NovelToon NovelToon
TANTE VIVIANNA

TANTE VIVIANNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin
Popularitas:57.6k
Nilai: 5
Nama Author: Septira Wihartanti

Sepeninggal kedua orang tuanya, Dennis harus menggantungkan hidupnya pada seorang janda kaya bernama Vivianna. Sehari-harinya Dennis bekerja menjadi asisten pribadi Si Tante, termasuk mengurusi pekerjaan sampai ke keperluan kencan Tante Vivianna dengan berbagai pria.
Sampai akhirnya, Dennis mengetahui motif Si Tante yang sesungguhnya sampai rela mengurusi hidup Dennis termasuk ikut campur ke kehidupan cinta pemuda itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septira Wihartanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Aku terjun ke jurang...

Astaga, apa yang kulakukan?

Aku baru sadar saat kami dalam perjalanan pulang, menatap wajah sumringahnya dari samping.

Kenapa aku nekat sekali minta dia berpacaran denganku?

Bukankah hal itu malah menimbulkan risiko riskan untuk perpecahan silaturahmi?

Kenapa tidak biarkan saja dia mencari pacar lain untuk melupakan perasaannya padaku? Dan hubungan kami tetap sebagai Tante dan Keponakan?

Sudah terlanjur.

Aku tak bisa menarik kata-kataku kembali.

Hubungan kami sudah terlalu jauh.

Jadi untuk bisa meredakan suasana menjadi lebih kondusif, aku pun bicara begini padanya, “Tante...” kupanggil ia.

“Hm?” ia bergumam menanggapiku.

“Kita... pelan-pelan saja ya?” desisku.

“Kenapa kamu terdengar ragu?”

Aku diam.

Gawat dia langsung tahu perasaanku yang tiba-tiba tak terkendali.

“Ya aku sudah mengalaminya sih. Perasaan ragu semacam itu tadi. Saat aku memikirkan semuanya, perlukah aku berpacaran denganmu? Tapi kalau tidak pacaran, atau mengklaim-mu, kamu langsung didekati Hyena.”

“Hyena?”

“Itu si cantika-cantika sejenis.” Ia terdengar nyinyir.

“Ya memang cantik-cantik, kan?”

“Hmph!” ia mendengus kesal.

Belum sampai kami ke depan rumah, mobil kami berhenti mendadak.

Ckittt!

Aku menatapnya dengan pandangan bertanya, tapi Tante melotot ke arah depan.

Aku pun menoleh ke arah pandangannya,

Di depan rumah kami, ada pria berdiri bersandar ke pagar.

Pria tinggi yang tidak kukenal.

“Nelson...” desisnya tampak geram. “Ngapain dia di sini?!”

Aku pun mengamati pria itu.

Ganteng, sumpah! Aku yang sesama laki-laki saja mengakui ketampanannya.

Ada Korea-Koreanya, ada bule-bulenya. Bisa-bisanya Tante punya pacar seperti itu? Dan kini ia naksir padaku?

Jelas aku tak sebanding dengan si Nelson ini.

Dengan Ikhsan pun aku kalah jauh!

Nelson ini mempersilahkan Tante memarkir mobilnya di dalam rumah dulu, ia menunggu di beranda dengan tenang.

Tante tampak gugup. Tangannya mencengkeram stir dengan kencang.

“Itu Nelson yang bikin pintu kamar mandi copot? Yang selingkuh sama pembantu?” tanyaku.

“Iya.” Gumam Tante Vivianna pelan. “Aku mual.” Gerutunya.

“Muntahnya di depan dia aja, jangan di mobil. Aku capek bersihinnya.” Gumamku.

“Hmph!” ia menahan tawanya, “Dasar kamu nih!” ia memukul lenganku.

Mau marah nggak jadi. Padahal aku tak bermaksud menghibur. Bicara apa adanya saja.

“Yang sabar ya... sayang.” Gumamku pelan.

Pukulannya berubah jadi cubitan mesra, di tempat yang sama.

Kami turun, aku mengecas mobilnya.

Dia menghampiri Nelson di beranda.

Dan aku pun... melipir ke tetangga.

**

Revan, Pak Andra dan aku.

Ngemil dan ngerokok di teras lantai dua sambil memperhatikan rumah Tante.

“Kayaknya kondusif...” gumam Revan sambil makan pisang goreng.

“Nggak bisa secepat itu ambil kesimpulan.” Sahut Pak Andra sambil membakar rokok batang keduanya.

“Si Nelson-Nelson ini ada track record apa?” tanyaku sambil nyeruput kopi hitam yang kata Bu Asmara diimpor dari Qatar. Rasanya luar biasa nikmat.

“Yahh...” Revan dan Pak Andra tampak mengeluh dan berpikir, tak langsung cerita padaku.

Alasanku ke rumah Revan, karena ini spot terbaik untuk mengamati rumah Tante. Ditambah suguhan makanan di sini melimpah dan nikmat.

Yang kedua sih alasan utamanya, Aku lapar soalnya.

Aku tak ingin mengganggu Tante dan mantan pacarnya. Kalau pun ia berteriak, kami akan mudah mendengarnya dari sini. Aku memberikannya ruang privasi karena itu memang hak-nya.

“Kitty melihat Nelson sedang ehem sama dua orang pembantu, di kamar itu. Dalam keadaan jendela terbuka lebar.” Pak Andra menunjuk jendela ruangan di depan kami, di lantai dua rumah Tante.

“Dia pikir kami tak bisa lihat.”

“Waktu itu Tante Vivi sedang dinas ke Lampung.” Tambah Revan.

”Bercinta dengan jendela terbuka. Sakit tuh orang...” gerutuku.

“Kitty kirim foto. Vivi langsung pulang ke Jakarta. Dan mereka bertengkar hebat.” Kata Pak Andra.

“Rumah berantakan banget waktu itu, porak poranda kayak diterjang badai. Untung Tante Vivi nggak kenapa-napa.” Kata Revan.

“Maksudnya porak poranda? Si anjing itu berbuat kasar?” sahutku kaget.

Pak Andra dan Revan mengangguk. “Untungnya berbuat kasar ke furniture, bukan ke fisik.” Desis Pak Andra.

“Sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan, Ayah menarik Tante Vivi ke sini.”

“Dan?”

“Yah... Siapa yang nggak kicep kalau warga udah berkumpul di depan rumah? Kami mengusir Nelson pergi.” Kata Revan.

“Dan Vivi memecat semua ART.”

Aku pun mengangguk mengerti.

Terdengar suara pria dan wanita berteriak marah.

Kami bertiga mulai waspada.

Saat kami bertiga berdiri di beranda sambil menatap ke arah rumah Tante, beberapa orang pun datang menghampiri rumah Tante.

Beberapa pria yang langsung menoleh ke atas dan melambaikan tangan ke arah kami

“Nelson di sini?!” salah satunya bertanya tanpa suara ke arah kami.

Pak Andra mengangguk.

“Mau apa sih dia? Bikin ribut aja.” Kembali rekannya bertanya tanpa suara ke kami.

Kami bertiga pun menggelengkan kepala.

“Kamu yang katanya keponakannya?” Pria yang lebih tua menunjukku.

Aku pun mengangguk, dan segera turun ke lantai bawah.

Nggak lewat tangga, lewat atap rumah Pak Andra. Kejauhan kalau harus muter ke dalam.

“Saya tuh cuma tanya, kamu malah parkour ke bawah.” Sahut si Pria sambil menyeringai padaku.

“Deket Pak.” Sahutku. Aku mengulurkan tanganku ke arah kelima pria itu. “Nama saya Dennis.” Kusalami satu-satu.

“Saya RT di sini. Yang ini para Pengurus Karang Taruna.” Kata bapak-bapak yang kini ada di depanku.

“Berita mengenai kamu itu benar? Kedua orang tua kamu...” mereka tidak melanjutkan kalimatnya. Aku sudah tahu lanjutannya, jadi aku hanya mengangguk. “Sudah ditetapkan sebagai kasus penghilangan nyawa terhadap diri sendiri.” Kataku. “Bapak-bapak tahu dari Tante Vivi?” tanyaku.

“Dia langsung mengurus dokumen kamu untuk bisa tinggal di sini. Tadinya kami tidak setuju karena nasab kalian tidak segaris. Kamu sebenarnya orang lain yang diakuinya sebagai keponakan. Tapi tiba-tiba, Pak Andra menjamin kamu.”

Aku melirik ke atas.

Pak Andra melambaikan tangannya padaku.

“Saya sekantor dengan Revan.” Kataku selanjutnya, untuk meyakinkan mereka semua.

“Jadi sekantor juga dengan Tante kamu.” Kata Pak RT.

Aku mengangguk. “Lalu... dia?” aku menunjuk ke dalam rumah dengan daguku, yang kumaksud adalah Nelson.

“Tingkahnya labil, dari awal mereka berpacaran, sudah bikin gaduh. Nelson itu menggoda setiap remaja perempuan yang lewat. Kami sudah mencoba protes ke Vivi saat tiba-tiba laki-laki itu tinggal serumah, padahal mereka tidak menikah. Bikin aib komplek saja... ya akhirnya kekhawatiran kami terjadi, untungnya sekaligus menyadarkan Vivi kalau Nelson itu hanya tukang bikin onar.” Ini cerita dari Sang Ketua Karang Taruna.

Lalu terdengar pertengkaran dari dalam rumah.

“Pokoknya kalau dengar suara perabot dirusak atau teriakan minta tolong, kita langsung dobrak masuk ke dalam.” Pak RT berkacak pinggang sambil menatap ke dalam rumah

“Tapi itu termasuk melanggar nggak sih Pak? Kan urusan Babinsa.”

“Izin dari saya Pak, saya penghuni rumah ini.” Kataku. “Walau pun posisinya kurang kuat.”

Kami pun menatap kembali ke dalam rumah.

Pintu terbanting terbuka, Nelson keluar dari rumah dengan wajah penuh amarah.

Gayanya petantang petenteng dan langkahnya tidak menghentak-hentak. Ia berjalan dengan normal namun sangat terlihat kalau ia kesal sekali.

Tapi kemudian ia berhenti.

Sambil menatap ke arahku.

Terang-terangan ia menantangku.

Senyumnya sinis dan pandangannya merendahkanku.

“Pulang.” Terdengar suara Tante Vivi kemudian, ia menegur Nelson. “Kamu sudah tak ada urusan di sini.”

Nelson beralih tatapan ke Tante Vivi sambil tersenyum. “Kamu akan menyesal, aku punya pekerjaan yang kamu impi-impikan dari dulu. Dan saat kesempatan ini datang, kamu malah mengukung diri kamu di sini bersama dengan... bocah ingusan bau kencur.” Nelson kembali menatapku.

“Pekerjaan sehebat apa pun tak akan jadi impian kalau ada kamu di sana.” Kata Tante Vivianna.

Nelson mendengus sinis, lebih ke licik, lalu masuk ke dalam mobilnya.

Kami menghela nafas lega saat melihat mobil itu keluar melewati gapura komplek.

“Bubar-bubaaar, udah mau maghrib nih!” sahut Pak RT.

“Makan dulu di sini ya, Vivi.” Sahut Pak Andra dari atas.

“Ya Pak.” Tante Vivi bicara dengan lemah. Sesaat kemudian ia jatuh sambil berlutut.

Aku langsung setengah berlari menghampirinya.

“Tante? Tante kenapa?!” aku khawatir. Kuangkat tubuhnya, kutarik lengannya.

Wajahnya pucat pasi dan lewat pergelangan tangannya, kurasakan denyut yang sangat cepat.

“Aku...” ia menelan ludah.

Orang-orang masih berjaga-jaga karena melihat kondisi Tante yang langsung ambruk.

Kemudian ia pun terisak.

“Ahhh...” isaknya setengah berteriak.

Tangannya melilingi pinggangku. Da ia pun memelukku. “Aku takut banget Dennis, takut banget tadi!!” serunya sambil menangis. “Kamu kenapa malah pergi dari rumah?! Kupikir aku sendirian tadi!!” ia memukul dadaku.

“Yah nggak mungkin aku ninggalin kamu sendirian.. Dari tadi kami berjaga di rumah Pak Andra.”

“Ya kamu kenapa nggak bilang!!” Tante Vivi kembali memukulku.

Lalu kemudian ia kembali merapatkan tubuhnya padaku.

Sesaat kami berada di posisi begitu, di depan rumah.

Warga sudah membubarkan diri, tapi dari seringai Revan dan Pak Andra yang masih berdiri di lantai dua, aku tahu kalau kami sudah jadi bahan gosip di komplek ini.

1
Do You Love me?😌
Kak aku ngakak
AyAyAyli
beber bgt
p
luar biasa
Naftali Hanania
nelson si cowok bendera merah ya.....ish..males bgt ganteng tp murah.........an
Naftali Hanania
wah....dimulai ni hubungan lebih nya.....ehem
Naftali Hanania
nah....jd kepikiran deh ni...iya jg ya
SasSya
pinter Denis
memancing di danau keruh
dan boom dapat ikan 🤣😂
mamaqe
laaahhh sepemikiran kita toorr
mboke nio
siap -siap gosip meraja lela
Daisy🇵🇸HilVi
wkwk sekali dayung langsung sampe qatar ya rev
Daisy🇵🇸HilVi
haaaahh kok serem sih
Daisy🇵🇸HilVi
astaga iya lagi🤦🏻‍♀️tadinya kepikiran klo hpku adalah bestiku yg selalu mengerti diriku😂😂iiiiyyyuuuhh kan jadi takut sama hp sendiri, jgn2 ada jinnya🤣
Daisy🇵🇸HilVi
pokoknya yg cuan embat aja ya den
Daisy🇵🇸HilVi
wkwk wisata horor ini mah
Wiwit Duank
yeyyy akhirnyaaa...dari sehari jadi berhari² 🤭
Wiwit Duank
udah yg jelas² aja Denis gak usah aneh² kek si Yusuf..ada si Tante kok.di provokasi dikit langsung nawarin diri 😂
D_wiwied
hmmm trio opo iki, padakne arep nonton sinetron po yoo 😆😆
Emi Wash
waduh melebihi cenayang yak...
sune aja
wes kompak
ngerti kebiasaAne othor yg maha segala
Eni Istiarsi
ini Pak Andra nya masih di Padmasari apa udah pindah sih 😄
Angspoer: masih hehehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!