Kania indira putri dipaksa menikah dengan anak Majikan yang sedang patah hati.
Padahal ia tahu sejak Awal bertemu Aran sangat membenci dirinya.
Dia kerap menjadi ajang pelampiasan kekasalan Aran.
Tapi apa hendak di kata karena hutang dan balas Budi Kania harus menerima takdir menjadi istri Seorang Aran Maheswara yang dingin dan angkuhnya tidak ketulungan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lara hati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh lima. Pelayan Itu Kemana?
"Kenapa berhenti mendadak!" Kania berteriak tanpa sadar
mukanya pias karena ketakutan.
" Turun..!" perintah Aran, mengabaikan rasa takut Kania..
" Hah" melihat Aran bingung.
"Tu- turun!? tapi kenapa?"
" Ku bilang turun, ya turun! tidak butuh Alasan!"
" Tuan.." panggil Kania lemah
Karena melihat Aran begitu serius, kania mengalah dan keluar dari mobil.
Setelah pintu tertutup sempurna, mobil itu bergerak pergi meninggalkan
Kania yang terpaku di tengah jalan sambil memandangi kepergian Aran dengan hati kecut.
Tin!
Tin!
Terdengar suara klakson bersahutan
Sebuah kesadaran kembali. Dia berbalik, melihat puluhan mobil berjejer memanjang di belakangnya. .
" Maaf...Maaf...!!" serunya
Kania beristigfar sambil buru- buru menepi
" Ya, Tuhan. Aku malu sekali.." Kania membatin .
Perjalanan berlanjut dengan berjalan kaki, banyak debu dan Asap kendaraan bertebaran. Sinar matahari juga sangat terik, Kania memeriksa kantong Gamisnya.
Kosong...tidak ada apa pun di sana.
Gadis itu menghela nafas. Phonsel dan dompetnya tertinggal di kamar Tuan muda.
"kenapa aku jadi pelupa begini!?" Kania menggerutu.
Kania melirik tangannya
Baru sadar ternyata dia membawa satu set rantang sejak tadi.
" Kelihatannya rantang ini mahal."
Kania mengangkatnya sejajar dengan wajah.
Mulai menimbang untuk menjual rantang itu. Kania tersenyum.
"Konyol sekali.
Meski mahal , siapa juga yang mau membelinya?."
Kania menentengnya kembali
" Lagi pula, Rantang ini bukan milikku.."
Tak ada tempat berteduh.
Kania terus berjalan kaki, meski tenggorokannya kering dan mulai dahaga.
Pagi tadi....
Semua sangat terburu-- buru.
Begitu mendengar kabar Aran di pukuli Adiwijaya, Nyonya Sanjaya bergegas menyusul Aran ke rumah sakit.
Wanita itu rela membatalkan jadwal penting dengan kliennya.
Kinasih tidak bisa berpikir jernih dirinya sangat marah dan terhina.
Tujuan Kinasih memaksa Kania ikut untuk
menunjukan pada keluarga Adiwijaya bila putranya Aran sudah Move on.
Silvia hanya masa Lalu bagi Aran.
Kebetulan pagi itu kania bersama koki baru selesai membuat makanan kesukaan Aran. Kinasih meminta sekalian di bawakan makanan itu ke rumah sakit.
Aran pasti tak sempat memikirkan soal makanan.
Kania berhenti sejenak,menatap kendataan yang lalu lalang, Tak ada taksi yang melintas.
Kakinya pegal sekali.
"Ya Allah,Nia!? Kamu selalu ceroboh sekali."
Kesal memikirkan masih harus menempuh perjalanan puluhan kilo untuk sampai di kediaman Sanjaya. Rumah ibu juga jauh dari sana.
" Awas saja! Pria sombong..! aku pasti akan membalas, kenapa kamu Suka sekali mempersulit hidupku. Sebenarnya Punya dendam apa sih kamu dengan ku..?" Batin Kania sebal,
Sedang asyiknya melamun, sebuah sepeda motor melaju pelan menjejeri secara mencurigakan..
Kania bersikap tenang mengabaikannya begitu saja.
"Neng..!"
Kania menoleh mendengar suara yang paling tidak ia ingin dengar saat ini.
Satu masalah belum selesai datang lagi masalah lainnya
"Benar atuh! ini mah, memang Neng Kania..."
Pria itu menghentikan laju motornya dan menepi di sisi Kania.
Jaja langsung memamerkan senyum lebar dengan gigi kecoklatan.
Saking bahagianya bertemu dengan gadis idaman.
" Eh Mamang..." Kania menyapa lesu.
" Ngapain, Neng. Jalan sendirian?"
" Hmmm. iya, Nih, Mang.." Sahut Kania malas.
" Ayo atuh! Amang Antarkan. kasihan panas- panas begini." Tawar Jaja setulus hati.
" Terima kasih, Mang. Saya lagi nunggu teman, kok...!"
"Cowok apa cewek, temannya?" Jaja kelihatan tak suka
" cewek, Mang..."
" Begitu, Ya?"
" Hmmm" Angguk Kania meyakinkan.
"Beneran, Neng nggak butuh tumpangan!? kelihatannya capek benar.." Dahi Jaja berkernyit menambah kerutannya beberapa lipatan.
" Benar, Mang. Masa saya bohong.."Kania tertawa tetapi terpaksa.
" Ok, Kalau begitu, Amang jalan deh!.kalau ada apa- apa jangan ragu kasih tau Aa, ya. sayang..."
" Iya, Mang. Makasih!" Kania mengangukan kepalanya pelan sambil tersenyum lega karena berhasil mengusir pria itu pergi.
Jam Delapan malam, di kamar tidur milik Aran Maheswara..
Ada Aran yang mulai merasa tidak tenang, Karena Kania belum kembali.
Dia mondar- mandir seperti seterikaan.
Sebentar lagi, pasti akan ada pelayan memanggilnya untuk makan malam bersama Papa dan Mama.
Aran pasti akan di tanya tentang pelayan itu.
" Sial! kemana perginya gadis bodoh itu?padahal, sudah malam begini, tapi dia belum juga tiba di rumah, mana phonselnya juga ketinggalan begini . Dasar ceroboh!"
Aran menyurai rambutnya dengan jari.
Frustasi dan melempar Phonsel jadul milik Kania di atas ranjang.
"Bisa kacau, Andai Mama dan Papa sampai tahu, Mereka pasti akan mengomel. Apalagi bila terjadi sesuatu pada nya, bisa di coret aku dari kartu keluarga sudah bikin celaka anak gadis orang."
Aran mulai merasa menyesal karena meninggalkan Kania di tengah jalan.
Dia tidak berpikir akan serumit ini.
Aran duduk di tepi ranjang berpikir.
Alasan apa yang harus ia katakan saat orang tua nya bertanya.
Lalu, bagaimana pula nasib gadis itu setelah ia tinggalkan.
Sebenarnya Jalan yang mereka lewati bukan jalur khusus seperti jalan tol, Di jalan itu, banyak taksi yang atau angkutan umum yang bisa gadis itu tumpangi.
Masalahnya, Aran menemukan Phonsel dan dompetnya tertinggal di kamar.
Dia mulai berpikir tentang banyak kemungkinan buruk yang bisa menimpa Gadis itu.
Jantungnya mulai berdetak, tidak bisa tenang dan terus menunggu.
" Kurasa aku harus menyusulnya. Siapa tahu saat ini, dia dalam bahaya.
Ck!. Dasar!. Merepotkan saja."
Aran memakai jaket dan menyambar kunci mobi dan Phonsel yang ia letakan di atas.
Tak lupa dia menghubungi Lee untuk membantunya menemukan Kania.
"Istri anda hilang!!?" pekik Lee, tanpa sadar.
Terselip nada panik dari suaranya
Ternyata Lee jauh lebih heboh saat mengetahui Kania belum pulang
"Kau kenapa lebih heboh dari Mamaku" cetus Aran.
Mengetahui Sikap Lee yang tidak wajar.
Lee berdehem.
mencoba menetralkan nada suaranya.
" Maaf, Tuan. saya kaget.."
Untungnya Aran tidak menaruh curiga
Dia berpikir
mungkin Lee memekik karena cemas pada gadis itu.
"'Cepat 0ergi dan temukan gadis itu.. jangan pulang sebelum ketemu" pesan Aran.
" Baik, Tuan.." Lee patuh
Tentu dia tidak akan pulang sebelum gadis yang di sukainya di temukan.
Aran turun sedikit perlahan dari tangga.Agar tak terdengar suara sepatunya yang beradu dengan lantai.
Bahkan dia mengendap - ngendap Seperti maling saat melintasi lantai utama.
Aran menghindari para penghuni rumah itu.
" Tuan muda!?"
Aran terjengkit kaget dan melihat pada wanita paruh baya berambut putih yang di Cepol rapi memakai seragam pelayan lengkap.
Kepala Pelayan itu berdiri di belakang Aran.
wanita itu menyipitkan mata, jelas menaruh curiga dengan sikap aneh Aran.
"Sudah malam, anda mau kemana?" tanya Bi Mala.
" Hehe..." Aran garuk- garuk kepala padahal tidak merasa gatal
"Sebentar lagi waktunya makan malam, Tuan besar dan nyonya akan mencari Anda"
" Begini, Bi...Aku mau keluar sebentar..."
Aran jengkel kenala juga harus menjelaskan urusan pribadinya pada pelayan.
Sesuatu yang tidak pernah Aran lakukan se umur hidupnya.
"Bibi mau pensiun lebih cepat?" tanya Aran dengan nada mengancam.
Bi Mala gelagapan.
" Maaf, Tuan. Bibi tidak bermaksud kurang ajar" Bi Mala menundukan kepala dan mengangguk sopan.
Aran mengibaskan tangannya meminta Bi Mala pergi.
"Nanti bila Mama dan Papa bertanya, katakan Aku pergi mencari pela...Eh, maksudku...mau jemput istriku. Siang tadi, minta di antarkan ke rumah ibunya, katanya kangen." Jelas Aran, asal bicara.
Entah Bi Mala percaya atau tidak, Aran memutuskan untuk tetap pergi.
Mobil sport merah itu kembali ke tempat Aran meninggalkan Kania.
Aran berputar sebentar di Area tersebut, dengan teliti mencari gadis itu, dia juga menyusuri trotoar di antara orang- orang yang lalu lalang, menyusuri tepian jalan yang kemungkinan di lewati Kania, mencari di taman, di halte.
di mana saja, yang terlintas di otaknya. Siapa tahu, gadis itu ada di salah satu tempat yang di datangi Aran.
Beberapa kali Aran menegur gadis yang salah karena mengira mereka adalah Kania.
Tetap saja dia tidak menemukan pelayan yang menjadi istrinya itu.
Malam semakin larut, sementara Kania belum juga di temukan.
Aran mulai kehilangan kesabaran.Lelah mencari bibir terus menggerutu mengeluarkan sumpah serapah untuk Kania.
" Kenapa juga, aku harus susah payah mencari seorang pelayan. Astaga! Aran...? kau pasti sudah gila.."
mengutuk diri sendiri.
Seandainya dia tidak nekat menurunkan gadis itu di tengah jalan.
Malam ini pasti berjalan dengan tenang.
Semalam sudah tidak tidur karena mencemaskan Silvia.
Malam ini dia kembali di buat cemas karena pelayan.
Sebenarnya Aran ingin kembali ke rumah sakit. untuk melihat kondisi Silvia.
Tapi malahan terpaksa harus mencari pelayan itu.
Jalanan itu padat dan ramai, tetapi banyak sekali tuna wisma dan gelandangan yang berkeliaran.
Dari Pencopet, pengemis, pedagang asongan, sampai preman.
Bisa saja saat berjalan gadis itu bertemu salah satu penjahat yang kebetulan mangkal di kawasan itu.
Lalu dia di copet, di lecehkan.
Memikirkan saja membuat Aran bergidik
"
Lanjut thor
Lanjut thor
Semangat thor