Cinta Telah Berpaling

Jadi, Paman Rendra...

"Kenapa diam? Apa kamu terkejut, Sayang? " Andre menyeringai tipis tidak malu menunjukkan wujud aslinya lagi di hadapan Thalia. Ia merasa di atas awan, merasa sudah menang.

Thalia terdiam membatu. Napasnya memburu, naik turun tidak beraturan. Thalia kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Andre. Lagi-lagi Thalia dikhianati. Paman Rendra adalah orangnya. Sosok pria bersahaja yang menjadi orang kepercayaan Ayahnya, yang sudah bekerja ketika usia thalia belum genap 10 tahun. Thalia bertanya-tanya, kenapa Paman Rendra tega melakukannya.

"Akh seharusnya aku tidak perlu bertanya lagi." Andre melanjutkan lagi kalimatnya, "pasti kamu sangat terkejut. Aku sarankan, lebih baik simpan saja keinginanmu itu, karena itu hanya mimpi." Andre mengusap pipi Thalia, tertawa senang melihat ekspresi datar sang istri.

Tawa yang menggema, berhasil membuat Thalia berada di ambang batas kesabarannya. Dadanya bergemuruh, menahan amarah yang memuncak.

Andre melihat jam yang menempel di dinding. "Sudah saatnya aku bersiap, menjemput kekasihku. Mari kita mandi bersama." ajak Andre

"Simpan saja keinginanmu, aku tidak mau! " tolak Thalia tegas. Ia memutar tubuhnya lalu berjalan dengan cepat keluar dari kamar.

"Baiklah jika kamu tidak mau. Aku akan melakukannya dengan kekasihku." Ujar Andre sebelum Thalia menghilang dari balik pintu.

Thalia tak menghiraukan. Mendengar kalimat itu, sama sekali tidak membuat Thalia cemburu. Kerena cintanya yang bersemi itu, kini sudah layu dan mengering. Thalia menarik handel pintu kamar, ia keluar lalu menutup pintu dengan keras. Andre pun tergelak.

🍂🍂🍂

Rumah yang seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman, kini Thalia tidak bisa merasakan kedua hal itu. Ia seperti terpenjara. Andre tidak membebaskannya, bahkan para penjaga rumah, di perintahkan untuk menjaga Thalia.

Andre pergi menjemput Mona. Pria itu mewujudkan keinginannya untuk mengajak sang kekasih tinggal bersama, satu rumah tanpa seizin Thalia.

Keputusan Andre tersebut, didukung penuh oleh Ibu Nita dengan suka cita. Bu Nita sangat bahagia, dan sangat antusias menyambut calon menantu barunya yang sedang mengandung anak Andre, calon penerus keluarga Miles.

Seperti saat ini, wanita paruh baya itu tengah menyibukkan diri di dapur, mengolah berbagai menu makanan bergizi dan menu yang dibuatnya merupakan makanan favorit Mona.

"Pekerjaanmu sudah selesai?" Bu Nita bertanya kepada Mbok Sum yang sudah kembali ke dapur, setelah Mbok Sum membereskan kamar yang akan ditempati Mona atas perintah Andre. Kamar yang akan dihuni adalah kamar Thalia dulu, sebelum menikah dengan Andre.

"Sudah, Bu." Jawab Mbok Sum. Ia memutar keran, kemudian mencuci tangan. Kesambet setan apa nenek sihir ini? cibir Mbok Sum dalam hati, tidak mengetahui prahara yang terjadi di sekitarnya.

Mbok Sum melirik Thalia sedang mengiris bawang, ia pun berniat mengambil alih. "biar Mbok Sum aja yang lanjutin Nyonya.. nanti mata Nyonya perih. "

Ucapan Mbok Sum terdengar oleh Bu Nita. "Daripada mengambil alih pekerjaannya, lebih baik kamu bantu saya memasak, Sum." ujar Bu Nita "Bersihkan ikan salmon yang ada di dalam kulkas. Yang saya tau ikan salmon, sangat bagus dikonsumsi ibu hamil." Sindir Bu Nita.

Thalia membatu, mengerti bahwa Ibu Nita mengatakan itu semua hanya untuk membuatnya merasa kecil hati. Yah, setelah pernikahannya dengan Andre, Ibu Nita sangat berharap Thalia segera memberikan cucu untuknya. Akan tetapi, hampir 4 tahun berlalu Thalia tidak juga memberikan apa yang di inginkannya.

"Apa nyonya Thalia sedang hamil? " tebak Mbok Sum terkejut.

Bu Nita berdecak pelan, "Bukan Thalia yang sedang hamil," timpal Bu Nita, menjawab pertanyaan Mbok Sum. "tapi calon istrinya Andre." Jelas Bu Nita disertai senyuman.

Beberapa detik, Mbok Sum terperanjat. Mbok Sum menatap lagi Nyonya mudanya itu. Calon istri Tuan Andre? Apa Tuan Andre akan menikah lagi?? ya Allah... sebenarnya apa yang sedang terjadi?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul di dalam benaknya. Selama ini yang ia lihat, hubungan majikannya nampak harmonis dan romantis. Bisa dibilang keduanya, pasangan yang sangat serasi, tidak pernah terlihat adanya pertengkaran diantara mereka.

Lantas, kenapa Tuan Andre ingin menikah lagi? apa karena ketidakhadiran anak diantara mereka membuat Tuan Andre berpaling? pikir Mbok Sum

Bukan hanya Mbok Sum yang terkejut dengan pemberitahuan yang keluar dari mulut Bu Nita, Tita pun demikian. Gadis itu yang ingin bergabung untuk membantu di dapur, mengurungkan niatnya.

Tita berbalik, ia kembali ke rumah belakang. "Apa wanita itu yang menghubungi Tuan Andre waktu itu?" tebak Tita bermonolog

Nah dah tau kan yang ngintip waktu itu siapa.. 🤭

Sesudah mandi dan bersiap, Bu Nita menunggu putra dan calon menantunya di ruang tamu. Mendengar suara mobil dari luar membuatnya beranjak kemudian membuka pintu.

Andre keluar dari mobil lebih dulu, membukakan pintu untuk Mona.

"Selamat datang, Sayang." Sambut ramah Bu Nita, memeluk Mona sangat erat.

"Terimakasih, Tante."

Bu Nita melerai pelukannya, mengusap tangan Mona. "Loh, kok Tante, panggil Mama dong." Keduanya saling menatap dan melempar senyuman.

"Baiklah, Ma." Sahut Mona riang. Kemudian mereka masuk sambil berbincang dengan Andre mengikuti dari belakang membawa koper Mona.

"Oh sudah datang rupanya. Welcome Mona. Semoga betah disini." sambut Thalia memamerkan senyumannya, tidak terpengaruh dengan adanya wanita itu di dalam rumahnya. Thalia memeluk Mona, ia berbisik, "banyak-banyaklah berdoa, agar karma tidak menimpamu." Thalia memundurkan tubuhnya.

Seketika senyuman Mona menghilang, wajahnya menegang seketika.

"Apa yang kamu katakan, barusan? " tanya Andre meninggikan suaranya.

"Aku hanya mengingatkan agar perbanyak berdoa, agar apa yang aku alami, tidak terjadi kepadanya."

"Jangan hiraukan ucapannya ya, Sayang, " Bu Nita mencoba menenangkan Mona. "Dia hanya iri padamu, karena kamu sedang mengandung anak Andre, sedangkan dia... " Bu Nita melirik sinis Thalia, mencemooh anak menantunya itu.

Thalia tertawa dengan hati yang terluka. "Aku? Iri? " Thalia menunjukkan dirinya sendiri. "Oh ya Tuhan... aku tidak iri sama sekali, Mama mertua, apalagi iri dengan jalang seperti calon menantumu ini. Kita berbeda kelas." ujar Thalia penuh sindiran

"Berani-beraninya kamu menghina kekasihku!!"

"Kenapa? tidak terima?" tanya Thalia datar "tapi, itu kenyataannya suamiku sayang. Merebut, lalu merelakan kehormatannya untuk dinikmati pria beristri sepertimu, apa bisa di sebut dengan wanita baik-baik?"

"Kamu... "

PLAK...