nyasar ke zaman kuno

***

"Apa yang ibu tertawakan. Ini tidak lucu bu..." Protes Lira.

"Maafkan ibu, ibu rasa itu sangat lucu. Kalian berdua sementara dia hanya sendirian. Bagaimana kalian bisa kalah adu mulut dengan nya. Artinya kalian itu harus lebih licik darinya. Dan untuk apa kalian meladeninya hari ini, nanti. Buktikan nanti saat ada perayaan dikerajaan ini. Baru kalian bertindak. Ingat gunakan otak." Tekan selir Quira. Lira dan ira pun saling memandang dan tersenyum sinis.

"Benar apa yang dikatakan kakak, kalian harus memutar otak sebelum bertindak, akhirnya seperti ini kan.." timpal selir Diana.

"Sudah, tenang saja. Pukul ****** itu nanti disaat pertandingan. Paling ia tidak memiliki bakat apapun, jadi kalian harus berlatih sebaik mungkin.asah otak kalian. Dan kamu Lira, usahakan tampil menawan di acara perayaan nanti. Agar putra mahkota tidak berpaling dari kamu..." Tekannya lagi. (Mendengar motivasi jahat untuk mereka, mereka malah tambah semangat. Bukannya tobat. Hade ....)

Sore harinya, disaat matahari akan berganti dengan bintang bintang. Jelita dan para pelayannya pun kembali ke kediaman jenderal Ricard.

sementara jendral Richard berdiri di depan pintu kediamannya, untuk menunggu putri kesayangannya pulang. Ia tidak ingin kejadian yang dulu terulang, dimana jelita harus menghilang.

Ia mondar-mandir dengan cemas. Tiba-tiba, Jendral Richard melihat ada yang datang, ia langsung menghampiri kereta itu. Taklama, jelita turun dari kereta.

Melihat jelita turun dari kereta, jendral Richard menghela nafas lega, akhirnya putrinya pulang dengan selamat.

"Putriku, kau sudah kembali...." Sambut jendral Richard sambi merentangkan tangannya.

"Ayah.... Ayah kok diluar yah....!" Tanya Jelita sambil menyambut pelukan ayahnya. Jendral Richard memeluk putrinya, ada rasa legah dan rasanya bebannya terangkat, hati dan pikirannya jadi tenang. Merasa aneh, jelita pun melerai pelukannya dan bertanya kepada ayahnya.

"Ada apa yah..... Kenapa raut wajah ayah seperti khawatir...?" Tanya Jelita. Jendral Richard tersenyum kearah putrinya. Sementara para pelayan sedang sibuk memindahkan barang belanjaan mereka.

"Ha.... TidaK apa nak, ayah Hanya menghawatirkanmu. Kan ayah sudah bilang, jangan terlalu Lama pulangnya.." ucap jendral Richard dengan lembut. Jelita melihat betapa cemasnya ayah nya padanya, jelita merasa bersalah dalam hati.

"Maaf yah.... Jelita tadi asik belanja, dan melupakan wejangan ayah... Hehehe....." Nyengir jelita.

"Tidak apa sayang, yang penting kalian sudah kembali, ayo masuk nak.. dan pergilah istirahat, kamu pasti lelah..." Ujar jendral Richard. Dan dibalas anggukan kepala oleh Jelita.

Selepas kepergian Jelita, jendral Richard pun ikut meninggalkan tempat itu. Dalam hati ia akan pergi menemui istrinya. Jendral Richard pun berjalan menuju kediaman istrinya. Tak lama,ia sampai di kediaman itu dan disambut oleh tabib lino yang sedang memeriksa keadaan nyonya Catrine.

"Salam tuan....." Ucap tabib lino membungkuk kan badannya, diikuti oleh pelayan Rita dan Pengawal Astra. Perlu diketahui bahwa, pelayan rita dan pengawal Astra maupun ager, setiap tabib Lino akan melakukan pemeriksaan, mereka pasti akan menemani tabib lino, karena mereka takut, jika tabib lino membutuhkan sesuatu, maka mereka sudah siaga disamping nya.

"Bagaimana kondisi istriku tabib...?" Tanya jendral Richard kepada tabib lino. Pelayan Rita dan pengawal Astra pamit undur diri dari ruangan itu. tinggalah jendral Richard dan tabib lino.

“menurut pemeriksaan saya tuan, racun  dalam tubuh nyonya sudah agak berkurang, berkat pengobatan yang kita dapat dari petunjuk surat itu tuan” ujar tabib lino. Sementara jendral Richard menganggukan kepalanya. Jendral Richard menarik nafas kasar dan menghembuskannya pelan.

“baiklah, pantau terus kondisinya. Ingat jangan biarkan siapapun masuk kedalam kediaman ini, kecuali saya, dan anak-anak saya.” Jendral Richard memberi perintah.

“baik tuan…”ujar tabib lino sambil membungkukkan badannya. Setelah mengatakan itu, jendral Richard pun pergi dari sana, ia melanjutkan perjalanannya menuju ruang kerjanya. Namun dijalan, ia mendengar ada yang sedang berlatih.

“siapa yang berlatih. Ini sudah malam,” karna rasa penasaran jendral richard mengikuti suara orang yang berlatih itu. sesampainya disana, ia terkejut melihat kedua putranya sedang berlatih mati-matian.

****