“Diana … kamu akan diberi hukuman mati karena telah melakukan percobaan pembunuhan.”
Diana yang sudah sangat lemah diikat dan di arak ketengah tempat eksekusi. semua rakyat dan bangsawan melihatnya, mereka melemparnya dengan batu dan mengumpat kepadanya.
Kepala Diana ditaruh di tiang untuk di penggal.
Diana melihat kearah Wanita yang dicintai suaminya dan melihat ayah serta kakaknya yang masih tetap membencinya hingga akhir hayatnya.
“Kenapa kalian sangat membenciku?” gumam Diana.
Jika aku bisa mengulang waktu, maka aku tidak akan lagi mengemis cinta kepada kalian.
KRAK. Suara alat penggal terdengar keras memenggal kepala Diana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Sebelum Berangkat
Diperbatasan.
Rowan melihat peta dan masih tidak menemukan Lucien. Mereka berperang memperebutkan pulau tidak berpenghuni ini, perjalanan menuju pulau ini cukup jauh sehingga mereka harus membuat kapal sendiri.
“Yang Mulia.” Terdengar suara seorang Wanita.
Rowan segera menyimpan petanya. “Masuklah,” ucap Rowan.
Selena masuk ke tenda sambil membawa teh hangat. “Aku membuatkan teh untuk anda yang mulia,” ucap Selena.
Rowan melihat Selena berjalan kearahnya. Rambut yang tergerai berwarna pink dan mata yang indah berwarna pink, serta bibir kecil kemerahan seperti buah Ceri.
“Aku jadi ingin Ceri," gumam Rowan.
“Apa? Yang mulia menginginkan Ceri?” tanya Selena. Apa disini ada buah Ceri?
Rowan tersadar Kembali. “Tidak … lupakan, taruh saja teh itu disini.”
Selena tersenyum dan segera memberikan teh itu. Jika ia terus bertemu dengan Rowan maka benih cinta akan tumbuh.
“Kalau begitu saya pergi dulu,” ucap Selena. Dia tidak ingin terlihat jelas kalau sedang mengincar Putra Mahkota, didalam novel dijelaskan kalau pemeran utama pria tidak menyukai Wanita yang agresif.
“Kau-“
Selena berhenti dan berbalik. “Ya … yang mulia?” tanyanya.
Rowan diam dan menatap teh yang ada dimejanya.
“Aku sedang bosan .. temani aku untuk minum teh.”
Mendengar ini mata Selena segera berbinar, tetapi ia tidak menunjukkannya langsung.
“Baiklah.” Selena segera duduk didepan Rowan.
Melihat ini Owy, tangan kanan Rowan merasa sedikit ada kejanggalan namun ia tidak bisa mengatakannya. Owy Memikirkan Putri Diana yang berada di Istana. Apa Putri akan sedih saat yang mulia membawa seorang selir?
Di Istana.
“Wuuuuhuuu~”
Diana bermain ayunan ditamannya.
“Hahaha … lebih tinggi lagi,” teriak Diana senang.
Zero yang mendorong ayunan merasa sedikit Lelah. Apa dia sekarang menjadi pengasuh?
Sebelumnya.
“Maaf yang mulia, sepertinya itu tidak perlu.” Diana tidak ingin Zero mengikutinya.
“Jika seperti itu, maka kau tidak diizinkan pergi,” ucap Raja acuh tak acuh.
Diana melihat Zero. “Bukankah kita perlu mendengarkan pendapat Zero?”
“Karena saya kalah dalam duel, maka saya tidak masalah sama sekali atas perintah yang mulia Raja,” jawab Zero cepat.
Diana terdiam mendengar ini. Bukankah kau tadi tidak mau?
“Bagus kalau begitu, kalian boleh berangkat Bersama.” Raja menepuk Pundak mereka berdua.
“Oh … Zero akan menjadi pengawal pribadimu,” lanjutnya.
Diana hanya bisa menarik nafas dalam – dalam tidak bisa membantah.
“Terimakasih atas kebaikan hati yang mulia,” ucap Diana.
“Baiklah… semuanya sudah selesai, Kembali ke aktivitas kalian masing – masing,” ucap Raja.
Semua prajurit yang berada disana memberi hormat kepada Raja.
Setelah Raja pergi dari Arena, Diana menatap Zero terus menerus.
“Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Zero.
“Haah .. sudahlah, ayo ikuti aku.”
Zero dan Olim mengikuti Diana dari belakang.
Semua orang menatap Diana dengan kagum karena kemampuan berpedangnya.
Diana sekarang berjalan menuju kediamannya.
Lorong sangat sepi seperti biasa dan angin berhembus dengan lembut. Diana melihat kekiri dan berhenti.
“Zero … aku ada tugas pertama untukmu,” ucap Diana dengan semangat dan berlari ketaman.
Kembali ke waktu dimana Zero medorong ayunan untuk Diana.
“Yang Mulia … apa sebaiknya kita berhenti?” tanya Olim. Ini berbahaya.
Diana memikirkannya sebentar dan merasa apa yang dikatakan Olim benar. “Berhenti,” ucap Diana.
Zero segera memegang ayunan itu dengan erat dan berhenti mendorongnya.
“Kerja bagus … sekarang Kembali dan ganti bajumu.” Diana dan OIim berjalan pergi melewati Zero.
Zero melihat bajunya yang kotor. Sebaiknya dia mandi terlebih dahulu.
“Yang mulia … apa baik – baik saja membawa Zero bersamamu?” tanya Olim.
“Tidak masalah … aku lebih kuat darinya.”
“Yang Mulia.” Terdengar panggilan dari jauh.
Diana melihat itu adalah Arel dan Fey.
Diana berjongkok dan melentangkan kedua tangannya untuk memeluk mereka berdua.
“Bagaimana pelajaran kalian?” tanya Diana.
“Itu sangat bagus,” ucap Fey.
Arel mengangguk dengan semangat.
Melihat mereka Bahagia, Diana merasa senang.
“Tapi ada seseorang yang mengikuti kami.”
“Siapa?” Diana mengerutkan kening.
“Itu dia.” Arel menunjuk pada patung batu yang berada di taman.
Diana melihat patung itu dan orang yang ada dibelakangnya. Seorang anak kecil?
Diana melihat lebih dekat lagi. “Pangeran Teo?!!”
Diana berjalan mendekat. “Apa yang sedang kau lakukan disini?” tanya Diana.
Teo melihat wajah Diana dan tersenyum kaku.
Diana mengajak Teo untuk duduk di taman.
“Kakak … baju apa yang kakak gunakan?” tanya Teo.
“Jangan mengalihkan pembicaraan.”
Teo menunduk dan mulai menceritakan mengapa ia mengikuti Arel.
“Jadi kau ingin berteman dengan mereka?” tanya Diana.
Teo menunduk malu hingga telinganya memerah.
Melihat ini Diana tersenyum.
“Aku membawa Arel dan Fey kesini agar bisa menemanimu,” ucap Diana.
Teo terkejut saat mendengar ini dan menatap Diana dengan tatapan tidak percaya.
“Perkenalkan ini Arel dan juga Fey.”
“Ayo beri salam.” Diana membiarkan Arel dan Fey memberi salam.
“Yang Mulia … perkenalkan saya Arel.”
“Salam Yang Mulia .. saya Fey adik dari kak Arel.”
Mereka berdua memberi salam dengan sopan seperti bangsawan.
Diana tersenyum. Mereka berdua telah belajar dengan baik.
“Perkenalkan aku adalah Teo .. kalian boleh memanggilku Teo saat tidak ada orang lain,” ucapnya.
“Karena kalian sudah saling kenal, mengapa kalian tidak bermain Bersama?”
Mereka bertiga saling tatap.
“Kalau begitu kami pamit dulu kakak.” Teo dan yang lainnya pamit pergi bermain.
“Aku memiliki anjing … aku akan memperlihatkannya kepada kalian,” ucap Teo sambil berlari.
Mereka bertiga berlari sambil tertawa.
“Yang mulia … saatnya berganti pakaian,” ucap Olim.
Diana tersadar Kembali. “Baiklah.”
di Perbatasan.
Malam telah tiba, Goa yang berada didalam hutan semakin gelap.
Lucien masih berjalan didalam Goa, untungnya didalam Goa ada air yang mengalir sehingga ia masih bertahan hidup.
“Aether apa menurutmu masih jauh?” tanya Lucien.
“Entah lah … ini seperti tidak ada ujungnya,” jawab Aether.
Lucien menggertakkan giginya. Aether adalah spirit yang bisa membuat kontraktornya bersembunyi, berkat kekuatan Aether, Lucien berhasil kabur dari Rowan.
Saat berjalan, Lucien tiba – tiba mengingat seseorang. “Hah … anak itu pasti sedang panik saat ini,” gumam Lucien.
Lucien terus berjalan lebih dalam lagi, entah apa yang akan ia temui nanti didalam sana.
Di sisi berlawanan perbatasan.
“Apa kalian masih belum menemukan jejak yang mulia?”
“belum Tuan Thorne.”
Thorne Raven adalah tangan kanan dari Putra Mahkota Lucien. Ia saat ini terpisah dari Putra Mahkota karena Putra Mahkota sendiri yang meminta untuk memata – matai pihak lawan.
“Seharusnya aku menentangnya saat itu,” ucap Thorne dengan cemas.
“Kalian harus mencari sampai ketemu.”
“Jangan sampai pergerakan kalian diketahui oleh musuh!!” ucapnya tegas.
“Yang Mulia … bagaimanapun caranya, anda harus tetap hidup.” Thorne melihat kelangit membayangkan kondisi Lucien saat ini. Sial … diamana kau yang mulia?
Author disini ><)/
Jika kalian menjadi Diana, apa yang akan kalian lakukan saat bertemu dengan Rowan atau Selena?
Berikan jawaban apa saja dikolom komentar ^^)/