Penyesalan

Anisa tetap tidak menjawab, hatinya terasa bimbang,dia begitu takut mama Zahra akan menolak hubungan nya dengan Nino, namun di lain sisi dia ingin sekali hidup bahagia dengan Nino.

"Aku tahu kamu menolakku hanya karna aku telah di jodohkan, aku tahu sebenarnya kamu sangat mencintai ku, sekarang perjodohan itu sudah di batalkan, jadi apa alasan mu menolakku, kamu tidak perlu takut mama dan papa akan menolak mu, aku yakin mereka akan sangat senang dengan kehadiran mu di keluargaku," ucap Nino sambil memandang wajah Anisa lekat.

Anisa hanya memandang wajah Nino dengan lekat, pikiran Anisa berkecamuk apa yang di katakan Nino memang benar, dia begitu takut orang tua Nino akan menolak cinta mereka.

"Aku mohon jawab lah Anisa," pinta Nino sekali lagi.

"Aku...aku juga mencintaimu," ucap Anisa lirih.

Nino begitu bahagia mendengar jawaban yang selama ini ia tunggu2, kini wajahnya berbinar, Nino segera menarik Anisa dalam pelukan nya.

"Aku mencintaimu sayang, terima kasih kamu telah menerima cintaku, aku berjanji akan menjadi kan mu wanita paling bahagia di dunia ini," ungkap Nino sambil mengeratkan pelukannya di tubuh Anisa yang saat ini sedang bergetar karna menangis.

"Kenapa kamu menangis,hmm?" tanya Nino sambil menghapus air mata Anisa dengan lembut.

Anisa menggeleng seraya berucap, "Ini adalah tangisan bahagia sekaligus perasaan takut mas, aku takut cinta kita di tentang oleh orang tua kamu mas," perasaan takut malah merayap di relung hati Anisa saat ini.

"Tidak sayang, orang tuaku tidak seperti itu, dia akan menerima kamu dengan tangan terbuka, kamu harus percaya itu," ucap Nino memberikan keyakinan pada Anisa.

"Kamu maukan jika besok kita temui mama sama papa, aku akan beri tahu mereka jika kita saling mencintai."

"Tapi mas."

"Tidak ada tapi2an sayang, percayalah mereka akan sangat senang dengan hubungan kita," Nino meyakinkan Anisa agar mau ikut dengan nya menemui orang tuanya besok.

Anisa hanya menganggukkan kepalanya meskipun dalam hatinya dia ragu.

"Baik lah, ini sudah malam aku pulang dulu, kamu istirahat dan jangan lupa mimpi indah dengan ku," ucap Nino sambil mengedikkan matanya genit.

"Apa sih mas!" ucap Anisa sambil mencubit pelan lengan Nino.

Nino terkekeh mendengar ucapan Anisa.

"Aku pulang ya," ucap Nino sambil melangkah menjauhi Anisa, namun baru dua langkah Nino berjalan tiba2 dia berhenti.

"Ada apa lagi mas?" tanya Anisa karna melihat Nino berbalik lagi.

"Ada yang lupa," ucap Nino sambil mengikis jarak antara dia dan Anisa.

"Apanya yang lupa?" tanya Anisa polos.

Cup..!

Tiba2 sebuah kecupan di kening Anisa tanpa aba2, hal itu sukses membuat pipi Anisa bersemu merah.

"Tanpa memcium mu aku tidak akan bisa tidur, aku pulang sayang," ucap Nino sambil tersenyum manis ke arah Anisa yang masih terpaku di tempatnya.

"Hati2 di jalan mas," ucap Anisa setelah Nino membuka pintu untuk keluar.

Nino hanya mengangguk dengan senyum manisnya, segera dia keluar dan meninggalkan Anisa yang kini tengah senyum2 seperti orang gila.

Nino pun tak kalah senang, senyum tak henti menghiasi wajah tampan nya, sambil menyetir Nino selalu senyum2 sendiri, dia teringat ucapan cinta dari Anisa.

"Aku janji tidak akan pernah meninggalkan mu," gumam Nino sambil fokus menyetir.

******

Pagi2 Nino sudah siap untuk pergi ke kantor, dia duduk sarapan bersama kedua orang tuanya, namun ada yang beda hari ini Nino terlihat begitu senang bahkan senyum tak hilang sedikitpun di wajahnya.

Mama Zahra sampai heran melihat tingkah putranya yang sangat aneh pagi ini.

"Kamu itu kesambet dari mana, pagi2 udah senyum seperti orang gila?" tanya papa Al karna merasa ada yang beda pada kelakuan putranya pagi ini.

Nino terlihat kesal karna ucapan papa nya yang selalu berkata pedas, "Bukan urusan papa, perlu papa tau gak bakalan ada setan yang berani ganggu otak aku pagi2 begini," jawab Nino ketus.

"Uda..udah, sarapan dulu jangan berantem pagi2," mama Zahra menengahi karna tidak mau sarapan pagi mereka jadi terganggu karna keanehan Nino di pagi hari.

Nino sarapan dalam diam, sebenarnya papa dan mama Zahra sudah mengerti jika hubungan Anisa dan Nino sudah ada kemajuan, melihat dari tingkah Nino pagi ini.

Setelah berpamitan Nino langsung berangkat ke kantor, pagi ini dia berniat untuk menjemput Anisa ke apartemen nya, tepat saat Nino sampai di depan apartemen Anisa, ternyata Anisa sudah berdiri menunggu taxi lewat.

Anisa tersenyum bahagia kala melihat Nino keluar dari mobilnya dan berjalan kearah Anisa yang sedang berdiri menunggu taxi.

"Mulai hari ini, kamu tidak perlu naik taxi lagi, karna aku akan jadi supir bribadi untuk mu seumur hidupku," ucap Nino, dia berlagak seperti seorang supir bribadi yang sangat patuh pada majikan nya.

Anisa tertawa melihat lelucon Nino, "Kamu bisa aja mas!"

"Silahkan nyonya," ucap Nino yang sukses membuat Anisa semakin tertawa lebar.

"Inilah yang ingin aku lihat setiap hari, tawa dan senyum mu membuat hari ku semakin berwarna, jangan berhenti mencintaiku," pinta Nino sambil mengusap pipi Anisa dengan lembut.

Anisa hanya mengangguk, "Iya mas, aku tidak akan pernah berhenti mencintaimu, dan ingatkan aku jika aku lupa," jawab Anisa dengan mata berkaca-kaca.

"Ingatkan aku juga jika suatu saat aku lupa, tapi aku berjanji tidak akan pernah berhenti mencintaimu."

"Ayo mas, nanti kita terlambat," ajak Anisa karna Nino tak kunjung berangkat.

"Baik nyonya, silahkan," ucap Nino sambil membuka pintu mobil dengan gaya persis seorang supir.

Anisa terkekeh sambil masuk kedalam mobil, Nino langsung menutup pintu dan langsung masuk kedalam mobil.

"Nyonya mau di antar kemana?" tanya Nino sopan layaknya sorang supir.

"Tolong antarkan saya menuju hati bapak." Anisa coba2 menggombal, meskipun gomalan nya terdengar garing.

"Dih, udah pintar menggombal kamu ya," ucap Nino sambil mencolek dagu Anisa.

"Ini pertama kali buat mas,"jawab Anisa cengengesan.

"Tapi aku suka, setiap hari ya gombalin aku, biar aku tambah cinta sama kamu."

"Gak ah mas, masak iya aku yang gombalin kamu terus, biasanya cowok yang harus menggombali seorang cewek."

"Maaf sayang, aku tidak pernah menggombali seorang wanita, ini juga pertama kali aku pacaran, jadi aku minta maaf jika aku tidak pintar berkata romantis dan tidak bisa menggombali mu."

"Hah, yang benar, mas gak pernah pacaran?" tanya Anisa tidak percaya, mana ada pria setampan Nino namun tidak pernah berpacaran.

"Tepatnya bukan gak pernah, tapi aku tidak pernah merasakan jatuh cinta, hanya kamu satu2nya wanita yang bisa membuat aku jatuh cinta, kamu adalah cinta pertama dan aku harap akan menjadi yang terahir dalam hidup ku."

"Aku juga begitu mas, aku ingin cinta ini jadi yang terahir, meskipun kamu bukan cinta pertama ku, tapi aku berharap kamulah yang terahir," ucap Anisa sungguh2.