Sudah di zaman kapan ini masih ada kata "dijodohkan"....
Wah.... ternyata orangtua ku masih sejadul itu, dan juga kenapa coba harus aku???
Abang dan juga kakak ku bahkan adik ku memilih pasangan hidupnya masing-masing...
"Ya Bu nanti aku pulang untuk makan malamnya''..." gitu dong anak ibu" jawab ibu diseberang telpon...
Bagaimana kisah cinta Naira apakah jadi berjodoh dan bahagia????
Yuk baca ceritanya.....
Maaf y masih karya pertama...
Mohon kritik yang membangun dan yang baik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelis Rawati Siregar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Di perjalanan menuju penyediaan stok perusahaan Naira masih terus berperang antara pikiran dan hatinya. Kepala Naira pusing memikirkan kira-kira apa yang akan ditanyakan oleh Bima nanti kepadanya dan jawaban apa yang tepat yang akan dia berikan sebagai alasan yang logis tanpa harus menimbulkan perselisihan diantara mereka berdua.
Namun semakin memikirkannya bukan jawaban yang didapat namun pembenaran atas permintaan Bima yang ingin pernikahan mereka yang akan berakhir. Apa salah bila Naira merahasiakan pernikahan mereka? Naira juga tidak ingin jadi janda karena perjodohan. Dia pun tidak mau dijodohin namun karena menghargai pilihan orangtua dia berusaha ikhlas untuk menerima nya.Lamunan Naira terhenti ketika mendengar suara dari pak sopir.
"Bu kita sudah sampai?"
"Baik pak, saya masuk dulu"
Sedangkan Bima dalam mobil yang di kendarai oleh Doni hanya diam. Bima mencoba memahami pola pikir Naira. Mungkin karena kesepakatan yang telah ia ajukan kepada Naira makanya Naira tidak mengatakan status pernikahannya kepada orang lain.
Tapi yang paling tak bisa diterima oleh Bima adalah saat Naira tersenyum manis dan tertawa lepas dengan orang lain sementara dengan dia pasti Naira hanya menunduk bila diajak berbicara. Bagi Bima itu yang paling tidak masuk akal. Namun lagi-lagi semua itu harus ia redam sendiri karena Bima sendiri yang menginginkan jalan rumahtangganya begini. Bima yang mengajukan kesepakatan dan Bima juga yang menghindari Naira jika sudah berada di rumah.
Bima menarik nafas panjang dan menghembuskan secara perlahan demi mengurangi emosi yang tiba-tiba menggelayuti hatinya.
"Bim, kita sudah sampai "
" Oke, ayo kita masuk"
Sepanjang acara Bima tidak bisa berkonsentrasi. Pikiran dan hatinya masih terbayang dengan apa yang didengar dan dilihat tentang Naira.
Pukul empat lima belas acara seminar selesai. Bima yang tidak bisa berkonsentrasi sejak tadi akhirnya memilih untuk pulang. Bima akan menunggu Naira pulang dan meminta penjelasan dari Naira. "Doni Antarkan saya pulang pekerjaan yang belum saya selesaikan kamu kirim ke email saya".
"oke", Doni pun mengendarai mobil dengan perlahan keluar dari parkiran gedung untuk mengantar Bima kerumahnya.
Naira yang sudah memasuki pekarangan rumah merasa tenang kala tak melihat mobil Bima ada di garasi berarti Bima belum pulang. Naira pun berjalan santai membuka pintu, melangkah memasuki rumah. Namun alangkah terkejutnya Naira ketika mendapati Bima sedang duduk di sofa ruang tamu dengan menatap kearah Naira.
"Silahkan kamu bersihkan diri kamu setelah itu kita bicara selepas makan malam".
Setelah mengutarakan itu Bima langsung bangkit menuju tangga naik ke lantai atas. Naira menghela nafas untuk mengusir rasa tidak nyaman yang mendera.
Dan disinilah sekarang mereka berada. Duduk di saung menikmati malam. Bima butuh pikiran yang jernih dan kontrol emosi untuk bicara. Ditemani secangkir kopi dan air jahe serai. Suasana masih hening dan belum ada yang memulai pembicaraan. Bima menyeruput kopinya.
" Beri aku alasan Naira kenapa cincin tidak ada di jarimu?"
Naira menghela nafas berat.
"Menurut mas apa arti sebuah pernikahan?".
Lama Naira menanti namun tak ada jawaban yang meluncur dari Bima.
"Jadi apa yang mau mas inginkan kalau arti pernikahan ini mas udah kesamping kan. Mas sendiri yang mendorong Naira untuk pergi. Mas sendiri yang menginginkan Naira tidak berharap pada pernikahan ini dengan alasan mas masih berharap dengan kekasih mas. Letak salah karena Naira tidak memakai cincin atau karena Naira tidak mengakui bahwa Naira sudah menikah kepada orang lain yang tidak tahu bahwa Naira sudah menikah dimana letak salahnya.
Seperti yang sudah Naira katakan tadi mas, mas yang sudah mendorong Naira untuk melakukan ini. Naira tidak mau mendapat gelar janda beberapa bulan mas. Jadi menurut Naira tidak ada salahnya kalau Naira tidak memakai cincin pernikahan itu mas. Apa arti sebuah cincin pernikahan itu dipakai mas kalau orang yang terlibat menjalaninya enggan untuk mengarungi bahtera rumah tangga. Mas sudah paham maksud Naira?"
Bima merasa tertohok dengan alasan yang diberikan oleh Naira. Naira tidak salah. Bima lah yang salah tapi kenapa justru Bima yang seolah-olah terabaikan di pernikahan ini. Dan sekarang Bima merasa serba salah. Namun tiba-tiba ponsel Bima berdering.
"Hallo, assalamualaikum Bima apa kabar pengantin baru?"
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah sehat Bun. Menantu Bunda apa kabar Bim?"
Bima menyerahkan ponselnya kepada Naira.
Naira menerimanya dan melihat layar ponselnya nampak ibu mertuanya dengan wajah sumringah.
"Assalamualaikum Bunda gimana kabarnya Bun?"
"Alhamdulillah sehat Nai, Bunda cuma ngingetin kalian 2 Minggu lagi ada arisan keluarga dari pihak Ayah. Sepertinya akan diadakan di puncak Bogor disalah satu Villa Uwa Bima.
Datang ya menantu Bunda yang
cantik biar bisa sekalian kenalan dengan keluarga kita disini".
"Insya Allah ya Bunda karena Naira harus izin cuti dulu"
"Ya tapi usahakan ya sayang"
"Baik Bunda"
"Bima tadi mana?"
Naira menyerahkan kembali ponsel Bima.
"Bima kamu jangan alasan lagi tinggal bawa bersama kamu Naira"
"Ya Bunda kami nanti akan datang, assalamualaikum Bunda ". Bima menutup telponnya dan menatap kearah Naira.
"Kamu ikut ya Nai, gak enak sama Bunda?"
"Ini yang Naira takut kan mas seharusnya Naira tidak usah terlalu banyak mengenal keluarga mas begitu juga dengan mas Bima".
"Kamu terlalu Nai, menurut mas saling mengenal itu gak ada masalah paling tidak kita tetap menjaga silaturahmi. Nai usahakan ya cutinya. Hari Jum'at kita berangkat", putus Bima.
" Baiklah Naira masuk duluan udah malam mas takut besok kesiangan. Dan untuk masalah cuti Nai belum bisa menjanjikan apapun Mas".
Naira bangkit namun Bima meraih lengan Naira.
"Nanti jangan lupa pakai cincinnya ya Nai, mas mohon!!".
"Baiklah, nanti mas ingatkan lagi aja mana tahu Naira lupa"