NovelToon NovelToon
Dul

Dul

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Cintapertama / Cintamanis / Tamat
Popularitas:11.6M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Dul mengerti kalau Bara bukan ayah kandungnya. Pria bijaksana yang dipanggilnya ayah itu, baru muncul di ingatannya saat ia duduk di bangku TK. Namanya Bara. Pria yang memperistri ibunya yang janda dan memberikan kehidupan nyaman bagi mereka. Menerima kehadirannya dan menyayanginya bak anak kandung. Ibunya tak perlu memulung sampah lagi sejak itu. Ibunya tak pernah babak belur lagi. Juga terlihat jauh lebih cantik sejak dinikahi ayah sambungnya.

Sejak saat itu, bagi Dul, Bara adalah dunianya, panutannya, dan sosok ayah yang dibanggakannya. Sosok Bara membuat Dul mengendapkan sejenak ingatan buruk yang bahkan tak mau meninggalkan ingatannya. Ingatan soal ayah kandungnya yang merupakan terpidana mati kasus narkoba.

Perjalanan Dul, anaknya Dijah yang meraih cita-cita untuk membanggakan ayah sambungnya.


*****

Novel sebelumnya : PENGAKUAN DIJAH & TINI SUKETI

Cover by @by.fenellayagi

Instagram : juskelapa_
Facebook : Anda Juskelapa
Contact : uwicuwi@gmail.com

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

024. Makna Ucapan

Walau kerinduan Dul pada ibunya kian bertambah, hal itu masih sedikit terobati dengan kehadiran Bara yang sering mengajaknya makan malam bersama. Sepertinya pria itu semakin bertambah penasaran dengan hidup ia dan ibunya.

“Jadi, selain Pakdhe, kamu juga punya Budhe?” tanya Bara suatu malam. Saat itu mereka tengah makan di sebuah café yang menyajikan makanan barat. Malam itu Bara memesankan sirloin steak dengan tingkat kematangan medium well untuk Dul.

Dul yang sedang menikmati makanan mewah barunya mengangguk-angguk. Bara sudah memotongkan steak itu menjadi potongan-potongan kecil yang bisa langsung dimasukkan ke mulut dan dikunyahnya.

“Pakdhe dagang. Rumahnya jauh dari rumah Mbah. Kalau Budhe dua orang kata Mbah tinggalnya di luar negeri. Udah menikah juga di sana dan jarang pulang. Katanya kalau mau pulang biayanya mahal. Jadi, mending uangnya buat Mbah aja.”

“Berarti Ibu Dul anak bungsu. Selama ini Om enggak tau,” kata Bara.

“Ibu enggak ngomong?” Dul balik bertanya.

“Om khawatir Ibu kamu enggak nyaman kalau Om banyak tanya. Dul sering ketemu Pakdhe?”

Enggak nyaman? Apa Ibu judes?

“Enggak sering. Pakdhe enggak pernah ngomong,” ucap Dul.

“Maksudnya enggak pernah ngomong gimana?”

Dul memandang wajah Bara. Sedetik ia teringat dengan perkataan ibunya bahwa Bara adalah seorang wartawan yang pekerjaannya mengumpulkan berita. Wartawan juga identik dengan banyak bertanya.

Apa Om Bara lagi ngumpulin berita dengan nanya-nanyain aku?

“Pakdhe enggak pernah ngomong sama aku. Sama Ibu juga jarang,” sahut Dul.

Bara manggut-manggut dengan dahi mengernyit. Dari wajahnya Bara seperti masih menyimpan pertanyaan lain, tapi berusaha keras tak menanyakan saat itu.

“Ini enak, Om. Namanya apa tadi?” Dul menunjuk potongan daging yang baru ditusuknya dengan garpu.

“Namanya steak. Kalau kamu suka nanti kita sering-sering makan ini,” ujar Bara.

“Tapi yang nomor satu tetap ayam goreng,” cetus Dul. Bara tertawa kecil saat mendengar perkataan Dul. “Mmm … kalau Om punya berapa saudara? Atau sendirian kayak aku?” tanya Dul.

“Enggak, Om enggak sendirian. Om punya adik perempuan yang udah menikah dan punya dua anak laki-laki. Mmm … kalau Dul dikenalin sama Ayah dan Ibu-nya Om, mau enggak?”

“Mau—mau, jadi mbahku bisa nambah.” Dul kembali menusuk potongan daging dan memasukkannya ke mulut.

“Nanti … mungkin sebentar lagi Om udah bisa ngenalin Dul ke orang tua Om. Om juga udah enggak sabar,” ucap Bara.

Dul merasakan suasana hati Bara perlahan namun pasti membaik. Suatu hari pria itu datang dengan senyum lebar. Penampilannya pun lebih gagah, juga lebih tampan.

Ingatan itu terpatri jelas karena Bara yang biasa mengendarai sepeda motor, kali itu membawanya berkeliling dengan mobil. Hari itu Bara banyak tertawa dan melontarkan candaan.

“Om besok wisuda. Tau wisuda enggak?” tanya Bara.

Dul menggeleng.

“Wisuda itu perayaan kelulusan. Lulus itu artinya selesai. Jadi kalau selesai TK, bisa jadi ada wisuda. Gitu juga SD, SMP dan SMA. Nah, Om itu wisudah magister.”

“Magister itu apa?”

“Magister itu … setingkat di atas sarjana. Jadi, Om udah selesai kuliah, trus wisuda dan jadi sarjana. Abis sarjana, Om kuliah lagi dua tahun. Nah, baru, deh, magister. Om rasanya lega luar biasa,” tutur Bara.

“Kalau wisuda pasti lega? Lega itu senang, kan?”

“Benar. Kalau wisuda pasti senang. Karena Om udah memenuhi janji ke orang tua. Ayah dan Ibu-nya Om Bara percaya kalau Om akan memenuhi janji wisuda itu. Makanya Om sesenang ini,” ungkap Bara tersenyum puas.

Sepulang dari makan malam itu, Dul menyimpan memori dan pengetahuan soal kebahagiaan Bara karena wisuda. Juga satu hal penting soal memenuhi janji pada orang tua.

Setiap pulang dari berkeliling bersama Bara, Dul selalu dibekali jajanan, uang saku, bahkan mainan-mainan kecil. Karena jajanan yang kadang begitu banyak, Dul pernah bertanya.

“Apa ini enggak kebanyakan, Om?”

Bara melongok bungkusan jajanan dan berkata, “Ini enggak banyak. Malah masih kurang. Ini sebagai tenaga buat kangen Ibu.”

Setelah makan malam dengan steak enak, Bara tak datang beberapa hari. Sepertinya wisuda itu membuat Bara sedikit sibuk. Dul merindukan ibunya dan Bara. Tiap perasaan itu menyusup, ia membongkar plastik jajanannya. Ia ingin menambah tenaga dengan memilih beberapa bungkus sebagai modalnya merindukan mereka.

Dan beberapa hari ke depan itu, Dul dibingungkan dengan sikap Mbah Wedok dan Mbah Lanang yang saling diam. Mbah Wedok hanya bicara seperlunya dan Mbah Lanang menyahutinya pendek-pendek. Sampai suatu pagi Mbah Wedok pulang dengan belanjaan yang sedikit banyak di tangannya.

“Mau masak enak? Belanjaannya banyak,” ucap Dul, berjongkok di sebelah Mbah Wedok yang sedang membongkar belanjaan.

“Mbah belanja pakai uang yang dikasi ibumu. Uang yang dititipin untuk pentas seni kemarin masih ada. Enggak jadi dipake.”

“Jadi, masak enak ….” Dul bersikukuh sampai Mbah mengakui bahwa hari itu akan memasak enak.

“Mbah mau masak buat ibumu. Nanti Mbah Lanang yang anter,” ujar Mbah Wedok.

“Nganter buat Ibu? Memangnya Ibu udah pulang dari luar kota?”

Kalau udah pulang kenapa enggak liat aku ke sini?

“Siapa yang bilang Ibu di luar kota?”

“Om Bara bilang Ibu kerja di luar kota. Sebentar lagi pulang,” jawab Dul.

Mbah Wedok diam beberapa saat. “Ibu baru pulang dari luar kota, tapi masih sibuk. Minta dimasakin sama Mbah Wedok. Makanya hari ini masak sedikit istimewa. Kamu belum boleh ikut. Nanti Ibu yang dateng ke sini. Sabar, ya ….”

“Sebentar lagi, ya …. Ya, udah. Aku sabar. Om Bara juga bilang aku mesti sabar,” gumam Dul.

Sebelum tengah hari, Mbah Wedok sudah menyusun lauk-pauk di rantang empat tingkat. Isinya penuh. Dari isi rantang itu Dul bisa menilai kalau Mbah Wedok juga rindu ibunya.

Kayaknya Ibu memang sekali-kali perlu ngambek biar dimasakin enak ….

Pagi itu Mbah Lanang baru kembali subuh-subuh dari warung. Dul yang membukakan pintunya karena ketukan keras itu sudah pasti ia yang mendengarnya lebih dulu. Mbah Wedok mendekati Mbah Lanang dan mengguncang bahunya. Saat terbangun, wajah Mbah Lanang seketika masam. Cemberut. Mungkin sedikit kesal karena sedang enak-enaknya tertidur malam dibangunkan. Dul sudah bersiap menyingkir seandainya kedua mbahnya bertengkar.

Namun, melihat Mbah Wedok menjinjing rantang berisi makanan untuk ibunya, ia menaruh harapan kalau Mbah Lanang mau mengantarkan rantang itu. Lalu Mbah Wedok berbicara bahasa yang tidak dimengerti Dul.

“Pak, aku ora tau njaluk opo-opo marang sampeyan. Suwene iki aku dadi ibu sing elek kanggo Dijah. Aku wis umyek banget ngerteni wateke sampeyan ngasi aku ora nggatekake anakku sing butuh ibu. Aku egois. Aku mung njaluk barang sing pungkasan. Dijah saiki bene di openi Bu Widya meneh. Aku ora ngerti kapan dhekne iso mbalek meneh koyo mbiyen. Aku bar masak. Tulung wenehke Dijah."

(Pak, aku nggak pernah minta apa-apa sama kamu. Selama ini aku sudah jadi ibu yang enggak baik untuk Dijah. Aku terlalu sibuk memaklumi sifat kamu sampai mengabaikan anakku yang membutuhkan sosok ibu. Aku egois. Aku mau minta hal terakhir. Dijah sekarang dirawat Bu Widya lagi. Enggak tau kapan dia bisa kembali kayak dulu. Aku ada masak. Tolong anterin ke Dijah.)

Usai mengatakan hal itu, Mbah Wedok meletakkan rantang di dekat Mbah Lanang, lalu masuk ke kamar. Dul duduk bersandar di dinding memperhatikan Mbah Lanang yang sedang menatap rantang seraya menggaruk-garuk kepalanya.

Tak lama, Mbah Lanang mandi dan berpakaian rapi. Dul terkesima melihat Mbah Lanang-nya ternyata bisa tampil serapi dan seganteng itu. Saat melewatinya di depan televisi, Mbah Lanang tak mengatakan apa pun. Dul hanya melihat punggungnya keluar pagar dan menenteng rantang. Entah kenapa, dengan kemeja lengan panjang dan bercelana bahan, Mbah Lanang hari itu terlihat gagah.

Dul sedang duduk di tembok luar pagar saat Mbah Lanang terlihat di kejauhan. Ternyata mengantar makanan untuk ibunya tidak membutuhkan waktu lama. Mbah Lanang sudah kembali lewat tengah hari.

“Udah ketemu Ibu, Mbah?” Dul bangkit dari tembok dan menjajari langkah Mbah Lanang masuk ke rumah.

“Udah,” sahut Mbah Lanang.

“Ibu enggak nanyain aku?” tanya Dul lagi. Kali ini ia ikut duduk di sebelah Mbah Lanang yang tengah meluruskan kakinya.

Mbah Lanang tak menjawabnya sama sekali. Tatapan pria itu sedang menatap dinding kamar di seberang mereka.

"Dadi wong tuwo, gagal mung sepisan. Tapi anak kelingan saklawase. Aku ora ono kanggone, mulane Dul … Dijah ibumu, nganggem ora ono keluarga . Ning Dul, eling-elingen, Dijah ibumu, kui dudu cah duroko ... mboten ... mboten duroko. Pambekten marang wong tuwo ono watese, Dul. Matur nuwun marang Gusti Allah, Le, ibumu ora koyo simbah. Turutono ibumu, ya, Dul. Turutono."

(Jadi orang tua, gagalnya sekali. Tapi anaknya bakal ingat seumur hidup. Peranku enggak ada, makanya Dul … Dijah enggak pernah menyebut punya keluarga. Dijah bukan anak durhaka. Karena bakti pada orang tua memang ada batasannya. Bersyukur karena ibumu enggak meniru aku. Nurut sama ibumu ya Dul ….)

“Mbah, ngomong apa?” Dul tak mengerti tapi Mbah Lanang tak menjawab. Pria tua itu menoleh sejenak untuk menatapnya. Mengusap kepalanya sekali, lalu menarik sebuah bantal dari atas kasur tipis yang biasa ditempatinya. Mbah Lanang kembali tidur siang masih dengan berpakaian rapi.

Itu adalah kali terakhir Dul melihat Mbah Lanang duduk dan berbicara. Karena pria yang biasa mengantarkannya ke sekolah akhir-akhir ini, tak pernah terbangun dari tidurnya.

To Be Continued

1
Esther Lestari
Dayat sama Mima itu.....wah bakalan heboh kalau keluarga mereka tahu
💜Bening🍆
baca ulang novel ini entah ke brp... novel pk dean winarsih.. novel Bara dijah... tini suketi bisa mengulang puluhan kali.. tp utk ngulang baca dul ini bener2 berat.... apa lg di bab dul yg awal2 ini.. bener2 nangis sepanjang baca ceritanya....😭😭 melownya dul nyampe bener di aku... perasaan tak berarti dlm keluarga sendiri... perasaan tersisihkan...berbeda n terasa asing dlm keluarga sendiri itu sakit...
Jeong Nari
wajib di bacaa karya-karya dari author juskelapa, semua cerita menarik, bagus,nggak bosenin, dan paling penting selalu ingin balik buat baca karya-karya itu meski udah di baca berulang kali,terimakasih Author sudah menciptakan karya yg sangat bagus❤
Esther Lestari
baca ulang....masih saja mewek😭
Gipari Alwahyudi
/Facepalm/
Arieee
asli ngakak🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Arieee
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣ngakak so hard
Arieee
your eyes dan ndasmu🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Cen Mei Ling
idola saya banget kk @jus kelapa 🥰🥰 Mungkin banyak yg bisa mengarang, tapi jadi penulis dan penutur bahasa yang bisa mengharu birukan benak pembaca itu sungguhhhh SESUATU 👍🥰 Dengan bahasa yang mengalir lancar, diselipkan celetukan kocak yang bikin ngakak, itu ciri khas kk yg ga bisa ditiru orang lain. Semangat terusssss kakakkkk ❤️❤️ Doa kami besertamu, cepat sehat dan terus berkarya 🙏🙏 luv u
🇮🇩 F A i 🇵🇸
Entah lamaran atau apa...
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Ku menangis.... 😭😭😭 Pdhal udah entah ke sekian kalinya baca. Tapi sllu aja mewek... 😭😭😭
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Kalo AQ dikrmi pesan begitu lgsg jwb "Alhamdulillah lepas beban terberatku." Hbs itu lgsg Blokir. 🤣🤣🤣
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Gak brenti ngekek otomatis. Si Robin bnr2 bisa menghidupkan suasana seAmvuradul apapun. 🤣🤣🤣
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Duuuuuuuh... Udah berulang kali baca tetep aja mewek... 😭😭😭
🇮🇩 SaNTy 🇵🇸
Membaca ulang kisah DUL dr awal dengan teliti...
Bee_
🤣🤣🤣🤣
Bee_
harus babu banget ya ni🤣
Bee_
hayoloh🤣
Bee_
bin batalin niat kau🤣
Bee_
aakhh Dul ku sekarang sudah besar😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!