Istri Rahasia Tuan Dewa

Pagi itu di depan gedung Askara Company telah ramai wartawan berkumpul untuk mencari berita perceraian Dewa Askara pria konglomerat dengan Daniela artis papan atas yang sedang naik daun.

Begitu Dewa turun dari mobilnya para wartawan langsung membidik gambarnya dan berlari mencoba mendekati Dewa. Tapi sayang sekali mereka tidak bisa mendekati apalagi mencecar pertanyaan pada bos Askara Company itu karena sembilan orang bodyguard mengawal Dewa pagi itu.

"Tuan Dewa tunggu dulu sebentar!" kata para pemburu berita yang tidak di hiraukan oleh Dewa. Dengan angkuh ia terus berjalan memasuki lobi kantor lalu dengan cepat menuju pintu lift yang terbuka.

"Selamat pagi pak!" sapa para staf dan direktur yang berdiri berjajar menyambut Dewa seperti hari biasanya. sama seperti biasanya juga Dewa tidak membalas sapaan anak buahnya itu dan langsung menuju ruang kerjanya. Dewa mengerutkan keningnya karena asistennya tidak ada di ruangan.

Dimana si bodoh itu?

Dewa meraih ponselnya dan menelpon Rafly.

Sementara di apartemen Rafly, terlihat Daniela kembali berulah. Ia menangis menghamburkan tisue kotor di ruang tamu hingga membuat Rafly jijik.

"Dewa....hiks....hiks" Daniela terus menangis menyebut nama Dewa.

"Bu bisakah anda bersikap wajar?" tanya Rafly yang mulai kewalahan.

"Dewa...aku tidak mau berpisah dari Dewa"

Daniela memegang bolpoint sebelum ia tanda tangan surat perpisahan ia menangis sejadinya. Orang tua Daniela mengatakan jika bisnis keluarga mereka mengalami guncangan besar setelah Dewa menarik semua investasi di perusahaan milik orang tua Daniela.

Karena tidak ingin melihat keluarganya sengsara dan jadi gelandangan akhirnya Daniela terpaksa menandatangani surat itu.

"Terimakasih atas kerja samanya bu, saya pastikan karir dan bisnis keluarga anda aman. Skandal anda dengan Andrew juga tidak akan tersebar ke media sesuai janji pak Dewa ia tidak akan membuka aib anda"

Daniela hanya terdiam, wajahnya pucat ia kehilangan pria yang sangat berarti untuk hidup dan masa depannya. Mau di cari dimana lagi pria seperti Dewa Askara.

Daniela menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ocehan Rafly seperti kumbang yang berdenging di telinga Daniela. Ia tidak menggubris apa yang Rafly bicarakan. Bumi terasa berputar lebih cepat bagi Daniela, ia serasa melayang lalu semua gelap Daniela pingsan tergeletak di sofa ruang tamu apartemen Rafly.

"Bu! Daniela? Kenapa pingsan menyusahkan saya saja!"

Disaat bersamaan ponsel Rafly berbunyi ada panggilan telepon dari Dewa.

"Bagaimana apa sudah dapat tanda tangan Daniela?" suara Dewa terdengar tegas.

"Sudah pak tapi..."

"Tapi apa?"

"Bu Daniela pingsan di apartemen saya!"

Terdengar Dewa menghela napas pelan di seberang sana.

"Kau urus saja dia! Aku sudah tidak ada urusan lagi dengan Daniela"

Telepon di tutup, Rafly terkejut sekaligus bingung harus bagaiamana. Ia mengangkat tubuh Daniela menuju mobil. Rafly membawa Daniela ke rumah sakit terdekat.

Setibanya di rumah sakit Daniela langsung mendapat perawatan. Ketika tersadar ia melihat Rafly sedang berbicara dengan dokter.

"Bu anda sudah sadar?" Daniela menatap Rafly dengan tatapan kosong. Kedua tangannya bergerak mendekati leher Rafly lalu mencekik Rafly karena kesal.

Di rumah Vania sedang duduk di ruang tengah menyaksikan berita di televisi. Ia melihat Dewa di kerubungi wartawan yang mencari berita.

"Apa benar nyonya kalau tuan Dewa berpisah dari nyonya Daniela?" tanya Laras yang terkejut melihat berita. Ia sedang membawakan segelas minuman untuk Vania.

"Maaf nyonya saya lancang!" Laras langsung membekap mulutnya. Vania tersenyum kecil sembari menghela napas. Ia mencemaskan kondisi Daniela saat ini pasti Daniela sedang sangat bersedih dan entah berada dimana ia sekarang karena sejak kemarin Daniela tidak lagi pulang ke rumah Dewa.