Bella Cintia?" Gumam Eric. Dia seolah tidak asing dengan nama itu. Bahkan ketika menyebutnya namanya saja membuat hati Eric berdesir menghangat.
"Kenapa harus designer ini?" Tanya Eric.
"Karena hanya dia yang cocok untuk mode produk kita pak."
"Apalagi yang kau ketahui tentang designer ini?" Tanya Eric kembali.
"Dia adalah salah satu designer terkenal di dunia. Dia sering berpindah dari negara satu ke negara lain. Karena dia memiliki cabang butiknya hampir di setiap negara yang dia tinggali. Namanya Bell's Boutique. Tapi untuk rumah mode utama nya, dia hanya memilikinya di negara ini. Nama rumah mode itu adalah Bellaric."
Eric terkesiap kala manager produksi itu menyebutkan kata Bellaric.
"Bellaric?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LidyaMin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tertangkap Basah
Seminggu setelah acara reuni sekolahnya, Eric tetap kembali bekerja seperti biasanya. Tapi percuma saja, pikirannya terganggu. Dia tidak konsentrasi sama sekali pada pekerjaannya.
Ada begitu banyak pertanyaan yang menumpuk di kepalanya tentang Clara. Dia yakin ada sesuatu yang Clara sembunyikan darinya. Selama seminggu ini juga Clara sulit di hubungi. Eric hampir frustasi karenanya.
Erika sekretaris Eric masuk setelah mengetuk pintu. Kemudian berdiri di depan Eric menunggu perintah dari bos nya.
"Erika, saya mau pulang. Tolong tangani semua selama saya tidak ada. Saya sedang tidak enak badan. Batalkan saja semua meeting saya hari ini." Ucap Eric.
"Baik Pak." Sahut Erika lalu keluar dari ruang kerja Eric.
Setelah dari kantornya Eric tidak langsung pulang, tapi dia mampir sebentar ke apartemen Clara. Dia berharap kekasihnya ada di sana. Lebih dari 30 menit Eric berdiri di depan Apartemen Clara, memencet bel pintu. Tapi tidak ada juga jawaban dari sana. Dengan rasa kecewa Eric meninggalkan apartemen Clara dan pulang ke apartemennya.
.
.
.
.
Eric melepas jas dan dasinya sembarang. Bahkan tas dan sepatunya saja juga tergelatak asal di dekat pintu masuk apartemennya. Pikiran Eric benar-benar terganggu karena perubahan sikap Clara yang lain dari biasanya. Sesibuk apapun Clara, kekasihnya itu pasti selalu punya waktu untuk nya. Tapi sekarang?
Setelah melakukan panggilan telepon dengan sahabatnya, Eric berdiri dan beranjak menuju kamarnya. Dia mengganti pakaiannya. Tidak lupa membawa jaket, dompet dan kunci mobilnya. Dia keluar dari rumahnya melangkahkan kakinya ke garasi mobil. Setelah berada di dalam mobilnya, Eric melajukan mobilnya ketempat dimana dia akan melakukan janji temu.
Sampai di sebuah Cafe, Eric sudah bisa melihat ada sahabatnya yang sudah menunggu sendirian di sana.
"Sorry gue lama." Eric mengambil tempat duduknya tepat berseberangan dengan David.
"Kenapa lo?" Tanya David.
"Gue bingung sama cewe gue. Sudah seminggu ini kesannya dia kaya ngehindar gitu dari gue. Gue ngerasa ada yang dia sembunyiin dari gue." Wajah Eric nampak sangat frustasi.
"Lo udah datang ke apartemennya?"
Eric mengangguk "Sudah. Bahkan hampir tiap hari. Tapi selalu tidak ada."
"Lo tenang aja. Gue yakin Clara pasti kasih alasan kenapa dia sulit di hubungi." Kata David sambil dia bertukar pesan sama Ardi tanpa sepengetahuan Eric.
"Lo lagi ngapain? Serius amat gue perhatiin." Eric penasaran karena dari tadi David sibuk berkirim pesan saat dia sedang bicara tanpa curiga.
"Ini gue tadi lagi ngirim pesan ke cewe gue." Ujar David berbohong dan meletakkan kembali ponselnya ke posisi semula di atas meja.
Sungguh David merasa bersalah pada Eric karena menyembunyikan kebenaran tentang Clara dan Ardi. Dia ingin berkata jujur pada Eric. Karena dia sangat merasa tidak tega dengan sahabatnya ini. Walaupun dia tahu kalau Ardi dan Clara di jebak, tapi bagaimanapun Eric harus tetap mengetahuinya.
David mulai berperang dengan pikirannya sendiri. Dia bingung harus mulai dari mana untuk menceritakannya.
—————
Ting!
From: +628829573xxxx
Bos..Nona Clara ada. Sekarang sedang ada di apartemennya bersama seorang laki-laki.
—————
Satu pesan masuk ke ponsel Eric. Tanpa menunggu lama lagi, Eric segera berdiri dan membayar pesanan mereka. Kemudian kembali ke meja dan menarik salah satu tangan David untuk pergi dari cafe.
Ketika David bicara ingin menceritakan semuanya, David di kejutkan dengan Eric yang tiba-tiba saja berdiri dan menarik paksa dirinya keluar dari Cafe. "Er–"
"Nanti aja lo ngomongnya. Ini darurat." Eric melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata menuju apartemen Clara.
David yang duduk di sebelahnya merasa takut. Karena Eric membawa mobil dengan kecepatan tinggi. Sehingga David harus berpegangan.
"Woi lo kenapa?! Bawa mobil kayak orang kesetanan. Gue masih belom mau mati. Gue belom nikahin Jane." Pekik David dengan kesal.
Tapi Eric tidak menyahutnya. Dia tetap fokus menyetir. Dalam waktu singkat mereka sudah berada di basemen apartemen Clara. Dengan berlari Eric menuju lift untuk sampai di lantai 20 tempat unit Clara berada.
David hampir saja tidak sempat masuk ke dalam lift karena Eric langsung meninggalkannya. Dengan nafas tersengal-sengal David bersandar pada dinding lift.
"Sebenarnya kita kemana? Lo ngajak gue main tinggal aja." Ujar David sambil mengatur nafasnya.
"Gue mau mastiin sesuatu. Semoga yang gue pikirkan gak bener." Ucap Eric dengan tatapan yang sulit di artikan oleh David.
Setelah lift terbuka, Eric segera keluar dan berlari menuju unit apartemen Clara. Tetapi belum sampai di sana, Eric menghentikan langkahnya dan terdiam di tempatnya. David yang menabrak punggungnya pun tidak dia hiraukan. Dari jarak yang lumayan dekat sekitar 6 unit dari apartemen Clara, Eric menyaksikan pemandangan yang begitu menyakiti hatinya.
"Oh Shit !!" Umpat David saat tahu apa yang di lihat Eric.
Eric masih membeku di tempatnya. Dia hampir tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Dia melihat Clara sedang dalam pelukan seorang pria di depan pintu. Dan dia sangat mengenal baik siapa pria itu. Eric mengepalkan kedua tangannya. Rahangnya mengeras dan wajahnya memerah kala melihat pria tersebut dengan beraninya mencium kening kekasihnya.
"Jadi ini yang kalian lakukan di belakangku!!!"
Ardi dan Clara sangat terkejut dengan kedatangan Eric. Mereka tertangkap basah sebelum mengatakan yang sejujurnya pada Eric. Tanpa berpikir lagi Eric langsung menyerang Ardi.
Buggh
Buggh
Buggh
"Brengsek lo!! Gue gak nyangka lo khianatin gue!! Gue sahabat lo!!"
Eric terus menghajar Ardi tanpa ampun. David berusaha untuk melerai dan menarik Eric menjauh. Tapi Ardi kesulitan untuk memisahkan mereka. Ardi tersungkur di lantai tanpa perlawanan.
"Eric lo tenang dulu. Kita harus dengar penjelasan mereka."
"Lo bilang tenang?! Lo liat dia udah khianatin gue!! Dia yang gue anggap udah kayak sodara, tapi ini yang gue dapat. Gimana gue bisa tenang!" Eric seperti orang kesetanan. Dia terus menghajar Ardi.
Dengan penuh kebencian dan amarah, Eric menatap tajam kekasihnya. Clara tidak berani membalas tatapan Eric. Dia sangat syok dan terkejut. Sehingga membuat perut bagian bawahnya terasa sangat menyakitkan. Tiba-tiba Clara pingsan di atas tubuh Ardi.
Dengan sekuat tenaga Ardi mengangkat Clara dan membawanya ke rumah sakit.
Eric sempat terdiam sejenak dan masih belum mempercayai kejadian barusan. Hingga suara David yang membuatnya kembali sadar.
"Kita susul mereka." David menarik tangan Eric segera memasuki lift dan menyusul Ardi dan Clara.
Tiba di rumah sakit Eric masih tidak mengerti situasi yang terjadi. Dia ingin kembali menghajar Ardi tapi di tahan oleh David. Sahabatnya itu membawa dirinya menjauh dari sana. Dari kejauhan Eric melihat Ardi yang terduduk lemas di depan pintu IGD dengan tatapan amarah yang masih meledak di dalam dirinya.
Eric merasa sangat frustasi saat ini. Sungguh rasanya dia ingin membunuh seseorang saat ini juga.
Saat pintu IGD terbuka dan menampilkan seorang dokter disana. Eric segera berlari menghampiri tanpa mendengarkan panggilan David.
"Wali dari pasien bernama Clara?" Tanya Dokter sambil melihat sekitarnya.
"Saya dok." Ujar Ardi dan Eric bersamaan.
Dokter sempat bingung dengan jawaban keduanya. Tapi kemudian dokter tidak menghiraukannya lagi. Lalu kembali pada tujuannya tadi untuk mengatakan kondisi pasien.
"Kondisi pasien sekarang sudah stabil. Untunglah pasien segera dia bawa ke sini. Andai saja terlambat, maka pasien akan kehilangan bayinya." Dokter memberikan penjelasannya.
"Ba-bayi? Maksud dokter apa?" Eric bingung dengan perkataan dokter tentang bayi.
"Pasien saat ini sedang mengandung. Kandungannya sangat lemah. Jadi tolong jangan membuat dia banyak pikiran. Karena akan berpengaruh pada janinnya." Setelah mengatakan hal itu dokter itu pun pergi meninggalkan mereka.
Eric menatap tajam pada Ardi dengan tatapan ingin membunuh. Dengan sigap Daniel yang juga ada disana menghampiri Eric. Jaga-jaga agar tidak terjadi keributan lagi. David juga berdiri di samping Ardi untuk antisipasi.
Benar saja Eric ingin menerjang Ardi dengan mukanya yang memerah menahan semua amarah. Karena di tahan oleh Daniel, Eric berteriak frustasi minta penjelasan Ardi.
"Jelasin buat gue apa maksud ini semua!!!"
🌼🌼🌼🌼🌼
Hai Fans nya mas Eric dan mbak Bella hehehe..
Sabar ya, gak lama lagi mas Eric sama mbak Bella bakal ketemu. Masih ada beberapa part lagi. Gak sampai 10 part koq hahaha..
kalau sempat nanti malam aku up lagi.
See you👋