Mengandung adegan yang tidak pantas untuk ditiru. Happy Reading. CERITA INI BELUM TAMAT DAN SANGAT SLOW UPDATE.
Mencoba meraih kebenaran atas kematian ibunya, ternyata membuat Laura terjebak dalam pernikahan dengan seorang mafia. Namun, kehidupan mereka tidak semudah yang dibayangkan. Karena bagi seorang mafia, wanita tidak boleh menjadi sebuah kelemahan.
"Jangan harap kau bisa melarikan diri dariku!"
Akankah kisah kasih Laura dan Michael berakhir bahagia? Bagaimana mereka menjalani setiap masalah yang ada? Lantas sekuat apakah sosok Laura hingga berhasil meraih hati Michael, padahal dia sendiri sudah berusaha menutupi identitasnya?
Yukk kepoin, jangan cari wanita lemah di sini! Karena wanita itu sejatinya sosok yang kuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rissa audy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31: Petaka Pernikahan
Hari yang dinantikan telah tiba. Saat-saat mendebarkan di mana seharusnya menjadi titik balik dari semua rasa sakit, yang sudah Laura tahan selama ini. Riasan cantik di wajahnya tak serupa dengan tatapan tajamnya. Bahkan jika bisa berbicara, mungkin cermin di depannya akan memilih pecah, dari pada harus menerima layangan amarah wanita tersebut.
Bukan kebahagiaan akibat menikahi seorang Michael yang Laura tunjukkan, melainkan rasa berdebar karena misi balas dendam akhirnya terwujud sebentar lagi. Panggilan dari pengurus pernikahan sebagai tanda memasuki aula sudah terdengar.
Dengan anggun dan senyum mengembang sangat lebar Laura berjalan menuju pelaminan. Di mana sosok Michael sudah menunggunya di sana. Jantung gadis tersebut berdebar hebat. Indah dekorasi ruang sesuai dengan pengaturannya, tampak begitu mewah, penuh ornamen yang membuat mata siapa pun wanita, tentu saja iri akan pesta pernikahan megah kali ini.
Perlahan tapi pasti langkahnya semakin dekat ke pelaminan seiring dengan senyum yang semakin mengembang. Sungguh berbeda dengan Michael yang merasa aneh akan senyum gadis itu. "Kumohon jangan kecewakan aku!" batin Michael berdebar.
Keduanya pun melangsungkan janji suci pernikahan dengan lancar. Setelah kalimat-kalimat bermakna selesai diucapkan dan cincin pun telah disematkan. Beberapa buah kembang api di bagian tepi panggung pelaminan mulai menyala memeriahkan acara.
"Inilah saatnya. Akhir bagi keluarga Wilson," batin Laura dengan senyum yang semakin lebar menatap Michael di sampingnya yang tampak gusar.
Indah warna warni kembang api dalam sebuah pernikahan di negara tersebut memang terbiasa menjadi pemeriah acara. Namun, beda lagi fungsinya jika Laura yang mengaturnya. Sorak sorai para tamu undangan yang awalnya menikmati kemewahan pemandangan mata, serta peresmian status sepasang pengantin di pelaminan kini berubah menjadi teriakan histeris. Di kala api malah semakin berkobar ke atas dan membakar bagian atas dekorasi, para tamu pun semakin panik akan situasi saat ini.
Pernikahan yang seharusnya meriah dan penuh kebahagian kini berubah menjadi petaka. Lautan api yang berkobar menyambar setiap sudut ruang. Fire Sprinkler System dan tabung pemadam api pun telah di sabotase, sehingga tidak ada satu pun menunjang bagi tamu undangan untuk berusaha memadamkan api.
Dengan cepat para tamu mulai berhamburan di kala kobaran si jago merah merambat hebat ke segala penjuru dengan begitu cepat. Alunan lagu pernikahan yang awalnya menyenangkan kini berubah menjadi alarm kebakaran yang melengking memenuhi seisi gedung.
"Ayo kita pergi!" Michael menggandeng tangan istrinya dengan erat mencari celah di keluar di antara banyaknya orang yang berdesakan.
Surai kain yang menjadi dekorasi dengan cepat menyalurkan api dan merambat membakar banyaknya tiang pendukung keindahan tatanan pada awalnya. Kayu-kayu dekorasi yang terbakar mulai berjatuhan, posisi duduk Argon yang tepat di bawah salah satu dari beberapa lampu gantung yang tersedia pun telah disusun dengan matang oleh seorang Laura.
Sesuai dengan rencananya, pria tersebut tidak memiliki pengamanan hari ini hingga semakin memudahkan Laura dalam melancarkan aksi balas dendam. "Bagaimana rasanya terpanggang dalam api yang tak pernah kau duga?" Suara Laura di sampingnya dengan pakaian serba hitam, membuat Argon menatapnya.
Pria itu terbatuk, dan menutup hidungnya karena asap tebal dan kobaran api di sekitarnya semakin panas serta membara. Dia terduduk di lantai karena terjatuh akibat berdesakan dengan para tamu undangan sebelumnya dan tidak ada yang membantunya bangkit kembali karena sibuk menyelamatkan diri sendiri.
"Kenapa kau melakukan hal ini?" tanya Argon sambil terbatuk dan memegang dada karena mulai merasakan sesak napas.
"Aku hanya membalas apa yang sudah kau lakukan pada Ibuku. Selamat jalan, dan sampaikan salamku sayangku padanya ketika kau tiba di alam baka." Laura berdiri dari posisinya dan menatap Argon yang berjarak beberapa meter darinya.
Sebuah lampu gantung yang sudah disiapkan akhirnya jatuh di waktu dan tempat yang tepat. Benda tersebut menimpa Argon hanya dalam hitungan detik. Senyum puas mengembang di wajah Laura melihat pembalasannya berjalan sempurna. Sebelum akhirnya gadis itu melarikan diri melalui jalur lain. "Jalankan rencana selanjutnya!" ucapnya sebelum meninggalkan lokasi.
Di sisi lain, Michael yang tiba di tempat aman lantas menoleh ke belakang. Sayangnya tangan yang digandengnya ternyata bukanlah Laura, melainkan Nathalie. "Kenapa jadi kau?"
"Kau memang menarikku keluar sejak tadi," jawab Nathalie.
Michael mengedarkan pandangan ke segala arah. Selain mencari Laura, dia juga harus memastikan ayahnya selamat. Namun, kedua matanya seketika tercengang melihat anak buah sang ayah ternyata bersama Nenek Eli dan Lady.
"John, di mana Papa?" tanya Michael mencengkeram kuat kerah pakaian pria itu.
"Tuan Besar masih di dalam, Master. Saya membawa Nyonya Eli dan Nyonya Lady terlebih dahulu ke tempat aman. Pasti Tuan Besar bersama anak buah yang lain."
"Oh ****!" Dengan murka dan mengabaikan larangan dari orang-orang di sana, Michael memilih kembali masuk ke kobaran api di dalam gedung tersebut, sedangkan Laura yang berhasil melancarkan misinya kini berada di sebuah mobil tak jauh dari tempat itu berada.
"Kita pergi sekarang!" Mobil melesat membawa Laura menjauhi gedung tempat pernikahannya. Urusannya di negara ini telah terpenuhi. Dia hanya perlu menata kehidupan baru dan menikmati hal yang tak pernah dirasakan sebelumnya. Tak perlu lagi sembunyi, Laura bisa dengan bebas menggunakan identitas aslinya kali ini.
TO Be Continue...