NovelToon NovelToon
Gadis Mungil (I Love You)

Gadis Mungil (I Love You)

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:27.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Motifasi_senja

NOTE!
-Mengandung beberapa cerita dewasa/adult romance. Mohon bijak!
-Kalau cerita mulai tidak jelas dan dirasa berbelit-belit, sebaiknya tinggalkan. (Jangan ada komentar buruk di antara kita ya) Hiks!

Pantaskah seorang pria dewasa atau terbilang sudah matang, jatuh cinta dengan gadis di bawah umur?

Dia Arga, saat ini usianya sudah menginjak 26 tahun. Dia pria tampan, penuh kharisma dan sudah mapan. siapa sangka, pria sekeras Arga bisa jatuh cinta dengan seorang gadis yang masih berumur 15 tahun?

simak kelucuan dan kemesraan mereka!

Writer : Motifasi_senja

Mohon maaf jika ada kesamaan beberapa nama tokoh yang sama. 🙏🙏🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Motifasi_senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dan siapa Cia?

“Kak Cia!” Tika berteriak. Wajah girangnya terlihat jelas ketika pintu rumah sudah terbuka lebar. Di sana berdiri seorang wanita berbadan tinggi dengan tas koper besar di samping kirinya dan keresek hitam di atasnya.

Cia tersenyum lebar. Membentangkan ke dua lengannya. Yang di hadapannya langsung menghambur memeluk nya erat. “Kau merindukan ku?” Usapan lembut di kepala Tika.

“Tentu saja. Bagaimana bisa Aku tidak merindukanmu.” Tika mendongak dalam posisi pelukan itu.

Sudah 1 tahun lebih Cia hidup di negara orang. Impiannya menjadi seorang model terkenal membuatnya harus meninggalkan negara nya sendiri. Meninggalkan keluarga dan orang yang berada di sekitarnya. Meninggalkan sebuah kenangan manis yang akan Ia gapai lagi setelah sampai di sini.

Tika mengajak nya masuk ke dalam. Widya dan Agus yang sedang bercengkerama di ruang tengah langsung menghampiri Cia setelah mendengar teriakan lantang dari mulut Tika. Cia memeluk Ibu dan Ayah nya. Melepas rindu karena selama disana hanya hidup seorang diri.

Setelah melepas pelukan Itu. Widya sedikit mendorongnya, memegang kedua pundak Cia. Wajah takjubnya merekah. Memandangi Cia dari ujung Kaki hingga ke atas kepala.

“Kau sudah sukses sekarang sayang ku.” Ungkap Widya penuh bangga. Anak sulungnya telah berhasil meraih mimpinya sekarang.

“Iya Ibu, semua karena doa kalian semua.” Cia memandangi mereka bergantian.

“Kemarilah. Peluk Ayahmu.” Agus mendekat. Bergantian memeluk Cia dengan erat. Hidup nya untuk saat ini terasa begitu bahagia. Semua kesuksesan telah menempel erat pada keluarganya.

“Mana oleh oleh untukku?” Timbruk Tika hingga pelukan itu terlepas. Tika menarik lengan Cia untuk duduk di sofa.

Agus menarik koper besar itu. Menaruhnya di samping bufet. Kemudian duduk di sofa di depan mereka. “Biarkan Kakakmu istirahat dulu. Pasti lelah.”

Tika yang masih bersendehan pada Cia langsung bergeser. “Baiklah. Kakak mandi saja dulu.”

Tika mengangguk. 5 jam perjalanan membuat tubuhnya sangat kelelahan. Di dalam pesawat Ia hanya duduk dan duduk. Badan nya pun sudah lengket karena keringat. Suasana di sini sedang terik. Di dalam ruangan sebentar saja pasti akan banjir peluh.

Sesaat Cia akan menuju kamarnya, langkah kakinya berhenti. Jari telunjuknya menempel di pipi dengan sedikit memiringkan kepala. Sepertinya ada yang hilang di rumah ini? Tapi apa? Cia berbalik. Menatap Agus dan Widya bergantian.

“Ada apa sayang?” Tanya Widya. Ia berdiri mendekat.

“Di mana Paman Bibi dan Mona? Aku juga merindukan mereka”

Semua diam. Mulut mereka serasa terkunci. Mereka lupa bahwa selama Cia hidup di luar negeri, tak ada satu pun dari mereka yang menceritakan keadaan rumah. Bahkan kecelakaan yang di alami Joanda dan Agatha pun Cia tak tahu. Yang Cia tahu ke dua orangtua nya tinggal bersama keluarga Mona sekarang.

Mereka bertiga masih membisu. Saling pandang satu sama lain. Cia yang tak mendapat jawaban menyipitkan mata penuh tanya. Melihat wajah ketiganya membuktikan jelas bahwa di sini memang ada yang tidak beres. Widya saja mulai gemetar dan meremas jemarinya sendiri.

Agus mendekat. Memegang pundak Cia.

“Nanti Ayah jelaskan.” Ucap Agus. Wajahnya berhasil meyakinkan Cia untuk menunggu sampai nanti.

“Baiklah. Aku mandi dulu.”

Agus sudah mempersiapkan diri untuk hal ini. Selama ini Ia tahu anak sulung nya itu baik pada keluarga Mona. Berbeda dengan Tika yang begitu membenci Mona. Bahkan tindakan jahat yang Ia lakukan selama ini pun Tika selalu mendukungnya. Hanya saja menjelaskan semua hal ini masih terasa berat dan sulit.

Widya dan Tika masih duduk. Keduanya berpegangan tangan. Apa yang akan di jelaskan pada Cia nanti. Kenapa secepat ini Cia kembali. Merindukan namun di sisi lain juga ketegangan.

“Suamiku, bagaimana kita menjelaskan semua ini pada Cia?” tanya Widya menatap bingung.

Agus menghela nafas. Mengusap rambut Widya lalu duduk kembali di sampingnya. Jantung nya saja saat ini sedang berdegup kencang seperti sedang lari maraton. Agus juga panik, tapi Ia tetap tenang. Kalau Dia terhasut dengan rasa paniknya, bisa saja nanti akan kerepotan saat menjelaskannya pada Cia.

“Ayah.” Cia keluar kamar. Ia sudah berganti pakaian. Hanya tinggal rambutnya yang masih di balut handuk.

“Apa yang akan Ayah jelaskan padaku?” Cia sudah duduk. Matanya tak henti menyapu setiap ruangan. Barang kali Ia bisa menemukan sosok yang sedang di cari.

Melihat anak nya sudah duduk, Agus kembali menarik nafas. Menghembuskan secara perlahan hingga tak menimbulkan suara. Tangannya meraih telapak tangan Cia. Menariknya sedikit hingga berada di pangkuannya. Mengusap lembut jemarinya. Cia sudah berkerut dahi menunggu apa yang akan segera di ucapkan Ayahnya.

“Sayang... Ayah akan menceritakan sesuatu pada Mu.” Raut wajah Agus berubah lesu. Ia menunduk lalu mendongak lagi menatap Cia yang sudah tak sabar menunggu penjelasan.

“Katakan Ayah. Jangan buat Aku bingung.” Cia jadi curiga ketika Ibu dan Adiknya terlihat canggung dan berpaling.

“Ayah harap kau jangan kaget.” Ucap Agus.

Widya dan Tika sudah berkeringat. Mungkin bukan hanya Cia yang sangat penasaran, tapi kedua orang yang masih saling genggam erat itu lebih penasaran lagi dengan kata kata yang sebentar lagi keluar dari mulut ayahnya. Kalau boleh, lebih baik berdiri dan pergi untuk sesaat. Setidaknya kembali setelah semua beres. Pikir Widya dalam otaknya.

“Paman dan Bibimu mengalami kecelakaan 3 bulan yang lalu.” Agus sudah memulai. Cia sudah menarik tangannya mundur.

“Maksud Ayah?” Cia masih tak mengerti. Apakah Ayah sedang mengerjainya?

Agus menunduk. Berusaha memasang wajah kecewa dan sedih. Sedih seakan Ia benar benar sedang merasa kehilangan. Bahkan dengan mudahnya air mata dalam persembunyiannya bisa muncul begitu saja seolah olah hatinya benar benar hancur.

Apa yang akan Kau ceritakan suami Ku? Aku sudah tegang begini. Widya.

Cia tertawa. Memalingkan wajah mengarah pada Ibu dan Adiknya. Mereka masih menunduk. Mengikuti drama yang di buat Ayahnya.

“Ibu.” Panggil Cia. Matanya memandang penuh tanya. “Kenapa Ayah berkata seperti itu? Apa maksudnya?”

Tak ada jawaban.

“Cia, Paman dan Bibimu sudah tiada, mereka sudah pergi.” Ucap Agus. Isakan nya semakin terdengar jelas. Bahkan ke dua wanita itu juga ikut menangis.

Cia menutup mulutnya. Hati nya bergetar hebat. Matanya mulai memerah menahan air mata yang segera menyembul keluar. Perih rasanya. Dadanya terasa panas. Orang yang selama ini membantu untuk meraih kesuksesan telah tiada. Meninggalkan nya untuk selama lamanya sebelum bisa melihat bahwa dirinya telah berhasil menggapai mimpi.

“Ayah. Kenapa tak cerita padaku? Kalian bisa mengabari Ku lewat telpon kan? Aku juga berhak tahu.”

“Maaf sayang, Ayah tak mau membuat mu panik disana, Kau sedang berjuang, Ayah tak mau merusak mimpi Mu dengan kabar itu.”

Widya dan Tika saling pandang. Beradu dengan pikirannya masing masing. Terus bertanya apa yang akan di jelaskan selanjutnya oleh Agus. Mereka hanya saling beri kode dengan bola matanya. Yang di mengerti mungkin hanya kata “Bagaimana?”

Ayahnya benar. Kalau Ia tahu kabar itu pasti Ia akan syok disana. Mungkin saja karirnya akan berakhir. Kontrak dengan produser nya masih berlaku hingga 1 tahun kedepan. Kalau Cia tahu kabar ini waktu itu, bisa jadi Ia membatalkan kontrak sepihak.

“Tunggu dulu...” Cia menyeka air matanya. “ Lalu dimana Mona?”

Dan akhirnya yang di tunggu pun terjadi. Mona, ya Mona. Dimana Mona? Cia pasti bertanya. Cia menatap Ayahnya menanti jawaban.

Agus diam. Otaknya memutar mencari sebuah jawaban yang tepat. Apakah harus bohong ataukah jujur. Bibir tebalnya mulai bergerak. Hembusan nafas keluar dari mulutnya.

“Mona juga pergi. Pergi jauh sekali.”

“Maksud Ayah Apa? Pergi bagaimana? Jangan membuat ku bingung lagi.”

Suamiku. Aku sudah panas begini. Segera selesaikan Ku mohon. Widya.

Widya tahu, Agus tak mungkin berkata jujur. Jika Cia tahu yang sebenarnya, bisa jadi keluarga ini akan di benci olehnya. Hanya Cia lah yang tulus menyayangi Mona seperti adik nya sendiri.

“Ku mohon Ayah, jelaskan lebih jelas.” Pinta Cia lagi. Bahkan Cia sampai mengguncang tubuh Ayahnya.

“Mo... Mona juga sudah tiada. Setelah seminggu kepergian ayahnya, tiba tiba Mona mengalami kecelakaan juga.” Sepertinya berbohong memang sudah menjadi bakatnya. Wajah nya sudah di buat sesedih mungkin. Menunjukkan bahwa rasa kehilangan itu ada.

“Apakah ini prank untuk ku? Haha. Aku tahu. Kalian sedang mengerjai Ku kan?” Dalam tangis nya Cia tertawa. Menatap lagi mereka bergantian.

Akting Mu sangat bagus Ayah. Lanjutkan! Tika.

“Tidak sayang, Ayah Mu benar.” Ungkap Widya. Sepertinya membantu Agus bicara bisa segera menyelesaikan acara drama ini.

“Mona memang sudah tiada.” Sesenggukan. Menutupi kebohongannya.

Cia memeluk Agus yang masih menangis. Cia telah hanyut dengan kebohongan keluarga nya. Percaya dengan kata mereka dengan mudah. Karena mereka adalah keluarga nya. Tentu harus percaya.

Malam sudah datang. Cia sudah tak menangis. Hanya meringkuk dengan satu guling di peluknya di tengah ranjang. Selimut tebalnya hanya menutupi setengah badannya saja. Memejamkan mata pelan hingga lelap dalam mimpi.

sebuah kesedihan nyata atau hanya pura.

***

1
Qaisaa Nazarudin
Kenapa Perannya Monalisa disini harus jadi CEWEK LEMAH,kalo aku jadi Lisa udah aku tampar tuh muka si Tika,Jangan taunya cuman nangis doang,Ckk ogeb..
Qaisaa Nazarudin
Untung aja Lisa menceritakan semuanya ke Arga,Biar Arga tau siapa Cia/Aura itu..
Qaisaa Nazarudin
Keluarga BENALU, Keluarga TOXIC
Qaisaa Nazarudin
Pasti lagi mencari Lisa nih
Qaisaa Nazarudin
Dasar pengecut..
Qaisaa Nazarudin
Bagus,pastikan jangan sampai dia ganggu Arga lagi..
Qaisaa Nazarudin
Ternyata Dika dengan Tiara,Ku pikir si Arga..Kalo si Arga mah aku langsung capcus cari novel lain,Soalnya aku gak suka oeran utama cowoknya si TEH CELUP..
Qaisaa Nazarudin
Adduuhh Nama perannya kesering ketukar,bikin feel baca ku ambyar .
Qaisaa Nazarudin
Astaga Lisa,Pertemuan pertama aja udah bikin Meri marah,Gimana Meri akan bisa menyukainya..Aduuh bakal bikin tambah ribet nih urusannya..
Qaisaa Nazarudin
Kenapa Arga gak ngomong sama Ortunya Kalo emang dia gak suka sama Tiara..
Qaisaa Nazarudin
MERI apa MIRA?
Qaisaa Nazarudin
Tapi kenapa Feeling ku,Meri gak bisa menerima Lisa sebagian keluarga mereka,Semoga aja feeling ku salah ya..
Qaisaa Nazarudin
Oh ortunya Santi..
Qaisaa Nazarudin
Meri ortu nya Santi atau Hutomo?
Qaisaa Nazarudin
Alhamdulillah..Semoga Santi dan Suami membela dan mengembalikan HAK Lisa,Pasti kecelakaan itu ulah Paman dan bibi nya sendiri tuh..
Qaisaa Nazarudin
Kenapa Santi gak bilang Lisa anak siapa? Apa ada sesuatu kah?
Qaisaa Nazarudin
Yang menjalaninya bukan nenek mu..
Qaisaa Nazarudin
Nah gini nih sikap yg gak ada TEGAS2 nya,Makanya tuh cewek ngenyel..
Qaisaa Nazarudin
Nah kan..SAYANG itu ada maunya,SAYANGnya itu ke ATM kamu doang..😁
Qaisaa Nazarudin
Menolak itu harus dengan Tegas Ga,Kalo cuman dengan marah2 dan di ketusin mah gak mampan..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!