Jessica Collins sangat bahagia ketika di nikahi oleh seorang duda tampan dan kaya raya, namun kebahagiaannya sirna saat mengetahui tujuan pria itu menikahinya hanya karena ia mirip dengan istri pertamanya dan rupanya pria itu tak benar-benar menyukainya.
"Apa di saat menyentuhku, kau sedang membayangkan istrimu yang lain ?"
Sungguh Jessica sangat sakit hati haruskah ia bertahan atau justru pergi menjauh di saat mengetahui dirinya sedang mengandung janin pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~24. Jason yang egois
"Apa suamiku baru saja pergi, nyonya Dakota ?" ulang Jessica saat pelayannya itu tak kunjung menjawabnya.
"Benar, nyonya." nyonya Dakota mengangguk pelan.
Jessica nampak terdiam, jika suaminya baru pergi lalu apa yang pria itu lakukan sebelumnya? sudah satu jam sejak ia bangun tapi pria itu tak kunjung ke kamarnya meskipun hanya sekedar untuk melihatnya sudah bangun atau belum.
"Sejak pagi tuan sibuk mengecek pekerjaannya, nyonya." terang nyonya Dakota lagi saat melihat nyonya mudanya nampak terdiam di kursinya, seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Hm." Jessica hanya mengangguk kecil, apa sejak pagi suaminya itu sudah berganti pakaian kerja hingga tak kembali ke kamarnya lagi?
Memikirkan hal itu Jessica jadi merasa bersalah, harusnya ia bangun lebih pagi dan menyiapkan segala keperluan pria itu sebelum pergi ke kantornya.
"Tuan Jason berpesan agar anda beristirahat saja hari ini dan tak perlu pergi ke kampus, karena beliau sudah mengizinkan anda selama beberapa hari." terang nyonya Dakota setelah Jessica selesai dengan sarapannya.
"Izin selama beberapa hari? itu tidak mungkin nyonya Dakota, minggu depan aku ada ujian." timpal Jessica tak percaya dengan keputusan sepihak sang suami.
"Saya hanya menyampaikan pesan dari tuan Jason, nyonya." sahut Nyonya Dakota.
"Baiklah, mungkin untuk hari ini aku libur tapi besok aku harus kembali kuliah." tukas Jessica lantas segera beranjak dari duduknya.
"Anda mau kemana, nyonya ?" tanya nyonya Dakota hingga menghentikan langkah Jessica.
"Aku ingin kembali ke kamarku, apa aku juga harus laporan padamu ?" tukas Jessy sedikit kesal, ia seperti tak di biarkan bebas berada di rumah tersebut.
"Maaf nyonya." Nyonya Dakota nampak menunduk tak berani menatap.
Jessica menggelengkan kepalanya heran lantas segera berlalu menuju kamarnya kembali, tubuhnya masih sangat lelah setelah di gempur habis-habisan oleh suaminya semalam.
Sesampainya di kamarnya Jessica melihat ranjangnya telah di ganti seprei baru dengan warna yang sama yaitu warna favoritnya merah muda.
"Nyonya muda." ucap seorang pelayan saat baru keluar dari walk in closet, tempat di mana seluruh pakaian Jessica dan suaminya di simpan di sana.
"Hai." sapa Jessica dengan ramah.
"Saya Sarah yang di tugaskan oleh nyonya Dakota mengurus keperluan anda." ucap pelayan bernama Sarah tersebut sembari melangkah mendekatinya, sepertinya wanita itu baru saja menyusun pakaiannya.
"Terima kasih Sarah, jika tugasmu sudah selesai kamu boleh pergi." tukas Jessica kemudian.
"Tentu saja, nyonya muda. Selamat beristirahat." Sarah nampak sedikit membungkukkan badannya memberikan hormat, lantas segera berlalu meninggalkan kamar tersebut.
Namun saat berada di ambang pintu tiba-tiba nyonya mudanya itu kembali memanggilnya.
"Sarah, apa aku boleh bertanya sesuatu ?" tanya Jessica pada gadis yang usianya tak jauh darinya itu.
"Tentu saja, nyonya." Sarah langsung mengangguk kecil.
"Apa kamu sudah lama bekerja di sini ?" tanya Jessica ingin tahu.
"Baru satu minggu, nyonya." sahut Sarah yang sontak membuat Jessica nampak mengernyit, itu berarti gadis itu mulai bekerja saat dirinya sedang pulang ke Amerika.
"Baiklah Sarah, kamu boleh pergi." ucapnya kemudian dan wanita itu segera berlalu pergi dari sana.
"Pelayan baru rupanya." gumam Jessica lantas segera melangkah menuju lemarinya.
Ia ingin melihat apa suaminya sudah membelikanya pakaian, mengingat sebelumnya ia di larang membawa pakaiannya saat datang ke mansionnya ini.
"Astaga." gumam Jessica saat melihat berbagai jenis gaun di dalam lemari.
Semuanya pakaian wanita dewasa dan sama sekali bukan seleranya, kenapa suaminya tak bertanya dahulu padanya pakaian apa saja yang ia suka.
Entah kenapa ia merasa suaminya itu sangat egois, tidak hanya pakaiannya saja tapi pria itu juga mengatur alat make up yang ia pakai juga.
Namun karena tak mungkin menggunakan kimono seharian, akhirnya Jessica mengambil salah satu gaun tersebut.
Gaun terusan berwarna putih yang mencetak setiap lekuk tubuhnya dan Jessica benar-benar tak nyaman memakai gaun ketat itu.
Kemudian Jessica mendekati lemari milik sang suami karena ia penasaran dengan koleksi pakaian pria itu dan saat baru membukanya gadis itu melebarkan matanya karena hanya ada beberapa lembar pakaian pria itu di dalam sana.
"Bagaimana bisa ?" gumamnya, jika ini memang kamar pribadi suaminya harusnya ada banyak pakaian pria itu tersimpan.
Apa suaminya memiliki kamar lain? lebih baik ia akan bertanya langsung padanya nanti.
Siang harinya Jessica yang bosan berada di kamarnya memutuskan pergi ke ruang utama dan gadis itu nampak terkejut saat melihat suaminya sedang berbincang dengan nona Dakota.
"Sayang, kamu sudah pulang " Jessica langsung melangkah mendekati pria itu.
"Hai sayang, bagaimana tidurmu apa nyenyak ?" tanya Jason seraya mengulas senyumnya menatap istri kecilnya yang terlihat sangat cantik dengan pakaian pilihannya yang nampak pas di tubuh rampingnya.
"Sangat nyenyak, sampai aku tidak tahu kamu berangkat ke kantor." sahut Jessica seraya bergelayut manja di lengan pria itu.
"Aku ada urusan penting jadi pagi-pagi sekali harus pergi." sahut Jason dan itu membuat Jessica sedikit mengernyit, bukankah pria itu pergi ke kantornya lumayan siang bahkan hampir bersamaan ia keluar dari kamarnya.
"Ada apa ?" tanya Jason saat melihat istrinya itu nampak terdiam.
Jessica menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak apa-apa." dustanya, mungkin suaminya itu memang benar ada urusan penting dan tidak ingin membuatnya kepikiran.
Jessica mencoba berpikiran positif, ia tidak mau pikiran-pikiran buruknya akan menghancurkan kebahagiaannya saat ini.
"Kemarilah, apa masih sakit hm ?" Jason menarik tangan gadis itu dan membawanya duduk di atas pangkuannya.
Mendengar ucapan suaminya tentu saja membuat Jessica nampak tersipu karena mengingat kejadian semalam.
"Hm, tak terlalu sakit seperti tadi pagi saat bangun tidur." sahutnya jujur.
Karena ia masih kecewa pria itu tak ada di sampingnya saat bangun tidur di hari pertamanya menjadi seorang wanita sepenuhnya.
"Maafkan aku, tadi pagi banyak kerjaan yang harus ku kerjakan." tukas Jason lantas meraih tangan gadis itu dan mengecupinya.
Melihat itu Jessica lagi-lagi tersipu, pria itu selalu bisa membuat moodnya kembali baik. "Apa kamu lapar ?" tanyanya kemudian, siapa tahu pria itu belum makan siang.
"Hm, tentu saja." sahut Jason.
"Baiklah aku akan menyiapkan makanan untukmu." Jessica hendak beranjak namun pria itu langsung menahannya hingga membuatnya urung melakukannya.
"Aku ingin makan yang lain." sahut Jason kemudian.
"Apa itu ?" Jessica nampak tak mengerti.
Jason terlihat mengulurkan tangannya lalu membelai pipi istrinya itu. "Kamu." sahutnya dan itu membuat Jessica langsung menelan ludahnya.
Belum sempat membuka suaranya tiba-tiba Jessica merasakan tubuhnya melayang dan benar saja suaminya itu membopongnya lalu membawanya ke kamarnya.
"Aku belum bilang setuju." ucap Jessica seraya melingkarkan tangannya di leher pria itu.
"Tapi kamu bilang hanya sakit sedikitkan ?" timpal Jason kemudian.
"Tapi tetap saja sakit." keluh Jessica.
Sementara nyonya Dakota nampak mengawasi hingga keduanya menghilang dari balik pintu.
keren karya tulis mu k🤗🤗🤗