Di tuduh melakukan kejahatan yang tidak dia lakukan. Adnan bintan pratama terjatuh ke lubang hitam dan mendarat sendirian di dunia asing, yang di penuhi hewan mutan berbahaya.
Ia harus memecahkan teka-teki ruang dan waktu
untuk menemukan pesan tersembunyi di dalam lubang hitam itu sendiri, Satu-satunya harapan bertahan hidup, membersikan namanya,
dan mengungkapkan misteri dunia baru ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyuadnan Saputra 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB4
Mata Adnan mengerjap, kelopak matanya terasa berat dan lengket. Ketika ia akhirnya berhasil membukanya, yang menyambut hanyalah kegelapan absolut. Hampa. Sunyi. Ia berada di sebuah ruang yang terasa dingin dan asing, sebuah kekosongan yang menyesakkan. Udara tebal dan statis, seolah ruang itu belum pernah disentuh kehidupan.
KRAK!
Suara itu! Tajam, memecah kesunyian yang mencekik. Seketika, jantung Adnan serasa melonjak dan menghantam rusuknya. Paru-parunya kaget, napasnya tertahan. Suara retakan kaca! Ia tersentak, refleks melihat ke bawah, namun yang tampak hanyalah kegelapan yang sama. Namun, di bawah telapak kakinya, ia bisa merasakan dingin, tekstur halus yang kini terdistorsi oleh getaran yang menjalari tubuhnya.
Ketakutan murni menyergapnya, menjalar dari ujung kaki ke ubun-ubun. Adnan panik, otaknya berteriak untuk menjauh. Ia mencoba menarik kakinya, mundur selangkah, namun gerakannya terlalu tergesa.
KRAKKK! PRANG!
Retakan itu menjalar dengan cepat, memanjang, dan bercabang seperti kilat beku di kegelapan. Kaca di bawahnya pecah! Bukan sekadar retak, tapi hancur berkeping-keping! Kaca itu runtuh, seolah lantai yang ia pijak hanyalah permukaan ilusi yang rapuh!
Jeritan tertahan di tenggorokan Adnan saat ia kehilangan pijakan. Ia jatuh, rasa dingin menusuk langsung ke jiwanya. Perasaan jatuh tanpa batas, perutnya serasa terangkat dan ditinggalkan di atas. Tubuhnya terhempas.
Bukan di lantai dingin, melainkan di sebuah jurang kosmik yang tak terbayangkan. Seketika, kegelapan di sekelilingnya meledak menjadi pemandangan yang memukau sekaligus menakutkan: sebuah galaksi! Ribuan, jutaan bintang-bintang dan planet-planet aneh yang berkilauan dengan warna-warna psikedelik. Bintang-bintang ungu, nebula merah, planet yang seolah terbuat dari kristal. Adnan terengah-engah, matanya melebar tak percaya. Rasa takut yang melumpuhkan bercampur aduk dengan takjub yang gila. Ia melayang, terombang-ambing di antara kosmos yang sunyi itu.
Dari kejauhan, di antara pancaran cahaya bintang, ia melihatnya. Seseorang. Seluruh tubuhnya hitam pekat, menyerap semua cahaya, seolah terbuat dari bayangan yang paling gelap. Figur itu berdiri membelakanginya, posturnya tegak, namun memancarkan aura dingin yang membuat bulu kuduk Adnan meremang.
Napas Adnan tersangkut di tenggorokannya. Ia tahu, ia harus lari. Tapi kakinya kaku, terpaku pada pemandangan itu.
Perlahan, sosok hitam itu bergerak. Sangat lambat, nyaris anggun, sosok itu berbalik menghadap Adnan.
Ketakutan sejadi-jadinya membakar seluruh indra Adnan. Wajahnya—tidak ada! Tidak ada mata, tidak ada hidung, tidak ada mulut. Hanya ada lubang hitam yang pekat, pusaran kegelapan yang tampak tak berdasar. Black Hole. Lubang hitam itu menghisap cahaya, menghisap udara, seolah ia adalah kekosongan itu sendiri. Di sekeliling pusaran kegelapan itu, kilatan petir kecil berwarna merah-ungu-keemasan berkedip, memancarkan daya mistis yang mengerikan. Aura kematian, kengerian, dan kekuatan kosmik yang tak terukur memancar dari sosok itu.
Adnan terkesiap, lututnya lemas. Ia mundur terhuyung-huyung, lalu berbalik dan lari terbirit-birit. Ia berlari sekuat tenaga di ruang galaksi yang tak berujung itu. Jantungnya memompa gila, napasnya terpotong-potong, "Haah... haah... haah..."
Tiba-tiba—dia di depannya!
Sosok hitam pekat itu berdiri tepat di hadapan Adnan, tanpa suara, tanpa gerakan. Adnan tersandung, jatuh berlutut, tubuhnya menggigil tak terkendali. Keringat dingin membanjiri kening dan punggungnya. Lututnya mati rasa, ia lumpuh oleh teror.
"Sss... Sss-ssi... S-siapa k-k-kamu?" Bibir Adnan bergetar hebat, mengeluarkan suara yang lebih mirip desisan ketimbang pertanyaan. Air liurnya tercekat. "Hantu... d-dedemit... setan... atau apaan lah! J-j-jangan g-ganggu aku, eh, O-Om... bukan... t-tolong lepaskan aku! A-aku takut!" rintih Adnan, suaranya pecah, ia berlutut tak berdaya di hadapan sosok itu.
Sosok itu mendekat. Perlahan, satu jari telunjuk yang hitam pekat terangkat. Jari itu mendekat, menunjuk tepat ke kening Adnan. Dari ujung jari itu, sebuah cahaya—putih terang, menyilaukan—mulai memancar, mengisi ruang galaksi yang mencekam itu.
eh btw sedikit koreksi, ada typo di awal thor 😌