Duda Arogan Milik Gadis Culun

Air mata berjatuhan membasahi pipi Miky. Ia terduduk sambil terisak pilu, bahunya terguncang seiring dengan suara sesenggukan yang menggema ke seisi ruangan.

Diangkatnya kepala, ia menoleh ke segala arah, mencari celah untuk keluar dari tempat ini sebelum hari semakin gelap.

Ia menumpuhkan tangan pada lantai, kemudian segera berdiri. reflek tangannya bergerak memeluk tas selempangnya dengan erat.

Tiba-tiba ia teringat akan sesuatu, pupil matanya melebar dipenuhi binar. "Astaga! Aku lupa." Tangannya langsung bergerak membuka tas selempang yang ia kenakan.

Dengan buru-buru ia merogoh tas, mengambil ponselnya dengan perasaan senang.

Miky menatap ponselnya dengan penuh syukur, lalu memeluknya erat. "Terima kasih, Tuhan."

Bibirnya mengulas senyum, dengan lincah jadinya menekan tombol power on/off pada sisi kanan ponselnya.

Klik.

Klik.

Gurat wajah Miky mulai berubah, keningnya dipenuhi garis-garis halus, perasaanya kembali gusar.

Berulang kali Miky menekan tombol itu, namun tak ada tanda-tanda kehidupan di layar ponselnya.

"Habis batre." Miky mendesah kasar diiringi suara isakan yang kembali datang.

Dengan langkah gontai ia berjalan ke arah pintu. Menggedor-gedornya berulang kali, berharap ada yang mendengar suaranya.

Sayangnya tak ada tanda-tanda atau bahkan suara dari luar sana.

Lutut Miky terasa makin lemas, perlahan tubuhnya jatuh merosot ke bawah dengan kedua telapak tangan menempel pada pintu.

Kenapa Raga bisa Setega ini? Tidak tahukah pria itu jika dirinya sangat takut berada di tempat ini.

Sekelebat bayangan aneka ragam hantu berkelana di kepala Miky, membuatnya semakin terisak ketakutan.

"Ayah, bunda ...." Suara Miky menguar serak karena terlalu banyak menangis. Ia ingin menghentikan tangisnya, namun tidak bisa karena rasa takut dan sedih menguasai dirinya.

Apa benar malam ini dirinya tidur di tempat seperti ini? Di gudang yang berada di bawah pohon rimbun.

Astaga, membayangkan bagaimana rimbunnya pohon tadi membuat tumbuh Miky semakin bergetar ketakutan.

Ia langsung menggeleng kuat. Berusaha mengenyahkan pikiran buruk yang ada di kepalanya.

Baiklah, ia mulai mengalihkan rasa takutnya dengan mata bergerak liar menilik setiap benda yang ada di dalam gudang.

Tatapannya berhenti tepat di sebuah peti, peti yang mirip seperti peti harta Karun bewarna coklat usang.

Dengan ragu ia berdiri, kemudian melangkah maju sambil menyeka air matanya.

Dalam kondisi ruangan gelap, Miky merasa sedikit bersyukur karena ada sebuah celah kecil di gudang ini yang menyorotinya dengan cahaya seadaanya. Walau sangat-sangat minim.

Miky berjongkok di depan peti, tangannya terulur membuka peti penuh debu itu.

Krettt.

Suara khas dari engsel peti yang sudah usang itu menggema.

Dan ... peti pun terbuka, menampakkan tumpukkan kertas yang tidak tersusun rapi.

Miky yang penasaran lantas mengambil salah satu kertas bewarna putih yang dipenuhi tulisan dengan tinta merah.

Saat ia mengeluarkan selembar kertas, debu langsung naik ke permukaan.

"Hatcih! Hatcih!" Miky mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah, berusaha menjauhkan debu dari hidungnya.

Kemudian ia melebarkan kertas tersebut, membacanya dengan kesusahan.

Reflek mata Miky menyipit, ia mulai membaca tulisan tangan di surat itu.

12 Maret

Duniaku hanya kamu .... kamu, dan kamu. Besar di panti asuhan membuatku selalu bertanya-tanya tentang bagaimana rasanya dicintai. Tapi, tiba-tiba Tuhan menghadirkan kamu di hidupku. Aku merasa bahagia, sangat. Bukankah ini jawaban atas tanyaku selama ini?

Mata Miky mengerjap, tanda tanya muncul di kepalanya. Apakah ini curahan hati seseorang?

Miky kembali meraih kertas yang lainnya, kemudian mulai membacanya di tengah keheningan.

20 Januari

Dahi Miky mengernyit saat membaca bulan yang tertera di secarik kertas tersebut, pasalnya tidak tertera tahun berapa di kertas itu, hingga ia tidak tau runtutan waktunya.

Miky menarik napas panjang, lalu membuangnya dengan perlahan. Ia mengendikkan bahu cuek, lalu lanjut membaca.

Tidak ada yang gratis di dunia ini. Bahkan, untuk cinta sekali pun. Ternyata bagian dari tubuhku ....

Miky berdecak saat tak dapat membaca kelanjutan dari deretan kata dalam kertas itu. Tinta di kertas itu tampak meleber, sepertinya kertas ini pernah terendam air. Miky menyimpulkan seperti itu karena kertas di tangannya tampak keriting.

Karena rasa penasaran, Miky bahkan tak sadar akan rasa takutnya. Ia kembali meraih kertas-kertas di dalam peti.

Lembar demi lembar ia buka, namun sial keadaan tulisan tak dapat terbaca karena kondisi kertas sama seperti sebelumnya.

Tinta-tinta di atas kertas itu tampak melebar, menyatu dan melebur, hanya menyisahkan jejak warna tanpa kata tertata.

Miky melongok, melihat apakah ada lagi barang dalam peti itu. Namun, kosong. Peti itu tak berisi apa-apa selain tumpukkan kertas.

Ia menghela napas panjang, lalu memasukkan kertas di tangannya ke dalam peti itu, kemudian menutupnya kembali.

Sebuah pertanyaan muncul di kepala Miky. Apakah surat itu ditulis oleh bu Marina?

"Huhhh." Tangan Miky bergerak memijit kepalanya sendiri, ia merasa pusing.

Tak ada lagi yang mengalihkan pikirannya dari tempat menyeramkan ini. Hingga ia hanya bisa duduk bersandar dengan diselimuti rasa ketakutan.

Waktu terus bergulir. Suasana terasa makin hening, sangking heningnya ia hanya mendengar suara desah napasnya.

Suhu di sekitarnya pun terasa kian dingin, ditambah ia duduk di lantai tak beralas, membuat rasa dingin semakin menusuk. Miky hanya bisa memeluk dirinya sendiri, ia yakin di luar sana hari sudah gelap, dan hal itu membuat suasana kian mencekam.

Di tengah kesunyian, tiba-tiba suara derap langkah kaki terdengar mendekat, membuat Miky langsung terkesiap.

Miky sigap berdiri, ia mulai melangkahkan kaki dengan hati-hati. Sebab gelapnya malam membuat ia kehilangan secuil cahaya dari celah tadi.

Dalam langkah gamang, akhirnya Miky berhasil menyentuh pintu.

Jantung Miky langsung berdebar ketika suara gembok beradu dengan kunci menghasilkan suara gemerisik.

Spontan Miky mundur, dan detik itu pula pintu terbuka memperlihatkan sosok Raga yang berdiri membelakangi cahaya.

Pria itu menjulang tinggi di hadapan Miky dengan kemeja tampak acak-acakan.

Tanpa bisa dicegah air mata jatuh di pipi Miky, dirinya merasa senang karena Raga mau melepaskannya.

Ia langsung berlari masuk ke dalam pelukan pria itu, melingkarkan tangan di pinggang Raga dengan erat, dan meletakkan wajahnya di bawah dada pria itu.

Tubuh Raga hampir limbung, namun dengan gerakan cepat ia meraih pinggang sang istri.

"Mas, Miky takut banget." Miky menumpahkan tangis di dada suaminya.

Tanpa Miky sadari, gerakan bibirnya di permukaan kulit yang masih tertutupi kemeja itu membuat tubuh seorang pria matang meremang.

Raga menunduk, mengecup puncak kepala Miky dengan dalam.

Perbuatan itu sontak membuat Miky terkejut, ia menarik diri dari Raga tanpa melepaskan pelukannya pada pria itu, kemudian mendongakkan kepala.

"Maafkan aku Marina." Suara parau menusuk gendang telinga Miky, seketika saat itu juga Miky tersadar. Suaminya sedang dalam keadaan mabuk!

Miky melepaskan belitan tangannya dari pinggang Raga, ia hendak menjauh namun secepat kilat pria itu mengangkat tubuhnya, memanggulnya di bahu layaknya karung beras.

Miky memekik kencang, matanya membola lebar ketika Raga berjalan membawanya masuk lalu mengunci pintu gudang dari dalam.

Apa ... apa yang pria itu lakukan?

Bersambung ....

Woi mamas Raga! Othor mau ikutan masuk, pakek acara tutup pintu segala😪😪😪😪. Bikin pinisirin iji dih🙈🙈🙈

Wah sampai sini ada yang bisa nebak beberapa clue yang Othor sebar?🧐🧐🧐🧐🧐