Bagaimana jika sahabatmu meminta mu untuk menikah dengan suaminya dalam bentuk wasiat?
Dara dan Yanti adalah sahabat karib sejak SMA sampai kuliah hingga keduanya bekerja sebagai pendidik di sekolah yang berbeda di kota Solo.
Keduanya berpisah ketika Yanti menikah dengan Abimanyu Giandra seorang Presdir perusahaan otomotif dan tinggal di Jakarta, Dara tetap tinggal di Solo.
Hingga Yanti menitipkan suaminya ke Dara dalam bentuk wasiat yang membuat Dara dilema karena dia tidak mencintai Abi pria kaku dan dingin yang membuat Yanti sendiri meragukan cinta suaminya.
Abi pun bersikukuh untuk tetap melaksanakan wasiat Yanti untuk menikahi Dara.
Bagaimana kehidupan rumah tangga Dara dan Abi kedepannya?
Follow Ig ku @hana_reeves_nt
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Pria Patah Hati
Dara masuk kerja dengan perasaan galau. Hingga detik ini dia masih belum percaya akan menikah dengan Abi dan bersiap-siap pindah ke Jakarta. Pagi ini dia akan menghadap bossnya untuk mengajukan pengunduran dirinya karena bulan depan ia resmi dipinang.
"Bu Dara serius untuk resign?" tanya Pak Agus sang kepala sekolah.
"Iya pak. Saya harus ikut kemana suami pergi dan calon suami saya berada di Jakarta jadi saya harus kesana."
"Kami akan sangat kehilangan rekan kerja yang selama ini bisa menghadapi banyak siswa bermasalah. Saya harus bisa mencari yang lebih dari Bu Dara ini" senyum pak Agus.
"Saya akan membantu mencari guru pengganti saya pak. Ini saya sudah menyebarkan lowongan kerja disini untuk menggantikan saya. Bapak nanti tinggal menyeleksi saja" jawab Dara.
"Bu Dara menyebarkan dimana?"
"Di grup kampus saya pak. Ada beberapa adik kelas saya yang belum mendapatkan pekerjaan jadi saya mencoba membantu mereka."
Pak Agus mengangguk. Lulusan dari kampus Dara memang terkenal menghasilkan lulusan yang bagus.
"Semoga sukses di tempat baru Bu Dara." Pak Agus menjabat tangan Dara.
"Terimakasih pak".
***
Firza menatap dengan tatapan menyelidik ke arah rekan kerjanya yang sedang menikmati bakso di kantin sekolah.
"Kamu serius resign dan menikah dengan duren sawit tapi kaku itu?" tanya Firza. Mengetahui sahabat kerjanya kemarin mendapatkan wasiat yang membuatnya terbebani, Firza menjadi simpatik.
"Mau gimana? Aku kan ga mungkin ngotot tetap tinggal di Solo? Bisa diomeli ibu" ucapnya sambil menggigit pangsitnya.
"Yakin kamu? Tapi soal fisik memang pak Abi itu duren sawit yang h.o.t" kekeh Firza. "Aku mau kalau ada lagi satu yang kayak gitu".
"Hahahaha. Edo ajah gimana?" Dara mengerling ke Firza.
"Beeeuuu kalau dah lihat kamu, dia kayak pakai kacamata kuda. Kagak lihat yang lain. Eh, tapi kalau tahu kamu akan menikah dengan pak Abi, patah hati dong dia" Firza kemudian tersenyum licik. "Bisa aku dekati dong Ra?"
"Sonooooo. Selamat berjuang! Hwaiting!" kekeh Dara.
"Hwaiting!" seru Firza sambil mengepalkan kedua tangannya ala drama Korea.
***
Percakapan kedua guru itu ternyata didengar oleh Bamantara yang berada di balik bilik warung bakso itu.
Bu Dara akan menikah dan pindah ke Jakarta? Kenapa harus sekarang, disaat aku sudah bisa menata hidupku.
Hati Tara mencelos dan untuk pertama kalinya, dia merasakan kesedihan mendalam bahkan melebihi sedih tidak diperhatikan oleh ibunya.
***
Edo datang menjemput Dara di sekolahnya. Entah kenapa dia ingin bertemu dengan gadis itu. Pria itu menunggu Dara di dalam mobilnya dan akhirnya sosok yang ditunggu pun keluar dari gedung utama.
Edo keluar dari mobilnya lalu menghampiri gadis itu.
"Dara!" panggilnya.
Dara menatap Edo yang datang. Firza yang berada di belakang Dara juga menatap pria itu dengan tatapan bingung.
"Ra, gimana ini?" bisik Firza.
"Nggak gimana-gimana Za" senyum Dara.
"Hai Dara, hai temannya Dara" sapa Edo sambil nyengir.
Firza cemberut. "Namaku Firza, pak Edo".
Edo tertawa mendengar ucapan Firza.
"Yuk pulang" ajak Edo ke Dara.
"Aku bawa motor Do. Ini malah Firza yang nggak bawa kendaraan" Dara menunjuk ke Firza.
"Motor mu dibawa aja ma Firza, kamu ta antar pulang" bujuk Edo.
"Hah? Lha besok aku gimana? Udah, kamu antar Firza aja Do, kasian dia." Dara tetap tidak mau diantar pulang oleh Edo.
Melihat wajah Edo yang agak kesal, akhirnya Firza menggamit Dara agak menjauh dari Edo.
"Ra, menurutku mending kamu ikut Edo sambil kamu kasih kabar kalau kamu akan segera menikah. Jadi biar ga terlalu berharap dari kamu."
Dara menatap Firza. "Aku mau ikut Edo tapi besok pagi aku dijemput ya".
"Sip! Besok aku jemput kamu. Nah sekarang mana kunci motor dan STNK kamu?"
Dara menyerahkan kunci motor dan STNK-nya.
"Jangan sampai lecet si Vio" kekeh Dara yang memberi nama motornya Vio.
"Nggak bakalan". Firza kemudian berjalan ke arah Edo yang masih menunggu dua gadis itu berunding.
"Pak Edo, Monggo kalau mau antar Dara pulang tapi jangan sampai lecet ya. Kalau sampai lecet, awas!" Firza menatap galak ke Edo.
"Nggak lah. Aku bakal jagain Dara kok."
"Janji ya! Kalau nggak, bapak bakal saya satroni" ancam Firza sambil menuju tempat parkiran motor khusus guru.
Edo terkekeh mendengar ancaman Firza.
Cantik sih tapi galak!
"Yuk pulang" ajak Edo lagi kepada Dara yang tersenyum melihat temannya mengancam pria tampan itu. Keduanya kemudian berjalan menuju parkiran mobil.
"Bu Dara!" Edo dan Dara menghentikan langkahnya menengok ke arah suara.
Bamantara dengan mengendarai Kawasaki ninja nya mendekati Dara.
"Ada apa Tara?" tanya Dara lembut.
Bamantara tidak menjawab namun menatap Edo dengan tatapan tidak bersahabat.
"Apa pria itu calon suami ibu?" tanya Tara tanpa basa basi.
Dara terkejut. Edo menjadi salah tingkah mendengar ucapan anak ABG itu.
"Bukan Tara, pak Edo bukan calon suami ibu..."
"Apakah pria yang bernama Abi itu calon suami ibu?" potong Tara tanpa menyembunyikan rasa cemburunya.
Abi? - Edo terkejut.
"Kenapa Tara?" tanya Dara bingung.
"Apa ibu akan pindah ke Jakarta nantinya?" cecar Tara.
"Tara, sepertinya ini bukan ranah kamu untuk mengetahui kehidupan pribadi ibu" jawab Dara masih dengan sabar.
"Saya nggak mau ibu pergi!" suara Tara agak sedikit keras.
"Tara, dengarkan ibu..." bujuk Dara.
"Bu Dara jahat!" Tara menstater motornya lalu pergi dari hadapan Dara yang mematung.
"Dara..." Edo menghampiri gadis yang terdiam itu. "Yuk pulang" sekali lagi Edo mengajak Dara pulang.
Dara pun menurut masuk ke dalam mobil Edo bahkan pria itu yang memasangkan sabuk pengamannya. Tanpa suara, Edo menjalankan mobilnya keluar dari sekolah Dara.
***
Antasena terdiam di kamarnya yang luas. Hatinya hancur ketika tadi kakak sepupunya sampai dari Solo dan langsung mengumumkan akan meminang Dara setelah 40 harinya Yanti.
Walaupun Abi memasang wajah datar dan dingin namun Antasena merasakan ada yang berbeda dari sikap Abi.
Wasiat sialan! Membuatku tidak bisa mendekati Rara!
Antasena tidak bisa membayangkan hidup bersama dengan Dara dalam satu atap namun dia sendiri juga tidak bisa pergi dari rumah Abi karena sudah berjanji pada almarhum ayah Abi bahwa dia akan selalu menemani Abi sampai dia menikah.
Mau nikah sama siapa? Wanita yang hendak aku jadikan istri malah dijodohkan ke mas Abi!
"Brengsek!"
Antasena memutuskan berganti pakaian ke baju olahraga. Dia ingin melakukan chest ekspander selama setengah jam tampaknya bisa menghilangkan rasa galaunya.
Habis chest ekspander, aku berenang. Tak perduli letih badanku asal bisa menghilangkan rasa patah hati ini. Apes banget, sekalinya suka wanita tetapi bukan untukku...
***
Yuhuuu
Akhirnya up juga
Plus ganti cover yaaaa
Bagus yang mana?
don't forget like vote gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
