Terkenal playboy dan sering bergonta-ganti pasangan membuat Dokter Willy mendapat pandangan buruk dari orang-orang.
Suatu hari ia jatuh cinta kepada Elsa, seorang gadis bungsu yang memiliki tiga kakak lelaki posesif dan cemburuan.
Mampukah si Playboy Willy meluluhkan ketiga kakak Elsa?
IG otor : KOLOM LANGIT
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tetap Saling Menjaga
"Aku tidak pernah membayangkan sebelumnya akan sesakit ini. Awalnya aku pikir semua akan berlalu seiring berjalannya waktu. Tapi ternyata aku salah, semakin lama rasanya semakin sakit.” Elsa meraih secarik kertas kusut di lantai—yang telah disatukan kembali setelah sobek. Ia letakkan di dadanya, memeluk kertas itu.
Evan meraih surat itu dari tangan Elsa dan membacanya. Wajah yang tadinya datar itu berubah iba menatap Elsa. Melalui surat itu, Evan akhirnya mengerti tentang apa yang terjadi pada adik kembarnya.
"Ini adalah tulisan tangan Kak Dimas."
“Aku tidak pernah tahu sebelumnya tentang perasaan yang dia miliki untukku. Aku pikir semua bentuk perhatiannya hanyalah karena dia menganggapku seperti adiknya. Pertama kali bertemu dengannya, aku merasa sedikit takut, entah kenapa. Tapi kemudian perasaan takut itu berubah. Saat dia menikah dengan wanita lain, aku masih bisa menerimanya, karena aku pikir hanya aku saja yang memiliki perasaan itu. Tapi suatu hari dia mengalami kecelakaan dan kritis, Kak Anita mendatangiku dan memberikan surat itu. Dia bilang, dia akan melepas Kak Dimas untukku. Tapi bagaimana aku bisa menjadi pemisah untuk dua orang yang telah menikah. Aku melakukan dosa besar, sempat cemburu dan menyebabkan mereka kehilangan anaknya.”
Elsa mengenang kejadian lebih dari satu tahun lalu dalam ingatannya, saat dimana wanita bernama Anita menyelamatkannya dari maut, yang akhirnya membuat wanita itu mengalami pendarahan dan kehilangan calon buah hatinya.
“Sejak kejadian itu, aku memutuskan menyimpan perasaanku sendiri dan merahasiakannya dari siapapun. Dengan harapan aku akan segera melupakannya. Tapi ternyata begitu sulit. Semakin lama aku merasa semakin sakit. Melihat orang yang kau cintai bahagia bersama orang lain bukan hal mudah. Sampai suatu hari aku gelap mata dan mau mengakhiri hidupku dengan melompat dari jembatan. Saat itulah aku bertemu dengan Dokter Willy untuk pertama kalinya. Awalnya aku hanya memanfaatkannya untuk melupakan rasa sakitku. Tapi kenyataannya aku malah merasa lebih sakit.”
Evan meraih jemari Elsa. Ia mencoba menguatkan dengan mengeratkan genggaman tangannya. Malam itu Elsa melepaskan seluruh beban di pundaknya dengan bersandar pada Evan.
“Kenapa kau menyimpan luka mu sendiri? Kau bisa kan, ceritakan padaku. Bukankah aku adalah kepingan dari dirimu. Kita sudah bersama sebelum terlahir, tumbuh di dalam plasenta yang sama. Lalu kenapa kau masih mneyembunyikan sesuatu dariku?”
“Karena kau akan memberitahu Kak Zian dan dia akan merasa bersalah. Kau dan Kak Fahri akan menyalahkan Kak Zian karena sudah meminta Kak Dimas menikahi Kak Anita. Dan kalian akan terpecah hanya karena aku.”
Membayangkan ketiga kakaknya akan saling menyalahkan, kedua bola mata Elsa mulai berkaca-kaca. Sesuatu yang paling tidak ia inginkan di dunia ini adalah perpecahan ketiga saudaranya. Maka memilih diam dan mengubur semua luka hatinya adalah yang terbaik dalam pandangannya.
“Itu tidak akan terjadi, Elsa—” Evan berusaha meyakinkan bahwa apapun tidak akan bisa memecah mereka. "Apapun yang terjadi kita berempat akan selalu saling menjaga dan tidak akan pernah terpecah."
Pandangan Elsa kini mengarah pada Evan, seolah meneliti ke dalam mata saudara nya itu. “Bukankah kau juga menutupi lukamu untuk menjaga perasaan Kak Zian?” Ucapan Elsa membuat kerutan di alis Evan.
“Apa maksudmu?” tanya Evan seakan tak mengerti. Padahal ia tahu dengan benar apa maksud Elsa.
“Aku tahu apa yang kau rahasiakan selama ini. Demi menjaga persaudaraanmu, kau menutupi perasaanmu.”
Evan menyahut dengan kediaman. Perasaan sakit yang selama bertahun-tahun hanya ia tumpahkan pada si sulung Fahri ternyata juga disadari oleh Elsa. “Bagaimana kau tahu tentang itu.”
“Aku melihatmu menangis di hari pernikahan Naya," jawabnya. "Evan, bagaimana kau bisa menutupi perasaanmu dengan sempurna? Apa kau tidak merasa sakit memendamnya selama ini?”
Mendengar pertanyaan itu Evan hanya tersenyum tipis, namun ada cairan bening yang menggenang di bola matanya. “Elsa … Cinta itu tidak harus memiliki, kan? Naya sembuh dan menjalani hidupnya dengan bahagia saja sudah cukup bagiku. Aku bisa mengawasinya dari jauh dan menjadi temannya. Tidak masalah kalau dia milik Kak Zian.”
Ia mengusap ekor matanya, dimana air mata hampir menetes di sana. Akan sangat memalukan jika seorang pria menangisi wanita, namun perasaan tetap tidak dapat berbohong, bahwa ia merasa sakit setiap kali melihat kemesraan Naya dan Zian. Evan pun bercerita tentang pertemuan pertamanya dengan Naya dan juga hal yang membuatnya jatuh cinta pada kakak iparnya itu.
“Bagaimana kalau kita membuat janji baru,” tawar Evan.
“Janji apa?”
“Bahwa Kak Zian tidak akan pernah tahu rahasia ini. Kita akan menyimpannya sendiri. Waktu pasti akan menyembuhkan luka kita. Kau tau kan, betapa Kak Zian sangat sayang pada kita. Dia akan merasa bersalah kalau tahu. Walaupun sebenarnya ini bukan salahnya. Kak Zian pasti tidak tahu tentang perasaanmu pada Kak Dimas, sehingga memintanya menikahi Kak Anita. Sedangkan aku ... semuanya adalah kesalahanku sendiri, karena mencintai istri orang.”
Elsa menganggukkan kepalanya. “Ya, aku mengerti.”
Tanpa disadari oleh Elsa dan Evan, ada sepasang mata yang telah berair, sejak tadi menatap mereka dari balik pintu. Tidak pernah dibayangkan oleh Zian sebelumnya, bahwa dirinya akan menjadi penyebab patah hati bagi kedua adik kembarnya. Berusaha menjadi seorang kakak yang sempurna nyatanya tidak membuat dirinya luput dari kesalahan. Bahkan ia tidak pernah menyadari tentang Evan yang memendam cinta untuk Naya. Dan Elsa yang menutupi sakitnya dengan berpura-pura ceria di depan semua orang.
Laki-laki itu kembali melirik ke dalam sana dimana Elsa dan Evan saling mengusap air mata kesedihan. Berpelukan dan saling menguatkan.
Bagaimana bisa aku tidak menyadari perasaan mereka?
🍁🍁🍁🍁🍁
Gak minta vote
yang penting ramein Like dan komen ajahhh walaupun ceritanya gak menarik😂
pingin tau aja temannya dokter Allan sperti apa...😍
jdi aku seneng banget bacanya 🥰