hancur apalagi saat suaminya justru menuduh dirinya selingkuh.
Namun tidak ada seorang pun tau kalau pria yang bersama Arina malam itu ternyata seorang Milliader.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah R Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DSDM-Bab 30
Pandu masih terdiam, pikirannya berkecamuk dengan berbagai pertanyaan yang tak berujung. Apa sebenarnya yang terjadi antara Arina dan Arga?
“Apa maksudmu, Mas, dengan bertanya apa yang telah kulakukan?!” suara Arina meninggi, tatapannya tajam menembus Pandu seperti belati. “Kau di pihak siapa? Aku ini temanmu atau Arga ? "
Pandu menggigit bibir, menunduk. “Bukan itu maksudku, Arin. Aku hanya... aku hanya bingung. Semuanya terlalu cepat berubah.”
“Kau pikir aku tidak bingung?!” Arina mengerang, suaranya gemetar karena emosi. “Aku dibohongi, dikhianati... dan sekarang kau mempertanyakanku?!”
Bunga yang sejak tadi duduk dengan gelisah akhirnya ikut bicara. “Arin, kami hanya ingin yang terbaik untukmu dan anak-anak. Tapi... kamu harus bicara dengan tuan Arga, Kalian harus sepakat soal hak asuh.”
Arina menoleh tajam. “Sepakat? Setelah semua yang dia lakukan padaku?”
“Dengar, aku masih tidak habis pikir,” Bunga melanjutkan, suaranya pelan tapi mantap, “bagaimana Tuan Arga bisa berakhir bersamamu, seperti kata saudaramu dan mantan suamimu. Lalu... kamu diperkosa. Ya Tuhan, Rin... kau mungkin diberi obat, tapi dia?”
Pandu mencengkeram kedua tangannya. “Dia sadar malam itu. Dia pasti sadar. Tapi... kenapa tidak ada penjelasan darinya?”
Arina menutup wajah dengan kedua tangannya, tubuhnya gemetar. “Aku bahkan tak bisa mengingat semuanya. Aku ingin... aku ingin mengingat malam itu. Tapi yang kurasakan hanya ketakutan dan pengkhianatan.”
Dia kemudian menceritakan bagaimana dia mencoba kabur dari kota bersama Ghazi, tapi Arga mengetahui dan mengkhianatinya. “Dia mengawasi setiap langkahku. Aku bodoh karena tidak menyadarinya.”
Pandu menggeleng lemah. “Kau seharusnya tahu. Dia akan mengirim orang untuk memata-mataimu. Kenapa kau begitu ceroboh?”
“Karena aku ingin anakku aman!” Arina balas dengan penuh perasaan. “Karena aku tahu... aku tahu dia akan merenggut Ghazi dariku!”
“Dan sekarang kau harus menghadapi konsekuensinya,” kata Pandu dingin. “Ayah dari anakmu tak akan membiarkanmu menyentuh nya tanpa seizinnya.”
---
Sementara itu, Arga baru saja tiba di rumah ketika telepon dari mansion berdering.
“Besok pagi, sarapan di rumah. Aku ingin kau datang lebih awal,” ucap sang Papa di ujung telepon.
“Baik,” jawabnya singkat. Ia sudah tahu arah pembicaraan itu. Papanya tak akan bicara tentang hal lain selain anak-anak dan reputasi keluarga.
Celine sempat datang hari itu, mengajaknya makan siang, tapi Arga menolak. Dia tahu perempuan itu hanya membawa masalah tambahan.
Malam itu, rumah terasa sunyi. Para pengasuh yang baru direkrut tampak profesional, menyanyikan lagu pengantar tidur, menenangkan anak lelakinya yang kini tinggal bersamanya. Tak butuh waktu lama Ghazi sudah tertidur pulas.
Namun, di balik ketenangan itu, Arga gelisah. Ada perasaan bersalah yang menghantui. Dia tidak pernah berniat memisahkan Ghazi dari ibunya begitu cepat. Tapi Arina mempermainkan kepercayaan itu.
“Dia yang memaksa semuanya menjadi seperti ini,” gumamnya.
---
Keesokan paginya, ia mengenakan setelan rapi dan menatap Ghazi yang juga sudah berpakaian lengkap. Jas kecil berpotongan mahal membungkus tubuh mungil nya.
“Kita akan ke rumah Kakek dan Nenek . Mereka pasti senang melihat ku,” ucapnya tenang.
Ghazi menarik jas kecilnya. “Daddy... kapan Zi akan bertemu Mom?”
Pertanyaan itu menusuk. Arga menatap Ghazi lama sebelum menjawab, “Akan ada perubahan, Zi. Untuk sementara Kamu tinggal bersama Daddy. Mommy bisa menelepon mu... kalau Daddy mengizinkan.”
Ghazi tampak bingung, tapi tidak membantah. Ia tak sepenuhnya paham arti dari “perubahan”.
------
Dalam perjalanan menuju Mansion, Ghazi menatap kagum interior mobil mewah itu. ia belum pernah merasakan kursi selembut itu atau pendingin udara setenang hembusan angin sore.
“Mobil ini... besar sekali,” gumam Ghazi.
“Dan tidak berisik seperti mobil Mommy,” tambah nya.
Arga mendengar, tapi tidak merespons. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri.
Begitu sampai, Ghazi tertawa kecil, kegirangan. Tapi Arga segera menoleh dengan tajam.
“Tenang. Jangan berisik,” katanya dingin. “Mulai sekarang, Zi tidak boleh berteriak-teriak seperti itu.”
Ghazi langsung diam. Keheningan menggantung, membuat suasana jadi canggung.
“Mulai besok, Zi akan punya mobil sendiri. Zi tidak akan naik mobil yang sama dengan Daddy,” ucapnya tanpa emosi.
Mereka turun dari mobil, dan Ghazi ternganga melihat rumah megah di hadapan nya. Bangunan besar bergaya kuno berdiri anggun, dengan pilar-pilar tinggi dan taman bunga yang mengelilinginya seperti dongeng.
“Wow...” Ghazi berucap. “Rumah ini... kayak istana.”
“Ini bukan istana,” sahut Arga sambil menggandeng tangan Ghazi. “Ini rumah kita. Rumah keluarga kita. Dan mulai sekarang... hidup Ghazi akan sangat berbeda.”
Arina hanya kasih harapan palsu...
❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
❤❤❤❤😍😍😍😘😙😗😗😚
😀😀😀❤❤❤❤
Ariana malu...
❤❤❤❤😍😍😍