bagaimana jadinya jika seorang gadis desa yang sering dirundung oleh teman sekolahnya memilih untuk mengakhiri hidup? Namun, siapa sangka dari kejadian itu hidupnya berubah drastis hingga bisa membalaskan sakit hatinya kepada semua orang yang dulu melukainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mas Bri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Dua minggu sudah berlalu sejak kepergian ibunya, kini gadis cantik itu sudah kembali bekerja di rumah tuan mudanya. Sebenarnya dia melarang Ayu untuk bekerja dulu, tetapi dia memaksa agar pikirannya bisa teralihkan. Meski sedih tetapi dia harus terus menjalani kehidupannya lebih baik lagi.
Ayu bersyukur memiliki majikan yang begitu menyayanginya. Tidak hanya orang tuanya saja, anak-anak mereka juga begitu perhatian terhadapnya. Itulah yang membuatnya cepat bangkit dari keterpurukan. Tetapi ada satu makhluk yang masih belum bisa diterimanya hingga saat ini, yaitu Juan.
Malam ini laki-laki bermata biru itu ingin mengajaknya untuk bertemu di taman dekat rumah kakaknya. Terakhir Kali dirinya ingin bertemu, Ayu malah ikut pulang bersama kakaknya dan berujung batal. Beruntung malam ini William sedang lembur di kantor karena sudah beberapa hari dia tinggal.
Gadis cantik itu terlihat duduk manis menunggu kedatangan adik tuannya. “Kenapa belum datang,” lirihnya.
Tidak lama setelah itu, terdengar suara mobil sport terparkir di dekat taman. Juan segera berlari, dia sadar kalau terlambat dari waktu yang ditentukan. “Untung tadi bisa lolos, kalau tidak bisa pulang pagi,” gumamnya sambil berlari.
Gadis cantik itu hampir saja pergi kalau tidak di panggil Juan.
“Maaf aku terlambat. Banyak pekerjaan di kantor Kak Willi. Dia juga masih lebur,” jelas Juan dengan nafas tersengal.
“Ada apa?” Tanya Ayu langsung ke intinya.
“Aku ingin meminta maaf sama kamu,” ucap Juan.
“Untuk apa?”
Laki-laki itu menarik nafasnya panjang. Dia tahu Ayu bukan tidak mengerti maksudnya tetapi memang sengaja untuk tidak mau tahu.
“Selama ini aku sudah menyakiti kamu. Aku ingin minta maaf atas namaku sendiri dan teman-teman lainnya. Aku sangat menyesal berbuat seperti itu,” ungkapnya.
“Itu sudah berlalu.”
“Tapi, Ay.” Juan meraih satu tangan gadis cantik itu. “Permintaan maafku ini tulus dari dalam hatiku. Sungguh, aku sangat menyesal,” lanjutnya.
“Kamu yakin? Atau jangan-jangan ingin mempersiapkan diri untuk mengejekku lagi karena aku sudah tidak punya ibu?” balas Ayu sinis.
Mendengar ucapan gadis di depannya, Juan langsung bersimpuh di hadapannya. “Sungguh, aku tidak ada niatan seperti itu sejak dulu, Ay. Bahkan sampai detik ini rasanya hidupku tak tenang sejak kejadian itu. Aku benar-benar minta maaf sama kamu dari lubuk hatiku yang paling dalam,” ucap Juan masih dengan posisi bersimpuh dan memegang satu tangan Ayu.
Gadis itu menelisik setiap sudut mata adik dari tuannya. Tidak dia temukan kebohongan sedikitpun, hanya ketulusan yang ada di depan matanya.
Gadis berambut panjang pun akhirnya luluh, dia menganggukkan kepalanya tanda menyetujui permintaan maafnya, meski masih ada keraguan dalam hatinya.
“Jadi … kamu memaafkanku?” tanya Juan dengan wajah berbinar memastikan apa yang dilihatnya kali ini bukan mimpi.
“Iya. Jangan pernah mengulangi kesalahan itu lagi meski itu orang lain,” tutur Ayu. Tidak ada raut wajah bahagia atau sedih. Hanya terlihat begitu datar dan tidak berekspresi. Entah karena masih berduka karena ibunya atau ada hal lain hanya dia yang tahu.
“Kalau sudah selesai, aku kembali,” ujar Ayu melepaskan genggaman tangan Juan. Kakinya melangkah meninggalkan laki-laki yang masih bersimpuh di hadapannya.
Juan terdiam membiarkannya pergi, ada perasaan tidak rela melepaskannya lagi. “Ay,” panggilnya.
Dia pun membalikkan badan menanggapi panggilan adik tuannya.
“Lain kali aku ajak jalan-jalan, mau?”
Gadis itu mengerutkan keningnya. “Aku tidak bisa janji.” setelah mengucapkan itu dia langsung kembali ke rumah majikannya. Takut kalau William pulang sebelum dirinya tiba.
Waktu menunjukkan pukul 11 malam, rumah besar itu masih terlihat sepi karena pemiliknya masih belum juga datang. Hanya ada pelayan yang sejak tadi menunggunya hingga tertidur di ruang tengah.
Tidak biasanya tuan muda pulang begitu larut. Terkadang sesekali dia lembur tetapi tidak sampai malam seperti ini. Mungkin karena beberapa hari kemarin dia fokus mengurus pelayan cantiknya.
Tepat pukul 12 malam, terdengar suara mobil sport memasuki halaman rumah. Kaki jenjang itu melangkah pasti memasuki rumah yang terlihat sepi.
Wajah lelahnya berubah seketika saat melihat Ayu tidur cantik di atas sofa dengan rok selututnya. Sudut bibirnya terangkat ke atas menandakan senyuman tulus.
“Kenapa menunggu di sini? Lebih baik tidur di kamar saja, di sini dingin,” ujar William lalu mengangkat tubuh kecil Ayu ke kamarnya.
Dia tutup dengan selimut hingga lehernya dan tak lupa ciuman kasih sayang mendarat sempurna di keningnya.
“Good night beautiful girl,” lirihnya lalu menutup pintu kamar Ayu. Wajahnya begitu sumringah setelah memberikan kecupan manis yang membuat jantungnya berdebar.
Begitu selesai masalah pelayan cantiknya, William pergi ke kamarnya untuk membersihkan diri dan segera tidur. Kepalanya terasa begitu pusing sejak sore tadi. Seharian ini dia bekerja terlalu keras tanpa istirahat sedikitpun sampai melupakan jam makan.
Setelah selesai mandi, laki-laki itu duduk bersandar di ranjangnya sambil membuka layar laptop mengecek seluruh kamera yang terpasang di setiap sudut rumahnya.
Keningnya berkerut kala di layar itu menampakkan wajah seseorang yang tak asing baginya. “Kemana dia? Kenapa malam-malam keluar?” gumam William setelah melihat rekaman CCTV rumahnya.
Beruntung gadis itu keluar rumah yang posisinya tidak bisa dijangkau dengan kamera pengawas jadi tidak terlihat jika dia bertemu dengan seseorang. William pun mengabaikannya, dia pikir Ayu sedang bosan dan jalan-jalan di sekitaran komplek rumahnya. Karena sudah lelah, laki-laki itu akhirnya tertidur dengan layar laptop yang masih menyala di sampingnya. Hari yang cukup melelahkan baginya.