"Sayang, kita hanya dua raga yang Allah takdirkan bersama melalui perjodohan. Kalau saja aku nggak menerima perjodohan dari almarhum Papamu, kau pasti sudah bersama wanita yang sangat kau cintai. Mama mertua pasti juga akan sangat senang mempunyai menantu yang sudah lama ia idam-idamkan. Tidak sepertiku, wanita miskin yang berasal dari pinggiran kota. Aku bahkan tak mampu menandingi kesempurnaan wanita pilihan kalian. Sayang, biarkan aku berada di sisimu sampai nanti rasa lelah menghampiriku. Sayang, aku tulus mencintaimu dan akan selalu mencintaimu, hingga hembusan nafas terakhirku."
Kata hati terdalam Aisyah. Matanya berkaca-kaca memperhatikan suami dan mertuanya yang saat ini tengah bersama seorang wanita cantik yang tak lain adalah Ariella, Cinta pertama suaminya. Akankah Aisyah mampu bertahan dengan cintanya yang tulus, atau justru menyerah pada takdir?
Cerita ini 100% murni fiksi. Jika tidak sesuai selera, silakan di-skip dengan bijak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jannah sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asing dalam pengabaian
"Lama banget sih kamu nyiapin bekalnya! Mama dan Ariella menunggu lama tau!" Omel Ana menatap Aisyah dengan tatapan tajamnya.
Padahal tadi Mama memberi waktu tiga puluh menit, sedangkan sekarang baru lima belas menit.
"Maaf ya, Ma," ucap Aisyah dengan lirih sembari menatap Ana dengan wajah sendunya.
"Ya sudah, ayo!" ucap Ana dengan tegas dan sedikit ketus.
Ariella menyunggingkan senyum smirknya memperhatikan Aisyah. Aisyah membalas tatapan mata Ariella dengan wajah tanpa ekspresinya. Sekarang ia sudah tidak merasa heran dengan sikap palsu Ariella.
Kini ketiganya berjalan menuju pintu keluar mansion. Ana dan Ariella berjalan dengan bergandengan, sedangkan Aisyah berjalan di belakang seperti seorang pelayan yang mengikuti majikannya.
Dalam waktu yang sangat singkat ketiganya tiba di teran mansion. Di depan teras supir sudah menunggu ketiganya.
Ariella dan Ana masuk kursi penumpang, sedangkan Aisyah duduk di samping supir. Setibanya di dalam mobil, supir langsung menghidupkan mesin lalu membawa mobil mewah itu meninggalkan kediaman Alex.
"Sayang, bagaimana keadaan tanganmu?" tanya Ana sembari memperhatikan tangan Ariella yang masih di balut perban.
"Sudah mulai membaik Tante, tapi lukanya belum kering," ucap Ariella membuat Ana mengelus tangannya yang di balut dengan lembut.
Aisyah melirik kaca spion yang berada di sampingnya, memperhatikan kedua wanita yang berbicara berdua tanpa mengajaknya.
"Seharusnya orang jahat itu yang merasakan lukamu, Sayang," ucap Ana menyindir Aisyah.
Aisyah yang mendengar sindiran itu tidak bergerak. Ia duduk tegak dengan tubuh yang menyandar di kursi. Mata teduhnya ia paksakan terus memperhatikan jalan di depannya.
Aisyah, biarlah Allah yang menjadi saksi. Kau bersabarlah sebentar, nggak lama lagi Allah akan mendatangkan hal indah padamu.
Aisyah yang merasa dadanya sesak berusaha menyemangati dirinya tanpa menegur Ana. Baginya menjadi orang yang beradab dan hidup seperti yang Allah inginkan lebih utama.
Nggak apa-apa, Aisyah... Allah bersama orang-orang yang sabar.
"Tante, tangan Ariella memang sakit tapi Ariella kuat kok," ucap Ariella memperlihatkan senyum manisnya pada Ana.
Wanita itu sengaja memancing perhatian Aisyah dengan sikapnya. Setiap perkataan Ariella seperti musik yang membuat para pendengarnya menjadi candu, seperti itulah perumpamaan Ana yang menyukai perkataan Ariella.
Entah itu baik atau buruk, Ana percaya saja pada wanita itu. Bahkan perkataan tanpa bukti Ariella dapat membuat Ana langsung percaya, Adam bahkan juga demikian.
"Nggak usah sok kuat di depan Tante sayang. Tante tau apa yang kamu rasakan, hanya pelaku luka ini saja yang nggak peduli!" ucap Ana tersenyum lembut pada Ariella lalu melayangkan lirikan sinisnya pada Aisyah.
Dia pasti sangat tertekan. Tante Ana memang ahlinya menyinggung wanita kampung ini!
"Tante..." ucap Ariella mengingatkan Ana dengan nada lembutnya.
Ariella melirik Aisyah dengan cepat seakan memberikan isyarat pada Ana. Ana yang paham dengan isyarat Ariella hanya memasang wajah tak merasa bersalahnya.
"Biarkan saja, Sayang. Lebih baik kita nonton drama," ucap Ana yang disetujui oleh Ariella.
Wanita paru baya itu pun mengeluarkan handphonenya lalu menghidupkannya. Ana memasuki salah satu platform nonton drama gratis. Ia dan wanita disampingnya itu menonton film yang menarik perhatiannya.
Di sepanjang perjalanan menuju perusahaan Alexandria, keduanya hanya sibuk berdua. Aisyah lagi-lagi hanya diam tanpa melakukan apa pun.
Dari lirikan sendu wanita itu, terlihat jika ia merasa sangat cemburu. Ia ingin sekali berada di posisi Ariella namun itu tidak akan terjadi karena di mata kedua wanita itu ia tak lain seperti orang asing.