NovelToon NovelToon
Bunga Plum Diatas Luka

Bunga Plum Diatas Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita / Balas Dendam / Action / Romantis / Obsesi
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: NurfadilaRiska

Dibawah langit kerajaan yang berlumur cahaya mentari dan darah pengkhianatan, kisah mereka terukir antara cinta yang tak seharusnya tumbuh dan dendam masa lalu yang tak pernah padam.

Ju Jingnan, putri sulung keluarga Ju, memegang pedang dengan tangan dingin dan hati yang berdarah, bersumpah melindungi takhta, meski harus menukar hatinya dengan pengorbanan. Saudari kembarnya, Ju Jingyan, lahir dalam cahaya bulan, membawa kelembutan yang menenangkan, namun senyumannya menyimpan rahasia yang mampu menghancurkan segalanya.

Pertemuan takdir dengan dua saudari itu perlahan membuka pintu masa lalu yang seharusnya tetap terkunci. Ling An, tabib dari selatan, dengan bara dendam yang tersembunyi, ikut menenun nasib mereka dalam benang takdir yang tak bisa dihindari.

Dan ketika bunga plum mekar, satu per satu hati luluh di bawah takdir. Dan ketika darah kembali membasuh singgasana, hanya satu pertanyaan yang tersisa: siapa yang berani memberi cinta di atas pengorbanan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurfadilaRiska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Luka Ini… Seperti Dendam yang Ia Bawa

Masih di hari dan tempat yang sama.

Tak membutuhkan waktu lama, Jingnan telah kembali. Ia berlari kecil menuju sebuah batu datar di dekat pohon tua, napasnya sedikit memburu. Tanpa membuang waktu, ia segera berjongkok, mengeluarkan beberapa dedaunan obat yang baru saja ia petik, lalu mulai menumbuknya dengan hati-hati.

Ling An hanya duduk diam di bawah pohon, punggungnya bersandar pada batang kasar yang dingin. Matanya tak lepas dari sosok Jingnan yang sibuk menumbuk obat untuknya. Hatinya bergetar tanpa alasan yang jelas.

Entah untuk keberapa kalinya, pikirannya kembali terjerumus pada satu pertanyaan yang selalu menghantuinya—mengapa ia harus ditakdirkan menggenggam dendam sebesar ini? Dendam yang telah dibebankan di pundaknya sejak ia masih kecil.

Padahal, setiap kali ia memandang gadis di hadapannya, hatinya selalu menemukan ketenangan yang tak seharusnya ia miliki. Hangat. Damai. Seolah dunia yang selama ini kelam, perlahan memudar. Namun ia tahu, sekeras apa pun ia ingin berlama-lama dalam perasaan itu, dendam tetap menantinya di ujung jalan.

Jingnan yang menyadari tatapan itu tiba-tiba menoleh, meski tangannya tak berhenti menumbuk dedaunan.

“Mengapa kau selalu menatapku?” tanya Jingnan sambil melirik Ling An.

Ling An tersentak sejenak, lalu tersenyum tipis.

“Tidak. Aku hanya memperhatikan obat yang sedang jenderal buat.”

“Benarkah?” Jingnan menatapnya penuh selidik.

“Benar, Jenderal,” jawab Ling An pelan.

Jingnan menghentikan sejenak tumbukan tangannya, lalu menatap Ling An lebih tajam.

“Apa yang sebenarnya kau sembunyikan?”

Ling An menunduk, jemarinya mencengkeram tanah di sampingnya.

“Tidak ada, Jenderal. Aku tidak menyembunyikan apa pun.”

Jingnan lalu bangkit, membawa dedaunan yang telah halus. Ia melangkah mendekat, lalu duduk di hadapan Ling An. Jarak mereka kini begitu dekat. Jingnan mengangkat tangannya, hendak menempelkan obat ke kening Ling An.

Namun belum sempat dedaunan itu menyentuh kulitnya, Ling An dengan cepat—namun tetap lembut—menepis tangan Jingnan.

“Eh?” Jingnan mengernyit bingung.

“Maaf, Jenderal…” suara Ling An rendah, kepalanya tetap tertunduk.

“Tapi… sepertinya ini sedikit tidak sopan.”

“Tidak sopan bagaimana?” Jingnan mengangkat alisnya. “Aku hanya ingin mengobati lukamu. Begitu saja dianggap tidak sopan?”

“Bagaimanapun, Jenderal adalah seorang wanita,” ucap Ling An perlahan.

“Pria dan wanita yang belum menikah tidak seharusnya sembarangan bersentuhan, bukan?”

“Oh?” Jingnan tersenyum tipis.

“Kalau begitu bagaimana dengan para tabib? Mereka selalu mengobati orang lain, dan tidak menikah dengan semua pasiennya, bukan?”

“Ti—”

Belum sempat Ling An menyelesaikan ucapannya, Jingnan telah mengeluarkan dua sapu tangan dari balik lengan jubahnya. Dengan gerakan cepat namun lembut, ia membersihkan darah yang masih mengalir di kening Ling An. Sesekali ia meniup luka itu perlahan, untuk mengurangi rasa perih.

Kemudian, tanpa ragu lagi, Jingnan menempelkan obat yang telah ia buat ke kening Ling An secara hati-hati.

Ling An mendongak. Wajah Jingnan begitu dekat—terlalu dekat. Ia bahkan bisa melihat sorot mata gadis itu yang serius, alis yang sedikit berkerut karena khawatir. Tanpa sadar, senyum tipis kembali terukir di wajahnya.

Hangat.

Dan itu berbahaya.

Tak lama kemudian, Jingnan menarik tangannya.

“Selesai.”

Ia menjauh sedikit dan tersenyum.

“Terima kasih, Jenderal,” ucap Ling An tulus.

“Iya.” Jingnan hanya mengangguk pelan.

“Kalau begitu, ayo kita lanjutkan berburu,” kata Ling An sambil berdiri.

“Ayo!” Jingnan menjawab ringan, lalu bergegas menuju kudanya yang tak jauh dari tempat mereka terjatuh tadi.

Ling An bangkit menyusul, namun langkahnya terhenti sejenak. Pandangannya jatuh pada sapu tangan milik Jingnan—yang kini ternoda darahnya. Tanpa ragu, ia mengambilnya dan menyelipkannya ke dalam kantong hanfunya, seolah menyimpan sesuatu yang tak boleh diketahui siapa pun.

“Ling An, ayo cepat!” seru Jingnan yang kini sudah berada di atas kudanya.

“A-ah… iya, Jenderal.” Ling An berlari kecil menuju kudanya di samping Jingnan.

Keduanya tersenyum, lalu kembali melanjutkan perjalanan.

Tak lama kemudian, mereka akhirnya bertemu kembali dengan Wei Yu, Weifeng, serta para prajurit lainnya.

“Jingnan!” teriak Wei Yu sambil melambaikan tangan dari kejauhan.

“Paman!” Jingnan tersenyum cerah dan segera mengarahkan kudanya mendekat ke pamannya, diikuti oleh Ling an dibelakangnya.

Weifeng memperhatikan Ling An dengan saksama.

“Tabib Ling An, ada apa dengan keningmu?”

“Ah, tadi hanya kecelakaan kecil, Jenderal,” jawab Ling An tenang.

“Aku kehilangan keseimbangan saat membidik rusa,” jelas Jingnan.

“Untung saja Ling An dengan cepat menolongku.”

Wei Yu tersenyum tipis.

“Lihat, kan? Tabib Ling An selalu ingin membantumu, tapi kau tetap keras kepala.”

“Paman!!” Jingnan berseru kesal—namun ekspresinya justru terlihat lucu di mata mereka semua.

“Sudah-sudah,” Wei Yu terkekeh. “Ayo kita kembali.”

“Kita tidak melanjutkan berburu lagi?” tanya Jingnan.

“Kita sudah mendapat banyak, Nannan,” jawab Weifeng.

“Oh… begitu.” Jingnan mengangguk. “Baiklah, ayo kembali.”

Ia mengarahkan kudanya ke depan, memimpin rombongan pulang, diikuti oleh yang lainnya.

Di antara derap langkah kuda dan desir angin hutan, Ling An menunduk pelan. Di balik jubahnya, sapu tangan itu terasa hangat—seperti perasaan yang tak seharusnya ia miliki.

Dan seperti luka di keningnya, dendam itu belum sembuh.

Namun hanya tertutup, untuk sementara waktu.

1
Annida Annida
lanjut tor
Arix Zhufa
mampir thor
᥍hυׄnxıׂׅ' ᥍ ᵍᶠ › 🎀: Hi kak, makasii udah mampir💙💙💙
total 1 replies
Adis Suciawati
bagus kak
Adis Suciawati
beberapa lagi kakak kontrak nih kak
᥍hυׄnxıׂׅ' ᥍ ᵍᶠ › 🎀: iya kak💙
total 1 replies
Adis Suciawati
lala lama cinta akan datang sendiri nya
Adis Suciawati: ceritanya siga warga China ya kak
total 2 replies
Adis Suciawati
ini kasih nya seperti nama nama orang China ya ka
᥍hυׄnxıׂׅ' ᥍ ᵍᶠ › 🎀: betul kak, ceritanya juga memang china kak💙💙
total 1 replies
Adis Suciawati
bagus kak,kisah nya unik kak
Adis Suciawati: iya kak semoga kisah kita banyak peminat nya ya kak
total 2 replies
Mizuki : Bahriru Suraiya
Bagus kak mulai ada perkembangan 👍
semangat teruslah aku dukung🔥❤️
᥍hυׄnxıׂׅ' ᥍ ᵍᶠ › 🎀: Makasiii" 💙💙💙
total 1 replies
Mizuki : Bahriru Suraiya
mantap lah lanjutkan 💪, semangat terus author.
᥍hυׄnxıׂׅ' ᥍ ᵍᶠ › 🎀: Makasii yap💙💙
total 1 replies
Mizuki : Bahriru Suraiya
aku ngebayangin si Mei Yin🤣
᥍hυׄnxıׂׅ' ᥍ ᵍᶠ › 🎀: Mei Yin cantik" kelakuannya buat geleng-geleng😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!