NovelToon NovelToon
Heavenly Body, Broken Trust!

Heavenly Body, Broken Trust!

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Romansa / Ahli Bela Diri Kuno / Fantasi Wanita
Popularitas:859
Nilai: 5
Nama Author: kimlauyun45

Banxue tidak pernah meminta kekuatan—apalagi anugerah terkutuk berupa Tubuh Surgawi—kekuatan kuno yang diburu oleh sekte-sekte suci dan klan iblis sekaligus. Ketika masa lalunya dihancurkan oleh pengkhianatan dan masa depannya terancam oleh rahasia, ia memilih jalan sunyi dan pedang.

Dalam pelarian, dikelilingi oleh teman-teman yang tak sepenuhnya bisa ia percaya, Banxue memasuki Sekte Pedang Azura… hanya untuk menyadari bahwa kepercayaan, sekali retak, bisa berubah menjadi senjata yang lebih tajam dari pedang manapun.

Di tengah ujian mematikan, perasaan yang tak diucap, dan badai takdir yang semakin mendekat, Banxue harus memilih: berjuang sendirian—atau membiarkan seseorang cukup dekat untuk mengkhianatinya lagi?

Di dunia di mana kekuatan menentukan nilai diri, sejauh apa ia akan melangkah untuk merebut takdirnya sendiri?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kimlauyun45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perempuan Misterius

Jauh, jauh dari peradaban yang dipenuhi cahaya dan suara manusia, berdiri sebuah bangunan tersembunyi—tertutup rapat oleh kabut abadi dan keheningan yang menyiksa.

Bangunannya menjulang seperti reruntuhan zaman lama, namun tegak kokoh, berdiri di atas batu-batu hitam yang telah membatu oleh waktu. Udara di sekitarnya berat dan dingin, seperti menggenggam napas siapa pun yang melangkah terlalu dekat.

Tak ada cahaya yang sanggup menembus dindingnya. Bukan karena tidak ada lampu, tapi karena bangunan itu sendiri menolak cahaya. Ia menelannya, menyerapnya, dan menggantikannya dengan gelap pekat yang terasa… hidup.

Inilah tempatnya—Paviliun Jiwa Terbalik, tempat yang hanya disebut dalam bisikan paling pelan oleh mereka yang pernah tahu. Tempat ini tidak sekadar tersembunyi dari dunia luar, tapi seolah dunia pun telah melupakannya demi menjaga kewarasannya sendiri.

Di salah satu ruang terdalam, tersembunyi di balik beberapa lorong sunyi yang berliku, terdapat pemandian pribadi—sebuah kolam batu yang dikelilingi tembok tinggi berlumut.

Di sekitarnya, bambu menjulang tinggi. Rimbunannya menggantung dengan daun-daun panjang yang bergoyang pelan, menghasilkan suara gesekan tipis yang nyaris seperti bisikan roh. Air dalam kolam itu tampak tenang di permukaan, tapi dinginnya menusuk hingga ke tulang.

Anyu duduk bersandar di sisi kolam. Sebagian tubuhnya terendam, hanya bagian bahu dan leher yang terlihat di atas air. Rambutnya terurai, menempel basah di kulit. Matanya menunduk, namun tidak terpejam. Pandangannya kosong—terperangkap dalam labirin pikirannya sendiri.

Ia menarik napas dalam. Berat.

"Xuer... kenapa kau tidak membunuh penghianat itu? Apa kau masih menganggapku Anyu yang dulu? Apa yang sebenarnya kau lihat dalam diriku sekarang, Xuer...?"

Pertanyaan-pertanyaan itu menggema dalam batinnya, tak terucap tapi terasa lebih nyaring dari teriakan. Keheningan di sekelilingnya menggrogoti, mengirisnya dari dalam. Setiap tetes air yang menetes dari dahi ke permukaan terdengar seperti detik menuju sesuatu yang tak pasti.

Bayangan masa lalu bersama Banxue muncul begitu saja. Senyum kecilnya. Tatapan yang selalu seolah tahu isi hatinya. Cara Banxue memanggil namanya, bukan sebagai perintah, tapi sebagai pengingat bahwa ia pernah dicintai tanpa syarat.

Tapi masa lalu hanya meninggalkan luka yang diam.

> Ketukan pelan terdengar di balik pintu kayu pemandian, disusul suara yang menyelinap masuk bersama hawa dingin.

 “Tuan… ada yang ingin bertemu,” kata seorang pelayan dengan nada sopan namun sedikit gugup.

Anyu tak menjawab seketika. Napasnya hanya sedikit bergetar.

“Siapa?” tanyanya singkat. Suaranya dingin seperti logam yang telah lama dibekukan.

“Saya… tidak tahu, Tuan. Tapi dia seorang gadis muda. Ia bilang mengenal Anda… dan membawa hal penting yang harus disampaikan secara langsung.”

Anyu mengerutkan kening.

Gadis? Siapa?

Dan hal penting apa yang bisa memaksanya datang ke tempat ini...?

 Ia menghela napas pelan, lalu menjawab tanpa beranjak,

“Suruh dia tunggu di ruang tamu. Aku akan menemuinya.”

 Tangannya meraih jubah panjang berwarna merah gelap di sisi kolam. Ia bangkit perlahan, air menetes dari tubuhnya ke lantai batu. Suasana seolah ikut menahan napas melihat sosoknya.

Ia mengenakan jubah itu dengan gerakan tenang namun tegas. Jubah itu disulam dengan pola naga emas kecil di bagian bahu—hadiah dari Banxue, saat mereka masih bersama dalam ikatan yang belum hancur.

 Dengan langkah mantap dan mata setajam bayangan malam, Anyu berjalan melewati lorong sunyi menuju ruang tamu.

Di sana, duduk seorang gadis muda. Rambutnya hitam panjang, disanggul rapi, dan dihiasi tusuk rambut berbentuk bunga berlapis emas. Pakaiannya anggun, seperti putri bangsawan kerajaan—sangat kontras dengan dinding batu lembap dan suasana penuh tekanan tempat ini.

Gadis itu menunduk. Tangan mungilnya bertumpu di atas lutut, tidak bergerak sedikit pun. Tapi aura kegelisahan tampak jelas di sekitar tubuhnya—seperti udara tak sabar yang menunggu badai.

Anyu berhenti di hadapannya.

“Siapa kau?” tanyanya langsung, datar namun penuh penekanan.

Gadis itu mendongak perlahan. Matanya tajam—tapi tak seperti musuh. Lebih seperti... seseorang yang mencari pengakuan. Penilaian. Atau... harapan.

“Kau tidak mengenalku?” suaranya lembut, nyaris bergetar.

 “Tidak,” sahut Anyu cepat. “Katakan siapa kau, dan apa tujuanmu menemuiku. Aku tidak suka membuang waktu untuk tamu tak penting.”

Tekanan di ruangan itu berubah. Udara seperti memadat, seolah dinding ikut mengunci napas.

 Deg.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Jemarinya mencengkeram ujung rok. Matanya berkaca, tapi masih mencoba bertahan.

“Anyu… Aku Banxue.”

Suaranya pecah. “Orang yang paling kau cintai…”

 Anyu terdiam.

Tidak bergerak. Tidak bicara.

Kata-kata itu memukulnya keras—tapi yang berdiri di depannya bukan Banxue. Wajahnya asing. Suaranya asing. Bahkan tubuhnya pun tak menyimpan jejak familiar.

Ia baru bertemu Banxue… kemarin. Di desa sunyi.

“Apa maksudmu…” suara Anyu kini berubah. Pelan, namun dingin dan berbahaya.

“Jangan katakan kebohongan yang akan membuatmu menyesal.”

 Ia mencengkeram dagu gadis itu, memaksa mata mereka bertemu.

“Aku baru bertemu dia kemarin. Dia masih hidup, dan tidak ada di tubuh ini.”

Gadis itu—yang menyebut dirinya Banxue—menangis sekarang. Tapi bukan tangisan lemah. Ini tangisan seorang wanita yang merasa dihancurkan oleh kenyataan yang tidak bisa dijelaskan.

 “Aku tahu kau tak akan percaya… Bahkan aku sendiri masih belum bisa percaya...”

“Tapi dengarkan aku, Anyu… Aku bisa membuktikannya.”

 Anyu melepaskan cengkeramannya. Ia membalikkan badan, berdiri membelakangi gadis itu. Diam.

Gadis itu menarik napas pelan, berusaha menenangkan getaran di dadanya.

 “Aku tidak tahu bagaimana ini terjadi… Tapi saat aku membuka mata, aku sudah berada dalam tubuh ini. Tubuh seorang putri bangsawan—anak dari Panglima Gunya. Namanya… Hungyi. Sebelum itu… aku memakan buah Pir Kehidupan.”

 Suasana mendadak sunyi.

“Buah itu... konon bisa memberimu hidup baru. Mewujudkan keinginan terdalammu. Aku… hanya ingin bebas. Lepas dari segalanya. Tapi yang terjadi… justru ini…”

 Anyu mematung.

 Hatinya menolak. Tapi pikirannya tahu legenda itu tidak sekadar mitos.

Buah Pir Kehidupan—benda terkutuk yang bisa memberi wujud baru, tubuh baru, hidup baru... sesuai keinginan terdalam.

Tapi kalau gadis ini adalah Banxue...

Lalu siapa yang kemarin ia temui di desa sunyi?

1
Daisy
Keren banget sih cerita ini! Baca sampe subuh aja masih seru.
Winifred
Wow! 😲
Axelle Farandzio
Bahasanya halus banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!