Berkisah tentang seorang wanita yang terbangun sebagai karakter game yang pernah ia mainkan, Putri Verxina. Seorang putri Kerajaan yang terpaksa menjadi pemimpin pasukan yang memerangi Raja Iblis dan pasukannya. Verxina memiliki dua rekan yang bersamanya sejak dia masih kecil, yaitu Lukasz dan Maria.
Verxina sering dijuluki sebagai Putri Gila karena berbeda dengan para bangsawan gadis seusianya, ia memilih jalan hidupnya sebagai seorang pejuang. Bahkan tanpa penyelidikan yang mendalam, ia menyanggupi menjadi pemimpin pasukan pertahanan dari Monster dan Iblis yang nantinya akan menjadi jalan hidupnya.
Setelah menyelesaikan pertempuran pertamanya yang membuat korban jiwa dalam jumlah besar, dia bertemu dengan Ivory yang menyatakan sebagai dewa dari dunia ini dan meminta untuk Verxina dapat mencapai babak akhir tersembunyi dari dunia ini tentunya dengan sebuah imbalan. Verxina menyanggupinya dan meneruskan perjuangannya dalam mempertahankan dunia ini dari serangan pasukan Raja Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azurius07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serangan Dua Arah
Adeela berjalan sendirian di area pemakaman pahlawan Kota Northridge yang terletak di ujung Timur Kota. Area pemakaman tersebut sekarang terlihat sepi. Hal ini dikarenakan hanya ada beberapa makam disini. Makam yang dimaksudkan adalah makam anggota Keluarga Braveheart mulai dari pendahulunya hingga kedua orang tua Adeela.
Sebuah pohon besar tumbuh ditengah area pemakaman, sebuah pohon yang telah tumbuh semenjak dulu kala, tempatnya bermain saat menunggu kedua orang tuanya yang mendoakan seluruh pendahulunya.
Dia memegang salah satu daun yang dapat dia pegang dan tersenyum mengingat betapa nakalnya dia di area pemakaman dulu. Dia berjalan menuju makam kedua orang tuanya. Dia menyadari bahwa area ini sering dibersihkan sehingga terlihat terawat. Sebelum dia pergi dari Kota menuju Ibukota, hanya ada ayahnya saja yang merawat makam mendiang ibunya.
Adeela menyadari sesuatu, mungkin ini adalah hari terakhirnya dapat melihat makam kedua orang tuanya. Sebab dia akan pergi dari Kota ini selamanya. Mungkin dia akan beberapa kali mengunjungi kota ini, tidak sebagai seorang Braveheart, namun sebagai orang biasa disini.
Dia mengerti tujuan Putri Verxina mengusirnya dari Kota ini, dia ingat sepucuk surat milik ayahnya tentang jangan melanjutkan kehidupan sebagai Countess Braveheart karena hanya ada kesedihan yang akan datang pada mereka.
“Ayah, ibu,” ucapnya berdiri menghadap kedua makam orang tuanya.
“Mulai hari ini mungkin saja aku tidak akan dapat mengunjungi kalian lagi, aku akan benar-benar pergi dari Kota ini,” dia berdiam diri disana berharap adanya sebuah bentakan keras dari ayah atau ibunya, namun itu sudah sangat mustahil dilakukan.
“Banyak hal yang ingin kutanyakan pada kalian, namun sepertinya aku mewarisi sifat ayah, aku jadi sedikit pelupa,” ucapnya sedikit tersenyum mengingat waktu-waktu mereka bersama walaupun sangat singkat.
“Ada banyak teman yang kudapat di Ibukota, dan apa kalian tahu, Yang Mulia Putri Verxina, sang Putri Gila dia sekarang menjadi pemimpin kota ini!” ucapnya, air mata menetes perlahan dari wajahnya.
Dia merasa seperti ada sebuah getaran di kedua kakinya. Apa dia mulai merasa sedih sehingga kedua kakinya bergetar?
“Ayah, ibu, kalian tidak perlu khawatir padaku, kalian mengajariku apa itu arti menjadi seorang wanita hebat!”
“Oleh karena itu, aku akan pergi sekarang,” ia mengusap wajahnya dan memaksakan sebuah senyuman sebelum kembali mengusap wajahnya.
“Yosh, aku berangkat!” ucapnya berbalik, namun dia merasa ada sesuatu yang ganjil dengan suasana disekitarnya.
Puluhan warga berlari dari rumah mereka masing-masing. Ia dapat mengetahui sesuatu yang buruk akan terjadi dari instingnya semata. Perintah evakuasi pasti akan dilaksanakan beberapa saat sebelum terjadinya pertempuran.
Sekarang dia merasakan sebuah gempa yang lebih keras dari sebelumnya. Dia mengerti ini bukanlah kakinya yang gemetaran tadi, namun sebuah gempa yang terjadi walaupun kecil, hanya membuat beberapa jalanan retak.
Dia berlari dan menolong beberapa warga yang mencoba berlari menuju ruang terbuka untuk menghindari runtuhnya bangunan-bangunan. Tepat saat itu dia merasakan sesuatu yang sangat buruk, seperti saat dia berada di Dungeon Kerajaan Amberwater.
“Kyaaa!” suara teriakan mengagetkannya, dia melihat arah suara wanita tersebut.
“Ada yang muncul dari tanah!” teriaknya saat melihat sebuah tangan mencoba keluar dari dalam tanah.
“Ayo semuanya! Lari dari sini!” teriak Adeela yang menyuruh seluruh orang berlari menuju tempat aman, meninggalkannya dengan busur panahnya.
Dia tidak pernah melihat hal semacam ini dalam hidupnya. Tangan-tangan yang muncul perlahan menarik tubuh mereka keluar dari sana satu persatu. Beberapa monster yang menyerupai Damned muncul secara tiba-tiba.
“Kenapa ada Damned disini?!” ucap Adeela yang menarik busur panahnya dengan tergesa-gesa dan berhasil mengalahkan beberapa dari mereka.
“Para monster akan mengejar manusia pertama yang terdekat dengan mereka,” ia mengingat ucapan Verxina dan memikirkan bagaimana cara menjauhkan mereka dari penduduk disini.
“Hei monster! Aku disini! Kejar aku!” teriak Adeela memancing monster-monster agar mendatanginya.
Ia berlari dengan menghindari beberapa Damned yang muncul secara tiba-tiba dari bawah tanah. Ia sempat tersandung tangan Damned yang memegangi kakinya.
“Lepaskan kakiku!” ucapnya yang menendang-nendang tangan Damned Soldier yang mencoba menariknya. Ia berhasil melepaskan dirinya walaupun salah satu sepatunya harus tercopot saat mencoba kabur dari sana.
“Aku harus melaporkan hal ini ke Yang Mulia!” ucapnya sebelum merasakan sesuatu yang lebih buruk dari sebelumnya, beberapa Damned Knight muncul dari dalam tanah dan mulai mengejarnya.
“Ugh orang-orang ini lagi!” ucap Adeela yang mengeluarkan belati pemberian Verxina.
Dengan kekuatannya yang sekarang, tidak mungkin dia bisa melawan para monster ini seorang diri. Damned soldier memiliki kekuatan yang dapat mengalahkan seorang gadis, apalagi dengan kekuatan Damned Knight yang berkali lipat dari Damned Soldier.
“Mungkin ini caranya!” ucapnya sebelum merosot kebawah dan menikam kaki-kaki Damned Knights disana, membuat mereka kehilangan keseimbangan dan jatuh.
Belum sempat Adeela berlari jauh, ia melihat para Damned Knight sebelumnya telah berlari meskipun memiliki kaki yang telah tertikam oleh Adeela.
“Seberapa kuatnya mereka ini?” ucapnya sebelum sebuah perisai menghantamnya dari sisi kirinya. Ia terlempar ke salah satu dinding disana. Ia berteriak kesakitan saat melihat tangan kirinya yang dalam keadaan parah.
Dia bangkit kembali dan melihat beberapa Damned Knight dan Damned Templar telah mengepungnya. Dia merasa ini adalah akhir dari hidup singkatnya saat melihat beberapa monster yang tidak mungkin dapat dia kalahkan.
“Aku bahkan belum pernah minum alkohol, bermain judi, merokok, bahkan aku belum pernah merasakan apa itu cinta, dan inilah akhir hidupku?” dia adalah orang cerdas yang selalu tahu cara melarikan diri dari sebuah masalah, namun sekarang dia tidak dapat memikirkan apapun selain akhir hidupnya.
“Apakah ini adil Ya Tuhanku?!” teriaknya keatas sebelum dia menutup kedua matanya, berharap kematiannya akan cepat tanpa penderitaan.
“Kenapa tidak kau lakukan itu terus? Walaupun semua itu hal yang buruk adikku!” Dia membuka kedua matanya, seorang wanita berada didepannya dengan sebuah perisai dan pedang berwarna kebiruan. Zirahnya memancarkan sebuah warna kemerahan dengan sebuah helm yang memiliki sayap besi diatas tempat telinganya.
“Hidup ini singkat, jangan coba sesali sesuatu yang sudah berlalu dan hiduplah di masa kini dengan sepenuhnya adikku tercinta! Jika kau memang ingin melakukan seluruh hal buruk itu? Aku akan menjadi mentormu!” ucap Verxina yang menoleh padanya dengan sebuah senyuman besar pada wajahnya.
Adeela hanya terdiam tanpa dapat mengatakan apapun, wajahnya berdarah, nafasnya terengah-engah, dari mulutnya hanya ada dua kata yang keluar, “Yang Mulia?” tanyanya. Beberapa saat hanya terdapat kesunyian diantara mereka.
“Aku datang untuk menyelamatkanmu adikku tercinta!” ucap Verxina yang terlihat lebih cerah daripada sebuah mentari sore hari.
(***)
Beberapa saat sebelumnya di Benteng Pertahanan Northridge.
“Apa katamu?!” tanya Verxina yang tengah melemparkan beberapa peledak kebawah, kearah kerumunan Damned Soldier. Lukasz terlihat memotong tangan-tangan musuhnya yang mencoba menaiki benteng ini.
“Beberapa Damned Knight dan Damned Soldier terlihat muncul dari arah Timur, di daerah makam pahlawan kota!’ jawab salah satu tentara.
“Hal gila! Bagaimana Evakuasi penduduk disana?” tanya Verxina ke tentara tersebut.
“Evakuasi berhasil dilakukan berkat nona Adeela yang masih berada disana Yang Mulia!” Verxina berhenti dari serangannya dan melihat tentara tersebut seperti tidak percaya dengan yang terjadi.
“Sialan! Adeela tidak akan bisa bertahan sendirian disana!” ucap Verxina yang mencoba mencari jalan keluar terbaik.
“Kita membutuhkan sebuah tim untuk menyelamatkan nona Adeela Yang Mulia!” ucap Alessandro yang masih menembaki Damned yang mulai memanjat Dinding benteng.
“Aku akan pergi kesana sendirian!” ucap Verxina mengagetkan seluruh orang disana.
“Apa?!” ucap seluruh orang disana.
“Aku akan menyelamatkannya dari sana, aku seorang yang akan pergi!” ucap Verxina dengan nada tegas.
“Omong kosong apa yang katakan Yang Mulia?!” Lukasz berteriak ke Verxina yang menyebabkannya menutup kedua telinganya karena kaget.
“Dasar bodoh! Jangan berteriak, kau akan merusak telingaku!” bentak Verxina ke Lukasz.
“Apakah sekarang anda sudah gila?! Anda mau bunuh diri disana?!” tanya Lukasz dengan teriakan.
“Tenanglah Lukasz, dan untuk kalian semua juga.”
“Aku tidak akan mati terbunuh disana, aku memilih diriku sendiri karena ada kesempatan untuk memenangkan pertempuran ini dari dua sisi pertempuran,” ucap Verxina ke Lukasz dan seluruh tentara disana.
“Aku akan baik-baik saja, lagipula aku memiliki beragam kartu AS untuk pertempuran ini,” ucap Verxina menambahkan.
“Bagaimana jika saya saja yang menyelamatkan Nona Adeela Yang Mulia?” tanya Lukasz pada Verxina.
“Saya juga,” tambah Elano.
“dan saya Yang Mulia,” tambah Alessandro, Michelle dan Maria bersamaan.
“Lalu yang menjaga tempat ini? Musuh disini lebih banyak dan kuat daripada disana. Ada juga Forsaken dan Damned Templar yang membutuhkan kalian berlima untuk dapat dikalahkan. Kalian percayalah padaku, aku ini yang terkuat disini kalau kalian lupa,” ucap Verxina dengan cukup sombong.
“Kalian pasti tahu jika aku ini sangat mengerti kelemahan dan kekuatan utama para monster. Aku juga berhasil memenangkan pertempuran yang terlihat mustahil kita lakukan terutama saat pertempuran pertama kita.”
“Untuk kali ini pun, aku memiliki sebuah rencana yang sangat matang!”
“Aku memiliki peluang untuk menang baik dari pertempuran disana dan pertempuran disini!”
“...” Lukasz tidak berkomentar karena mengetahu bahwa Verxina tidak akan dapat digoyahkan dari keras kepalanya.
“Kita tidak memiliki waktu yang banyak, semakin lama, maka makin besar kemungkinan Adeela terbunuh. Lukasz, ambillah komando lini depan. Jangan biarkan musuh-musuh berhasil dalam penyerangan ini,” ucap Verxina yang menepuk pundak Lukasz dan mengangguk.
“Aku tahu kau tidak percaya dengan ini, tapi percayalah padaku, penilaian resiko ini adalah yang terbaik. Aku berjanji akan kembali dengan selamat, jadi percayalah denganku!” ucap Verxina ke Lukasz.
“Ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan Adeela dan melindungi lini terdepan kita. Tolonglah jaga lini depan ini,” ucap Verxina yang akhirnya diiyakan oleh Lukasz yang merasa kalah dari argumennya.
“Baiklah Yang Mulia,” ucapnya sebagai jawaban.
“Alessandro, Maria, Michelle. Aku harap kalian mengerti ini, aku bergantung kepada kalian untuk mengalahkan para Damned Templar bersama Lukasz dan Elano,”
“Siap yang Mulia!” ucap Alessandro.
“Anda dapat mengandalkan kami!” ucap Maria.
“Kembalilah dengan selamat Yang Mulia!” ucap Michelle.
“Dan Elano, ada sesuatu yang ingin kupinjam darimu,” ucap Verxina sebelum membawa perisai baru Elano dan memberikan perisai penggantinya.
“Tim Orion, kalian ingin pertempuran kan?” ucap Verxina setelah berjalan kebawah menemui mereka yang kembali setelah evakuasi penduduk.
“Ada perintah baru untuk kami Yang Mulia?” tanya Orion padanya.
“Berikan kemampuan terbaik kalian diatas sana! Kita membutuhkan semua tubuh dan tangan yang kita miliki!”
“Siap Yang Mulia!” seluruh anggota tim Orion memberikan hormat dan bergegas keatas.
“Tunggulah kakakmu ini adikku!” ucap Verxina sebelum menaiki kudanya dan memacunya dengan sangat cepat menuju lokasi Adeela.
(***)