Naomi harus menjalani hari-harinya sebagai sekretaris di perusahaan ternama. Tugasnya tak hanya mengurus jadwal dan keperluan sang CEO yang terkenal dingin dan arogan yang disegani sekaligus ditakuti seantero kantor.
Xander Federick. Nama itu bagai mantra yang menggetarkan Naomi. Ketampanan, tatapan matanya yang tajam, dan aura kekuasaan yang menguar darinya mampu membuat Naomi gugup sekaligus penasaran.
Naomi berusaha keras untuk bersikap profesional, menepis debaran aneh yang selalu muncul setiap kali berinteraksi dengan bosnya itu.
Sementara bagi Xander sendiri, kehadiran Naomi di setiap harinya perlahan menjadi candu yang sulit dihindari.
Akan seperti apa kisah mereka selanjutnya? Mari langsung baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 28 Kepergok
Suara ketukan pintu yang bertubi-tubi membuat Xander kelabakan. Jantungnya berdebar kencang. Ia tahu siapa yang berada di luar sana, Daddy Nathan, Mommy Milea , dan Kakek Noah. Mereka adalah tiga orang yang paling sulit Xander hadapi, apalagi saat mereka semua berada di depan pintu kamarnya.
“Xander, buka pintunya sekarang juga!” bentak Daddy Nathan dari luar.
"Xander, kamu kenapa, Nak? Cepat buka, Mommy khawatir," timpal suara Mom Milea, terdengar panik.
"Cepat buka, Xander. Jangan buat Kakek naik darah," tambah suara Kakek Noah, yang terdengar geram.
Xander melirik panik ke arah lemari pakaiannya. Di dalam sana, Naomi tengah bersembunyi. Tadi malam, mereka berdua tidur satu ranjang. Xander tidak bisa membiarkan keluarganya tahu. Ia harus mencari cara untuk menyingkirkan mereka.
"Sebentar, Dad. Aku masih berpakaian!" teriak Xander, suaranya terdengar gugup.
"Sudah berapa lama kamu berpakaian?" sindir Daddy Nathan. "Jangan bohong. Buka pintu ini, atau aku akan mendobraknya!"
"Tidak!" Xander berteriak, suaranya tercekat. Ia melangkah mendekati pintu, tangannya gemetar. "Aku sedang tidak enak badan. Aku butuh istirahat."
"Buka pintu sekarang, Xander!" bentak Daddy Nathan lagi.
Xander menghela napas, ia tahu ia tidak bisa melawan. Ia membuka pintu. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi pelipisnya. Ia berusaha tersenyum, namun senyum itu terlihat sangat kaku.
Daddy Nathan, Mom Milea, dan Kakek Noah melangkah masuk. Mereka menatap Xander dengan tatapan curiga. Mereka tidak pernah melihat Xander segugup ini. Pria yang biasanya dingin dan tenang itu kini terlihat seperti anak kecil yang tertangkap basah melakukan kesalahan.
"Ada apa denganmu?" tanya Daddy Nathan, matanya menyipit. "Kamu terlihat seperti habis melihat hantu."
"Tidak ada apa-apa," jawab Xander, mencoba bersikap normal. "Aku hanya lelah."
"Lelah bagaimana?" tanya Kakek Noah, ia berjalan mengelilingi kamar Xander, matanya menjelajahi setiap sudut. "Kamar kamu berantakan sekali. Apa kamu habis berkelahi?"
"Tidak," Xander menggeleng. "Aku mencari sesuatu."
"Mencari sesuatu sampai berantakan begini?" tanya Mom Milea, ia mengambil sebuah buku yang terjatuh di lantai. "Buku apa ini?"
"Itu buku lama," jawab Xander, ia meraih buku itu, menyembunyikannya dari pandangan Mom Milea.
"Xander, kamu tidak berbohong kan?" tanya Daddy Nathan, tatapannya menembus. "Aku mengenalmu. Kamu tidak akan segugup ini kecuali ada sesuatu yang kamu sembunyikan."
Jantung Xander berdegup kencang. Ia mencoba mencari alasan lain, namun otaknya seolah buntu. Ia hanya bisa diam, menunduk.
Daddy Nathan berjalan menuju lemari pakaian Xander. "Biar Daddy bantu membereskan," ucapnya.
Mata Xander melebar. Ia tahu, jika Daddy Nathan membuka lemari pakaian itu, semuanya akan terbongkar.
"Jangan, Dad!" seru Xander mulai panik. "Aku bisa membereskan nya sendiri!"
Namun, sudah terlambat. Daddy Nathan hendak membuka pintu lemari pakaian itu. Dan yang ia temukan bukan hanya tumpukan baju yang berantakan, tetapi juga... sepasang bra dan celana dalam berwarna pink tersangkut di salah satu pakaian Xander.
Daddy Nathan terdiam, matanya membelalak. Ia mengambil kedua benda itu, lalu menatap Xander. Wajahnya memerah, menahan amarah.
“Apa-apaan ini, Xander?” bentaknya.
Xander memejamkan mata, ia tahu semuanya sudah terbongkar. Ia tidak bisa berbohong lagi.
"Itu... itu bukan milikku," jawabnya, suaranya lirih.
"Lalu milik siapa?" tanya Mommy Milea, suaranya bergetar. Ia menatap Xander, matanya dipenuhi kekecewaan. "Apa kamu membawa wanita ke sini?"
"Bukan wanita lain!" seru Xander. "Itu milik Naomi!"
"Naomi?" Daddy Nathan, Mom Milea, dan Kakek Noah berteriak bersamaan. Mereka menatap Xander, bingung.
Tepat saat itu, Naomi membuka pintu lemari. Ia tidak tahan lagi bersembunyi. Wajahnya memerah, matanya berkaca-kaca.
"Tuan, nyonya," bisiknya.
Daddy Nathan terdiam, matanya membelalak. Ia tidak menyangka, Naomi, asisten pribadi Xander, berada di sana. Ia tidak menyangka, Xander dan Naomi…
Mungkinkah mereka sudah melakukannya?
"Xander, jelaskan ini!" bentaknya.
Xander menghela napas. "Aku minta maaf," bisiknya. Ia menatap Naomi, lalu ia menatap keluarganya. Malam itu, rahasia Xander dan Naomi akhirnya terbongkar, dan tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.