Vivian Lian di hidupkan kembali setelah mendapatkan pengkhianatan dari suaminya dan adik tirinya. Di kehidupan lalu, dia mempercayai ibu tirinya dan adik tirinya hingga berakhir mengenaskan. Dia pun melakukan cinta semalam dengan calon tunangan adik tirinya hingga mengandung anak sang CEO demi membalaskan rasa sakit hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Khawatir 2 perasaan
Daddy Elmar mengangguk paham, orang seperti Anderson pasti sibuk. Pria yang memiliki perusahaan global dengan anak perusahaan 200 perusahaan yang tersebar di seluruh benua bahkan menghasilkan lebih dari 200 triliun. Dia yang hanya memiliki perusahaan kecil tidak sebanding dengannya, apalagi kesibukannya.
"Aku harap Vivian bahagia."
Namun ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya. Ia merasa akan terjadi sesuatu, tapi ia sudah menuntaskan semuanya, masalah Alena dan Diane serta Feng Yan. "Aku berharap tidak terjadi sesuatu pada mu Vivian."
Di dalam ruangan.
Anderson duduk, ia melihat kening Vivian ada sebuah perban, wajah yang terlihat pucat dan tangannya yang terdapat selang infus. Ia menghela nafas panjang, seandainya ia tidak meninggalkan Vivian tentunya ia bisa melindungi wanita itu.
Ia merogoh ponselnya, dan melihat nama nenek Amel.
"Hallo Nek, Vivian ada di rumah sakit," ucap Anderson. Terdengar suara terkejut dan Nenek Amel menanyakan kabarnya Vivian.
"Dia sudah baik, baiklah Anderson akan menungu Nenek di sini."
Anderson menutup ponselnya, ia langsung memasukkan ponselnya ke saku celananya, kembali ia tatap Vivian. Melihat Vivian terbaring lemah, hatinya merasakan nyilu, baru beberap waktu ia bersama Vivian. Baru wanita ini di tinggal sedikit saja sudah terluka.
Ia merindukan sosok Vivian, ia merindukan kehadirannya, tawanya, senyumannya dan suaranya. "Vivian."
Anderson bangkit, ia mencium kening Vivian. "Bangunlah, aku merindukan kecerewetan mu itu." Ia mengusap lembut pipi Vivian.
Namun beberapa menit, ponselnya kembali berdering. Ia menghela nafas saat nomor tak di kenal itu menghubunginya. "Iya ..."
"Anderason, aku takut. Aku sangat takut, kau kemana? Bisakah kau kesini?" tanya seorang wanita dengan nada suara serak ketakutan. dia menangis tersedu-sedu dan duduk di dekat jendela. Ia melihat sekelilingnya mengingat Dixon, entahlah, ia sangat takut.
"Aku akan menyuruh Daniel untuk menemani mu dan membawa Dokter. Aku tidak bisa kesana, istri ku berada dir rumah sakit."
Anderson memutuskan panggilannya. Ia memang mengkhawatirkan Elina karena sedang hamil, tapi ia tidak mungkin meninggalkan Vivian yang saat ini membutuhkannya.
Aku berharap kau tidak mengetahui apapun Vi.
"Anderson, bagaimana keadaan Vivian? Dokter mengatakan apa?" tanya nenek Amel. Ia begitu khawatir dengan menantu kesayangannya itu.
"Dia belum sadar Nek, aku sedang menunggunya."
Nenek Amel merasa geram pada Anderson yang tidak bisa menjaga menantunya dengan baik. Cucunya ini tidak bisa menjamin keselamatan Vivian apa lagi berada di tengah-tengah wanita ular itu. "Sebenarnya apa yang kau lakukan Anderson? Bagaimana bisa kau lalai menjaga Vivian?!" Nenek Amel mengeluarkan amarahnya, bagaimana kalau terjadis sesuatu pada Vivian? Ia berusaha menarik Vivian untuk cucunya dan untuk keluarganya.
"Maafkan aku Nek, aku bersalah."
"Nyonya, ini bukan salah tuan Anderson. Saya yang sebagai ayahnya juga lalai menjaga putrinya dan menantu Nyonya." Daddy Elmar menimpali. Ia kasihan pada Anderson yang di salahkan, tetapi bukan salahnya. "Tuan Anderson sudah menjaga Vivian dengan baik. Hanya saja, Diane dan Alena terlalu licik."
"Bagaimana kau sudah membereskan mereka? Aku tidak bisa toleransi jika menyangkut keluarga Lu."
"Saya sudah menjebloskan mereka ke penjara sekaligus Feng Yan dan sebentar lagi saya akan bercerai."
"Baguslah, kau tidak perlu menghidupi tikus di rumah mu."
Nenek Amel melirik Anderson, ia melihat wajah cucunya seperti ada sesuatu yang aneh, ia hanya berpikir mungkin karena Vivian. Ia yakin, sebentar lagi cucunya akan mencintai Vivian. Terlihat jelas di wajahnya.
Sedangkan dalam hati Anderson, ia sedang mengkhawatirkan dua wanita. Satunya ia khawatir pada istrinya dan satunya lagi ia khawatir karena Elina sedang mengandung, ia kasihan pada Elina yang mengandung tapi suaminya tidak memperdulikannya.
Perlahan kelopak mata indah Vivian terbuka, ia melihat Anderson, nenek Amel dan ayahnya. Ketiga orang itu langsung tertuju pada Vivian saat Anderson menyebut nama Vivian.
"Vivian kau sudah sadar, syukurlah." Anderson bernafas lega, dari tadi ia seperti merasakan sesak di dadanya.
"Sayang kau sudah sadar."
"Menantu ku kau sudah sadar."
Ketiga orang itu merasa bersyukur melihat Vivian membuka kedua matanya.
"Aku haus," ucap Vivian. Ia merasa tenggorkannya terasa kering.
Anderson langsung mengambil segelas air di atas nakas. Daddy Elmar membantu Vivian untuk duduk, lalu Anderson memberikan segelas air itu pada Vivian. Ia membantu Vivian meminumnya.
Di tempat lain.
Seorang wanita tengah di periksa oleh seorang Dokter. Wanita itu sedang tertidur pulas dan ada infus di tangan kanannya. Seorang pria tengah mengamatinya dari jarak beberapa meter saja.
Pria itu terkejut melihat kehadiran wanita yang telah meninggalkan bosnya, namun ia tidak paham entah apa yang terjadi pada wanita itu.