NovelToon NovelToon
Ikhlasku Mencintaimu

Ikhlasku Mencintaimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:55.6k
Nilai: 5
Nama Author: fieThaa

Ketika di bangku SMA, Gaffi Anggasta Wiguna dan Bulan Noora selalu berjalan berdampingan layaknya sepasang kekasih yang penuh dengan keserasian. Di balik kedekatan yang mengatasnamakan pertemanan, tersembunyi rasa yang tak pernah terungkapkan. Bukan tak memiliki keberanian, melainkan Bulan Tengah mengejar seseorang. Anggasta memilih jalan sunyi, memendam dan mencoba tetap setia mendampingi sampai kebahagiaan itu benar-benar datang menghampiri perempuan yang sudah membuatnya jatuh hati. Barulah dirinya mundur pelan-pelan sambil mencoba untuk mengikhlaskan seseorang yang tak bisa dia genggam.

Lima tahun berlalu, takdir seakan sengaja mempertemukan mereka kembali. Masihkah cinta itu di hati Anggasta? Atau hanya bayang-bayang yang pernah tinggal dalam diam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Gamang

Wajah berseri nampak begitu jelas di wajah Anggasta. Sampai sang kakak ipar menukikkan kedua alisnya dengan cukup tajam.

"Seger banget wajahnya."

Kalimat Achel membuat semua yang ada di meja makan menatap ke arah lelaki yang baru bergabung. Disambut senyuman yang begitu manis dari sang pemilik wajah teduh.

"Acara pertunangan Anggasta sudah ditentukan."

Hanya Achel yang terkejut mendengar ucapan sang opa. Ditatapnya sang suami yang hanya menunjukkan wajah datar.

"Tunangan?" Daddy Aksa menganggukkan kepala. "Sama siapa?" Kembali pertanyaan terlontar.

"Mantannya itu loh, Chel," ujar sang mama mertua.

"Oh, Kak Alma."

Keluarga sudah tahu tentang Alma karena perempuan itu pernah dibawa ke acara keluarga oleh Anggasta. Beda halnya dengan Gyan yang belum pernah bertemu dengan perempuan itu.

"Ayang pasti belum pernah ketemu sama calon tunangannya Kak Gagas kan?" Atensi semua orang sudah tertuju pada sosok Gyan Abhiseva Wiguna.

"Sering."

"Di mana? Kapan?" Rentetan pertanyaan mewakili orang yang ada di sana, kecuali Daddy Aksa dan Papa Agha.

"Di Wiguna Grup internasional."

"Maksudnya?" Anggasta mulai penasaran.

"Alma pernah menjadi sekretaris pribadi Kakak kamu selama setahun." Semua orang terkejut mendengar penjelasan papa Agha termasuk Achel.

"Hanya saja Gyan tak pernah menempatkan Alma dalam satu ruangan yang sama dengan dirinya. Gyan tak ingin Achel salah paham karena ada perempuan yang bekerja dengannya. Juga, kakak kamu tak pernah mengijinkan Alma untuk masuk ke ruangannya jika tak ada William."

Achel mulai menatap sang suami dengan penuh cinta. Ternyata manis sekali lelaki es kutub di sampingnya itu. Serta Anggasta yang tersenyum lega karena sudah pasti sang kakak mengetahui bagaimana karakter Alma.

Lelaki yang sebentar lagi akan bertunangan sudah berada di ruangan COO. Duduk di hadapan sang kakak yang fokus dengan pekerjaan.

"Apa Kak Gy merestui?"

Anggasta ingin sebuah kepastian dari sang kakak. Sikap Gyan yang dingin membuatnya sedikit sulit mengartikan ekspresi kakaknya itu. Semakin bertambah umur Gyan semakin menjelma menjadi manusia irit bicara.

"Apa ada alasan untuk Kakak enggak merestui? Terlebih itu pilihan Opa," jawabnya tanpa menoleh sedikit pun.

"Bukankah Kakak pro terhadap Bulan?"

"Kenapa kamu menyimpulkan seperti itu?" Kini tatapan Gyan mulai tajam.

Anggasta menjelaskan semuanya. Menurutnya, kakaknya ikut andil terhadap. kedekatannya kembali dengan Bulan. Di mana Bulan diterima di Wiguna Grup. Dan malah menjadi pendamping Anggasta ketika ada rapat penting.

"Kakak melakukan itu bukan karena pro. Tapi, ingin menguji kalian berdua." Anggasta terdiam mendengarnya.

"Ternyata hasilnya orang yang effortnya lebih besar masih kalah dengan orang lama yang belum pudar."

Anggasta tersenyum teramat tipis. Ternyata sang kakak tahu semua tentang dirinya. Bahkan, memberikan kesempatan untuknya berjuang walaupun hasilnya mengenaskan..

"Ending dari effort yang tak dilihat adalah menerima kekalahan dan tanpa merendahkan harga diri hanya untuk orang yang tak mencintai." Ucapan Gyan memang benar.

"Terkadang, takdir pahit di awal memiliki sisi manis di akhir."

Bibir Anggasta pun melengkung mendengar perkataan sang kakak. Di balik sikap dinginnya, terselip kehangatan serta perhatian yang mendalam. Walaupun tak menunjukkan secara langsung.

Seorang perempuan masih menatap dirinya di depan cermin. Kecupan hangat Anggasta membuatnya tertidur sangat nyenyak. Sudah hampir jam makan siang dia masih belum berangkat kerja.

"Ketika kamu tahu fakta tentang aku, apa kamu masih mau berada di samping aku?" Senyum tipis pun terukir. Serta sorot mata penuh kesenduan.

"My first kiss."

Bisikin Anggasta masih terngiang. Tanpa disadari jarinya sudah menyentuh bibir yang belum dipakaikan lipstik.

"Me too. Semalam first kiss aku, Gas."

Hembusan napas kasar keluar. Di mana dia harus segera terbangun dari mimpi indah ini.

"Sadar diri, Alma. Kamu hanya perempuan penyakitan. Tak akan ada yang bisa diandalkan selain diri sendiri. Untuk sekarang dia perhatian, tapi belum tentu untuk kedepannya. Bisa saja kamu akan kembali ditinggalkan."

Alma bergegas keluar dari kamar. Betapa terkejutnya ketika melihat seseorang sudah bersandar di dinding samping pintu kamar dengan pakaian kantor.

"Ga-gas!"

Tak ada jawaban dari lelaki itu. Hanya wajah datar yang dia tunjukkan. Langkah kaki yang mendekat membuat langkah Alma mundur.

"Kenapa ponsel kamu mati?" Pertanyaan terdengar menyeramkan.

"Se-setiap malam aku pasti matiin ponsel. Dan ketika aku bangun, barulah aku hidupkan."

Anggasta memperdengarkan panggilan dari ponselnya. Operator mengatakan jika nomor yang dihubungi sedang berada di luar jangkauan. Alma segera mencari ponselnya yang ada di dalam tas. Baru saja menekan tombol power, ponsel itu Anggasta rampas.

"Mulai sekarang, enggak ada mati-matiin ponsel pas malam. Harus selalu on supaya aku bisa mantau kamu terus."

Setelah ponsel Alma hidup, Anggasta mengembalikannya. Lagi, tak ada jawaban dari Alma. Gamang, itulah yang dirasakan. Ada sebuah ketakutan akan kekecewaan yang terulang. Terlebih dia tidak seperti perempuan sehat lainnya. Juga ada kehangatan yang menyelimuti hatinya yang sering terluka.

Tangan putih itu Anggasta genggam dan membuat atensi Alma beralih pada lelaki yang kini menatapnya sangat teduh.

"Enggak apa-apa kamu ragu. Tapi, aku akan terus berusaha menghilangkan keraguan kamu itu." Senyum Anggasta begitu tulus.

Sesekali Anggasta melirik ke arah Alma yang tengah memeriksa tablet di kursi penumpang depan. Dia ingin memastikan jika kesakitan tak sedang mendera tubuh kecil itu.

Bibir Alma melengkung indah setelah mobil yang mengantarnya menjauh. Perlakuan Anggasta membuatnya tak merasakan sakit sampai siang ini.

Baru saja keluar dari lift, dia bertemu dengan Haidar. Lelaki itu menatapnya dengan begitu dalam.

"Ternyata kabar yang kamu buat tentang perselingkuhan dengan seorang direktur nyata adanya? Sampai berlanjut ke jenjang pertunangan."

Alma tak ingin menjawab. Memilih meninggalkan Haidar. Sayangnya, tangan Alma berhasil lelaki itu cekal hingga mengakibatkan langkahnya terhenti.

"Jawab aku, Alma!"

Rasa sakit di tubuhnya mulai hadir kembali. Seraya menahan sakit Alma menatap Haidar dengan sangat tajam.

"Pertunangan itu adalah jawabannya," ucap Alma dengan begitu serius. "Bukan hanya kamu yang bisa bermain di belakang. Aku pun bisa, Haidar."

Dikibasnya tangan Haidar yang ada di lengan Alma. Mulai menjauhi lelaki itu dan berjalan ruangannya sambil menahan kesakitan. Bisik-bisik karyawan terdengar perihal kabar pertunangannya yang sudah tersebar. Tapi tak dihiraukan apalagi sakit di tubuh semakin menjadi.

Obat yang disimpan di botol kaca dia minum untuk meredakan rasa sakit yang mendera. Lalu, membuang napasnya dengan begitu kasar supaya ritme jantungnya normal. Getaran ponsel mulai terdengar dan nama Anggasta yang ada di layar.

"Are you okay?" Alma terkejut mendengar pertanyaan Anggasta. Lelaki itu bak cenayang.

"Aku kenapa emang, Gas?" Alma berpura-pura.

"Tiba-tiba aku kepikiran kamu."

Terdengar suara tawa Alma di balik sambungan telepon. Dan kata baik-baik saja yang Anggasta dengar.

"Sekecil apapun kamu menyembunyikan sesuatu. Pasti aku akan tahu."

Deg.

...*** BERSAMBUNG ***...

Boleh kan minta komennya? Kalau minta banyak komen boleh enggak?

1
Rahmawati
skrg udah yakin kan? jenooo pinter bgt mancing🤣
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
nah kan kan selir nya jadi mewek loh.
Saadah Rangkuti
aaaaaahhhhh...jadi baper aku thor 🥰🥰🥰🥰
suryani duriah
hadeeh jadi meleyot🤭kalian tuh ya manis bgt😊lanjuuut💪
Amidah Anhar
Masih aja Sik Haidar gangguin Alma, awas ya Thor jangan belok belok 🤣🤣🤣
Sri Lestari
Bang Jeno mah ada aja proyeknya untuk nyatuin duo bucin yang gengsi ,,, semangat selir
Lusi Hariyani
alma cm membentengi diri agar g terluka lg
N I A 🌺🌻🌹
cus lah langsung ijab aja biar haidar sama bulan shak shek shok😂😂😂😂😂
Lusia
hayo lo, gara gara istri tua, si selir nangis dehh... pokoknya istri tua harus tanggu jawab... 🤣🤣🤣🤣🤣
Nurminah
ah akhirnya
mewek
Salim S
kondangan lagi ini mah...makasih istri tua udah membuka mata dan hati alma atas ketulusan gagas...
Ida Lestari
ah.....akhirnya Uda Sling sayang.....momen2 bucin bentar lgi brmunculan nie hehehehehee
lnjut trus Thor
semangat
Tanti Retno Wati
lanjut
Irma Minul
cpet2 kondangan ni🤭🤭🤭🤭
Kasih Sklhqu
yuuuhhh akhirnya si angsa dan Alma saking cinta 😍😍😍
Wiwin Winarsih
gagas adalah obat segala penyakit km alma....
Wiwin Winarsih
istri tua ngadi" minta cium 🤣🤣🤣
Wiwin Winarsih
apa yg gagas ga tau tentang km alma.. semua'y tau yaaa
Wiwin Winarsih
haidar, bulan kalian kepooo kaaaan
Riris
baru sayang alma
apalagi cinta....alma
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!