Genre: Romance, Angst.
Warning: Novel ini mengandung tema
dan muatan dewasa (21+). Juga
mengandung cerita yang
menyesakkan dada. Bagi
pembaca yang belum cukup umur
atau tidak nyaman dengan
konten tersebut,
dianjurkan tidak membacanya.
Follow ⬇️
ig : @aegiyaa5
wattp@d : @aegiyaa
***
"Bukankah ini yang kau inginkan, Yoon Ji? "
Sehun memiringkan kepala sambil menaikkan salah satu sudut bibirnya ke atas. Matanya sudah dipenuhi kabut gairah yang disertai emosi menggelora. Area sensitifnya sudah menegang hingga dia butuh pelampiasan dengan segera. Entakan keras menusuk dari daging tak bertulang yang sudah berdiri menantang sejak tadi, akhirnya menjadi wujud nyata dari semua ancaman Sehun yang tak pernah main-main pada istrinya yang kini sudah mulai kurang ajar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aegiyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
I BEG YOU
Sehun terus menunggui istrinya yang sudah empat hari terbaring koma. Wajahnya lusuh tak bergairah. Untuk makan saja Sehun harus dipaksa-paksa oleh bibi Jung. Rasa bersalah menghujam hatinya sampai-sampai Sehun merasa sulit untuk mengisi paru-parunya dengan oksigen. Bagaimana tidak? Wanita yang ia cintai kini lemah tak berdaya dan ini semua terjadi karena ulahnya. Sehun merasa seperti pecundang yang diam-diam bermain api dengan wanita lain di belakang istri sahnya.
" Yoon Ji~yaa. Sayangku. Tolong buka matamu sayang. Jangan siksa aku seperti ini. Aku minta maaf sayaang. Maaf maaf maaf. "
Suara Sehun yang memelas terdengar begitu menyayat hati. Sehun tak lagi kuasa menahan rintikkan air matanya. Dia takut kalau Yoon Ji tak akan pernah membuka matanya lagi. Namun di satu sisi, Sehun juga merasa takut saat Yoon Ji membuka matanya, istrinya tidak mau memaafkan pengkhianatan yang dilakukan olehnya. Entah sudah berapa kali Sehun terus mengecupi tangan istrinya. Berharap akan ada keajaiban jika Sehun terus melakukan hal seperti yang ia lakukan sekarang tanpa henti.
" Nak, Sehun... "
Sehun menoleh. Bibi Jung yang merasa tak tega, mengelus kepala Sehun dengan penuh kasih sayang layaknya seorang ibu. Dia kasihan. Kasihan terhadap Sehun maupun Yoon Ji.
" Bibi Jung... "
" Makan dulu, sayang... Di luar Sejun sudah menunggumu. Dokter juga sudah datang untuk memeriksa istrimu. Kau istirahatlah sebentar."
Berat sebenarnya bagi Sehun untuk melangkah walaupun itu hanya sedikit untuk meninggalkan Yoon Ji. Tapi anaknya... Sejun juga butuh kekuatan darinya. Akhirnya Sehun menurut. Membiarkan dokter memeriksa istrinya dengan tenang. Diluar, Sejun dan Sejeong sudah menunggu Sehun di luar.
" Ayah... "
Sejun langsung menghamburkan diri di pelukan Sehun lalu menangis sembari menanyakan keadaan ibunya. Sehun hanya bisa mengelus-elus punggung Sejun agar anaknya merasa tenang.
" Ibumu tidak apa-apa, sayang... Sebentar lagi dia juga pasti akan sadar. "
Mata Sehun lalu terfokus pada Sejeong yang berdiri di belakang Sejun. Siapapun yang melihat tatapan Sehun sekarang, pasti akan bergidik ngeri karena kuatnya hawa kemarahan yang menguar dari sana. Tatapan Sehun yang tak ramah sama sekali pada Sejeong, cukup dijadikan peringatan kalau Sehun menyalahkan dirinya dan juga ayahnya atas musibah yang menimpa Yoon Ji. Sejeong hanya bisa mengalihkan arah pandangnya kemana saja asal tidak memandang ke arah Sehun. Jujur saja Sejeong takut.
" Bibi Jung... Ajak Sejun bersamamu dulu. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan pada Sejeong. "
Bibi Jung mengangguk lalu mengajak Sejun pergi. Setelah mereka berdua pergi, Sehun dengan kasar menarik tangan Sejeong dan menghempaskan perempuan itu ke tembok.
" Aahhh... Se-sehun... "
Sejeong ketakutan. Sehun terlihat sangat murka kepadanya sekarang.
" Puas kamu, Hah! Puas melihat Yoon Ji seperti ini! Puas kalian berdua karena berhasil menghancurkan rumah tanggaku! "
" Se-hun... A-aku tidak bermaksud. Aku hanya mencin-"
" DIAM! "
Sejeong memalingkan wajahnya saat Sehun membentaknya. Gadis itu mulai terisak. Hatinya merasa sakit saat Sehun bersikap kasar kepadanya.
" Hentikan Sehun! Bagaimana pun juga Sejeong istrimu! Dan dia adalah putriku satu-satunya. "
Sang hyun datang melerai disaat yang tepat. Kedatangan mertuanya sekaligus ayah angkatnya itu membuat Sehun semakin muak. Kalau tidak memandang Sang Hyun sebagai orang yang membesarkannya dari kecil, sudah bisa dipastikan Sang Hyun akan dibuat babak belur oleh Sehun. Beruntung Sehun masih memiliki rasa balas Budi kepadanya hingga niatan untuk menghajar ayah angkatnya di detik ini juga langsung dia pendam.
" Persetan dengan kalian berdua! "
Sehun pergi meninggalkan pasangan ayah dan anak itu dengan langkah gusar. Dia harus melakukannya karena bisa saja dia nantinya kehilangan kendali lalu menghajar Sang Hyun tanpa pandang bulu.
" Sehun... tunggu! Hiks... hiks... "
Sang Hyun segera mencekal tangan Sejeong yang hendak mengejar Sehun. Sejeong terisak. Dia bingung. Dia merasa bersalah terhadap Yoon Ji. Tapi untuk melepaskan Sehun, itu suatu hal yang lebih sulit baginya.
" Biarkan Sehun menenangkan dirinya, Sejeong. Jangan mengejarnya."
" Tapi ayah. Apa yang harus aku lakukan? Hiks hiks..."
Sang Hyun memeluk Sejeong dengan penuh kelembutan.
" Tenanglah. Aku yakin Yoon Ji akan sadar dan dia akan mengerti. "
Cklek. Suara pintu terbuka dari dalam pun terdengar.
" Permisi... Apakah anda keluarga pasien bernama Oh Yoon Ji? "
Tanya seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan tempat Yoon Ji dirawat. Sang hyun dengan cepat mengangguk.
" Saya ayahnya, Dok. "
" Ada kabar baik. Tadi pasien Yoon Ji sudah bisa menggerakkan jarinya walaupun hanya sedikit. Dia sudah melewati masa kritisnya. Dan kemungkinan sebentar lagi dia akan sadar."
" Syukurlah... "
Sang Hyun menghembuskan napas lega.
" Sejeong. Kau pulanglah dulu. Yoon Ji belum siap jika dia harus melihatmu pasca dia siuman. "
Awalnya Sejeong ragu. Namun dia tak punya pilihan lain. Sejeong takut Yoon Ji syok saat melihat istri kedua suaminya datang menjenguknya. Sang Hyun pun masuk ke dalam. Dia berdiri di samping ranjang Yoon Ji dengan pandangan yang sulit untuk diartikan. Tepat lima belas menit kemudian Yoon Ji mulai mengerjapkan matanya perlahan. Perempuan itu mulai sadar.
" Se-huuunn... "
Panggil Yoon Ji dengan suara lemah.
" Yoon Ji, ini ayah... "
Samar-samar Yoon Ji melihat siluet seorang pria yang berdiri tepat di samping ranjangnya.
" A-yah... " Bisiknya lemah.
Sementara itu...
" Yoon Ji? Ya Tuhan syukurlah... "
Sehun yang baru masuk langsung berlari kecil ke arah Yoon Ji saat melihat istrinya sudah siuman.
" Yoon Ji, sayang... Akhirnya kau bangun, sayang... "
Sehun ingin menggenggam tangan Yoon Ji namun Yoon Ji menolak. Dia marah. Yoon Ji belum bisa menerima apa yang dilakukan Sehun di belakang matanya. Saat itulah hati Sehun bagaikan diiris-iris menjadi potongan-potongan kecil.
" Maafkan aku, sayang. Aku sungguh."
" Sehun... "
" Keluarlah. "
" Aku tidak ingin melihatmu. Belum..."
Yoon Ji berbicara terpatah-patah. Sehun tertegun. Sulit untuknya berbicara saat Yoon Ji memintanya untuk keluar.
Apakah Yoon Ji tak menginginkanku lagi?
Apakah Yoon Ji benar-benar membencinya?
Hancur sudah. Pikiran Sehun makin kalut. Apa yang selama ini Sehun takutkan dari dulu akhirnya terjadi juga.
" Yoon Ji sayang... Maaf... "
Sehun tetap tak mau pergi dari sisi Yoon Ji.
" Se... hun... Tolong keluar... "
Sehun menggeleng dengan begitu keras kepala. Dia tak mau pergi dari sisi Yoon Ji. Titik. Meskipun Yoon Ji mau mengusirnya ratusan kali pun, Sehun akan bersikeras untuk tetap disampingnya.
" Sehun... Yoon Ji baru sadar. Jangan buat dia merasa tak nyaman yang berimbas pada kesehatannya. "
Sang Hyun mulai bersuara. Bujukan dari Sang Hyun justru membuat Sehun makin muak dan murka padanya. Apa Sang hyun tidak sadar? Yoon Ji bisa seperti ini itu karena ulahnya.
" Apa kau ingin menjadi pahlawan, ayah? Kau lupa semua ini karena ulahmu juga. "
" Sehun... ini bukan saat yang tepat untuk membahasnya. Lebih baik kau panggil dokter untuk memeriksa keadaan Yoon Ji."
" Meninggalkan Yoon Ji sendirian bersama mu? Aku tidak akan melakukannya... "
Sehun mendecih jijik.
" Sehun... Aku tak akan menyakitinya. Aku hanya ingin berada disampingnya untuk beberapa saat. Sebagai ayahnya... "
" Sebagai ayahnya...? Kau lupa? Kau yang... "
" Cukup Sehun... Tolong keluar. "
Pinta Yoon Ji sekali lagi pada Sehun. Dengan berat hati, Sehun akhirnya meninggalkan Yoon Ji bersama dengan Sang Hyun.
" Yoon Ji... Ayah minta maaf."
Yoon Ji diam. Dia tahu apa yang dilakukan Sehun padanya pasti tidak mungkin tidak ada kaitannya dengan Sang Hyun. Mengingat Sang Hyun lah yang menjadi wali Sejeong saat pernikahan sialan itu terjadi. Yoon Ji memalingkan wajahnya.
" Yoon Ji, sayang... "
Bruukk. Yoon Ji terbelalak.
" Apa yang kau lakukan, Ayah? "
Yoon Ji sungguh tak menyangka dengan apa yang tengah Sang Hyun lakukan. Ayah mertuanya itu bertekuk lutut di hadapannya dengan wajah menghadap ke bumi. Walau tak begitu jelas, tapi Yoon Ji bisa tahu kalau ayah mertuanya sedang menangis jika dilihat dari kedua bahunya yang agak bergetar.
" Ayah... "
" Maafkan aku Yoon Ji. Aku mohon tolong maafkan aku..."
" Ayah... Apa yang sedang kau bicarakan... Aku... "
" Aku tahu aku sangat egois, Yoon Ji... Ini bukan salah Sehun. Ini salahku. Sejeong sangat mencintai Sehun, Yoon Ji."
Deg...
Mencintai suamiku?
" A-apa...? "
" Iya... anak kandungku Sejeong sangat mencintai anak angkatku Sehun. Aku berbohong mengenai status mereka. "
Sang Hyun menenggak salivanya. Sulit baginya untuk terus bercerita. Dan dia tahu sangat berat bagi Yoon Ji untuk menerima. Tapi apa boleh buat? Keadaannya sudah seperti ini. Demi anaknya, ia telah mengorbankan Sehun dan Yoon Ji. Maka dari itu... Menjatuhkan harga dirinya ia rasa tak berlebihan sekarang. Di hadapan Sehun, Sang Hyun bersikap sangat keras hati dan tak berperasaan.
Kini dihadapan Yoon Ji, akhirnya keangkuhannya runtuh. Namun jangan salah. Itu hanyalah tak-tik. Dia mengerti perasaan Sehun maupun Yoon Ji, tapi berusaha tak peduli dengan memenangkan keegoisannya. Meski Sehun bukan anak kandungnya, ia mengerti rasa sakit dan ketakutan yang Sehun rasakan. Sebagai ayah kandung Sejeong, ia pun tak tega harus melihat anaknya terus terpuruk. Dan sebagai ayah mertua, dia pun mengerti kemarahan dan kekecewaan menantunya.
Posisi Yoon Ji tidaklah mudah untuk mengikhlaskan suaminya ke pelukan wanita lain. Tapi sungguh, posisinya sekarang pun tidak mudah. Demi Tuhan Sang Hyun menyayangi mereka semua. Menurutnya ini adalah cara dia menyayangi. Dan Sang Hyun membutuhkan kelapangan hati mereka semua agar ini semua berjalan dengan baik ke depannya.
Keegoisannya berkata dengan cara ini, ia tak perlu mengorbankan Sejeong, dan Yoon Ji pun tak harus kehilangan Sehun. Sehun? Lama kelamaan Sehun pun pasti bisa mencintai Sejeong sama seperti dia mencintai Yoon Ji. Dan sekarang, dia ingin membuat Yoon Ji merasa tak tega padanya hingga akhirnya, perempuan itu bisa mengerti jalan yang sudah dia ambil.
". . . . . "
" Iya Yoon Ji. Sejeong adalah anak kandungku yang selama ini aku tak pernah mengetahuinya. Dia juga... Mantan kekasih Sehun. "
Yoon Ji *** kain selimut yang menutupi tubuhnya. Kenyataan pahit apa lagi yang harus ia tahu setelah sebelumnya dia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa suaminya menikah lagi secara diam-diam?
" Anakku sakit parah. Dia terkena kanker darah. Dan dokter pun bilang, kemungkinan waktunya untuk bertahan tidak lama lagi. Selama ini dia selalu sendirian Yoon Ji. Aku tak pernah ada disisinya saat ia menghadapi masa-masa sulit. "
Yoon Ji merasakan pusing yang luar biasa di kepalanya.
Omong kosong apa ini?
Sejeong anak kandung ayah mertuanya.
Sehun ternyata bukanlah anak kandung dari Oh Sang Hyun.
*Sehun dan Sejeong adalah mantan kekasih.
Sejeong sakit parah dan hidupnya mungkin tak akan lama lagi*.
Sehun dan Sejeong menikah.
Yoon Ji tak bisa mencerna semua yang terjadi dengan baik. Semuanya sungguh tiba-tiba. Dan rasa sakitnya itu... Perlahan tapi pasti merayapi hatinya. Begitu nyeri. Bahkan rasa sakit akibat kenyataan yang dikatakan Sang Hyun, rasanya lebih sakit dari luka yang ia dapat karena kecelakaan yang ia alami. Yoon Ji menghirup udara kuat-kuat. Ia butuh banyak oksigen sekarang.
" Dan Sehun... Hanya suamimu itu yang bisa mengembalikan semangat hidupnya. Aku tahu aku tak seharusnya memperlakukanmu seperti ini. Tapi aku hanya seorang ayah... Yang ingin menebus rasa bersalahku pada putriku yang selama ini aku sia-siakan. Aku mohon Yoon Ji... Untuk waktunya yang hanya sedikit... Tolong... Biarkan Sejeong berada di sisi suamimu di sisa akhir hidupnya. Kau bisa memiliki Sehun dalam waktu yang lama. Sedangkan Sejeong tidak. "
Apa tadi? Tolong biarkan Sejeong juga berada di sisi suamiku?
Air mata Yoon Ji jatuh menetes. Seseorang yang kau anggap sebagai ayah kandungmu memintamu untuk membagi suami yang sangat kau cintai dengan putri kandungnya dengan dalih rasa bersalah. Apa perasaanmu? Bagaimana kondisi hatimu? Tangisan itu adalah perwakilan rasa sakit yang tertoreh di hati Yoon Ji.
" Sejeong tak memiliki banyak waktu untuk berada di samping Sehun sepertimu. Aku mohon Yoon Ji, tolong izinkan dia mendapat kebahagiaan dari suami mu. Karena jika Sejeong sudah menemui takdirnya, kau yang akan memiliki Sehun untuk jangka waktu yang lebih lama. "
Yoon Ji menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Mencoba meredam isakannya yang tak sanggup ia kekang untuk keluar. Perih... Terluka... Yoon Ji tak sanggup menggambarkan apa yang mendera hatinya sekarang. Di hadapannya Sang Hyun masih setia berlutut meminta belas kasih dari Yoon Ji. Tak ada yang bersuara lagi di sana. Yang terdengar hanya isak tangis yang keluar dari ayah mertua dan menantunya.
" Ku mohon Yoon Ji... Aku lepas semua harga diriku untuk memohon padamu. Tolong biarkan anakku untuk bahagia... Tolong jangan tinggalkan Sehun. Atau dia akan hancur, sayang... "
Dengan sisa tangisnya, Yoon Ji berbicara.
" Bangunlah ayah... Aku tak suka kau berlutut di depanku seperti itu. "
Sang Hyun tak bergeming. Dia masih tetap di posisinya meski Yoon Ji sudah menyuruhnya bangun. Melihat ayah mertuanya masih berada di posisi yang sama, membuat Yoon Ji gemas sendiri. Dia menyingkap selimutnya dan berusaha turun dari ranjangnya dengan susah payah. Sang Hyun yang melihat pun bangkit dari sikap bersimpuhnya dan menahan kedua bahu Yoon Ji agar tak banyak bergerak.
" Yoon Ji kau masih sakit. Jangan banyak bergerak. "
Yoon Ji diam. Ia hanya menatap kedua mata pria baya itu dengan tatapan kosongnya.
" Aku... Aku mencintai Sehun... Aku tak mau kehilangan dia. Aku harus berbicara padanya, Ayah... "
Aku tidak tahu apakah dengan bersedia membagi suamiku dengan wanita lain adalah jalan yang terbaik? Kalau ayah meminta aku melakukan ini demi anaknya, Sejeong... Apakah dia benar-benar memikirkan perasaanku ketika dia memintaku untuk harus melakukan ini?
Sang Hyun membawa Yoon Ji ke pelukan dan membelai rambut menantunya.
" Tolong pikirkan baik-baik Yoon Ji. Ini demi Sehun, kau, juga anakku. Karena kalau tidak... Aku terpaksa melakukan hal yang sebenarnya tak mau aku lakukan. "
...My Regret...
Sehun akhirnya bisa bernapas lega kala Yoon Ji menyambutnya di depan pintu meski hanya dengan senyuman lemah. Sehun mengusap kepala istrinya lembut lalu mendaratkan bibirnya di kening wanita yang sangat ia rindukan.
" Yoon Ji sayang. Tolong jangan tinggalkan aku. Aku minta maaf. Aku... Aku sangat takut kalau kau pergi dariku, Yoon Ji. "
Gadis itu hanya tersenyum getir. Ia menyelami manik gelap Sehun yang sama sekali tak terpancar kebohongan atas apa yang ia ungkap barusan.
" Kau... Kau menikahi Sejeong di belakangku..."
Mimik wajah Sehun berubah cemas. Sehun takut sekali. Ia genggam dengan erat tangan Yoon Ji takut kalau kalau Yoon Ji tiba-tiba bangun dan pergi.
" Sayang. Aku... Aku minta maaf... Sungguh..."
" Apa kau mencintainya? "
Tanya Yoon Ji penuh selidik.
" Sehun... Aku tahu kalau dia mantan kekasihmu. Apa kau masih mencintainya? Hingga... "
Yoon Ji menelan salivanya. Ia kesulitan meneruskan apa yang ingin ia tanyakan sebenarnya.
" Hingga kau menikahinya diam-diam di belakangku, Sehun. "
Sehun menatap Yoon Ji lekat-lekat. Ia tangkupkan kedua tangannya di kedua sisi wajah Yoon Ji.
" Aku mencintaimu. Kau adalah masa depan ku sedangkan dia adalah masa laluku. Aku-"
" Jujurlah Sehun. Aku janji aku akan mendengarkan semuanya... "
Tangan Yoon Ji ikut menggenggam tangan Sehun yang masih bertengger di kedua sisi wajahnya.
" Aku menikahinya karena permintaan ayah. Aku tidak punya pilihan lain. Banyak pertimbangan yang membuat aku terpaksa melakukannya. Sejeong sedang sakit. Aku berhutang budi pada ayahnya. Disamping itu... Aku takut kalau kau meninggalkan aku. Ayah bisa... "
Yoon Ji langsung mendaratkan bibirnya ke bibir tipis Sehun hingga suaminya bungkam. Ia tak bodoh untuk tak mengetahui kalau Sang Hyun mungkin melancarkan semua jurus yang bisa ia lancarkan untuk mengancam suaminya. Yoon Ji cukup tahu watak seorang Sang Hyun. Karena saat Sang Hyun menjatuhkan harga dirinya pun, dia masih bisa mengancam Yoon Ji dengan cara halus. Mereka pun berpelukan. Pelukan yang bertujuan menenangkan hati dan pikiran masing-masing. Mereka harus berpikir jernih. Yang jelas... Baik Sehun ataupun Yoon Ji... Tak ada yang menginginkan perpisahan itu terjadi diantara mereka.
" Jika kau tidak mencintainya."
" Jika kau masih sangat mencintaiku."
" Jika kau melakukan ini hanya sebagai bentuk balas budimu pada ayahmu bukan karena kau ingin bersama Sejeong."
" Aku memilih mempertahankanmu, Sehun. Tapi ingat! Aku selalu bisa menarik batas antara cinta dan benci. Kau jangan sampai melewati batasnya atau... "
" Atau kita tak akan pernah bisa kembali seperti semula. "
. . . . .