" kita ngomong pake bahasa kalbu sayang" ucapnya dengan tangan terulur memegang dagu ku, " cup" sekali lagi Adi Putra mencium bibirku.
Biar sekilas aku sudah seperti orang mabok minum tuak tiga jerigen, " kamu nggak bisa menolak sayang" katanya masih menghipnotis.
Aku seperti kembali tersihir, habis-habisan Adi Putra melumat bibirku. Herannya walau tidak mengerti cara membalas aku malah menikmati kelembutannya.
" Hey... son belum waktunya" suara teguran itu membuat Adi Putra berhenti m3nghi$4p bibirku, sedang aku tegang karena malu dan takut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ELLIYANA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#23
Aku tidak tahu harus menyikapi bagaimana, sebagian hati ku tidak tega melihat nya bersedih cukup lah yang dulu dulu saja sedihnya.
Di masa sekarang aku hanya ingin melihat nya tersenyum bukan bersedih, ingat hasil dari salat malam ku rasa Allah sudah memberi petunjuk.
Di tambah mimpi lagi walau tidak yakin aku tetap menganggap itu ijin dari yang kuasa tidak mungkin aku ketemu sama Adi Putra sampai di alam mimpi apakah itu suatu pertanda dia memang yang di tunjuk, aku tidak paham.
Ya semoga fikiran ku benar, bagaimana pun mimpi ku cuma ingin sukses demi membahagiakan ibu. Bisa jadi kesuksesan yang diraih bukan dari hasil kerja keras ku melainkan dari doa sebagai istri yang Solehah.
Pagi-pagi otak ku penat, aku harus mengambil keputusan bukan cuma untuk aku tapi untuk ibu juga.
Kalau pernikahan ini yang membuat ibu bahagia kenapa harus ku tolak, dengan cepat aku mengambil keputusan walau sebenarnya jauh di dasar hati aku masih berharap ini hanya mimpi buruk.
" Bu Tiara siap kok" ucap ku.
Ibu menatap ku seperti mencari keyakinan dari keputusan ku, " Tidak kalau kamu terpaksa lebih baik nggak usah " jawab ibu, bikin aku bengong nggak ngerti bagaimana jalan fikiran ibu.
Ibu menatap wajah ku, dalam tatapan matanya aku bisa menangkap ada kekhawatiran dan harapan besar.
Entah apa yang di khawatirkan dan harapan besar itu apa aku juga kurang nalar.
Yang jelas aku tidak mau lihat ibu sedih karena cuma dia yang aku miliki di dunia ini, " Buk Tiara siap kok nikah" ucapku kali ini penuh kepastian.
" benar tekat kamu sudah bulat?" tanya ibu lagi dan aku menjawab dengan anggukan pasti.
" Ya sudah" jawab ibu tiba-tiba bangun dan dapat ku lihat senyum tersungging di wajahnya.
" huh...dasar ibu" desah ku dalam hati.
Teringat belum shalat subuh, aku buru-buru turun dari tempat tidur menuju kamar mandi. Sialnya tamu bulanan ku datang sebelum tanggalnya, shalat subuh ku gagal karena aku kedatangan haid.
Memang tidak nyeri tapi bawaan nya males, karena hari masih gelap aku kembali ke atas tempat tidur.
Aku berbaring dengan posisi telentang, fikiran ku melayang kesoal pernikahan. Sekuat apapun egoku tetap aku bukan benda mati yang saat di sentuh tidak merasakan apa-apa.
Aku teringat sentuhan Adi Putra dan anehnya lagi kok bisa aku membedakan mana yang lebih memabukkan sentuhan Adi Putra atau mas Adi.
Mataku terpejam saat merasakan sensasi yang mengalir begitu saja, kalau mas Adi cendrung kasar menggebu gebu. Adi Putra beda dia lebih lembut dan mendominasi hingga lawan tidak bisa berkutik berakhir pasrah.
Duh otakku sengklek kenapa jadi fikiran mesum terus sih, ini gila. aku bangun dan turun dari tempat tidur, Ku sibak gorden sinar matahari kekuningan menembus dinding kaca jendela kamar.
Otak ku masih di kuasai virus si Adi Putra, lama lama aku bisa ges trek mending kejain yang perlu di kerjain dari pada mikir yang enggak enggak.
Aku ke dapur dan melihat ibu yang sedang sibuk ngeracik bahan makanan.
" ibu mau buat apa?" tanyaku setelah sampai di samping nya.
" ibu mau bikin nasi goreng spesial buat calon mantu" jawab nya ful senyum demi apa ucapan ibu buat perut ku mendadak mules pengen buang angin
" sebentar Bu" ucap ku yang udah nggak tahan langsung kabur ke kamar mandi dapur rasanya udah di ujung banget.
beneran sampai di kamar mandi aku kentut, heran aja kok bertepatan ya apa mungkin karena aku belum terlalu bisa menerima kehadiran Adi Putra.
Tapi masa iya ibu ngomong gitu reaksi tubuh ku langsung sesak kentut, aku menggaruk kepala yang nggak gatal rasanya pengen ngakak ancur.
Aku keluar dari kamar mandi, " Tiara sana kamu siap-siap sebentar lagi Adi Putra jemput kamu" kata ibu.
" Kok sama dia sih bu " protes ku tanya ku karena semalam mamanya yang mau pergi.
" Iya mamanya mendadak ada urusan, jadi kalian lah yang pergi" jawab ibu .
" Is.." desahku cuma di bibir, dengan malas aku kembali ke kamar.
Sebenarnya aku males banget, tapi demi ibu ok lah fikirku.
Aku mandi membersihkan diri lalu memakai kemeja longgar sebagai atasan yang aku padukan dengan jeans cutbray.
Aku hanya memakai bedak bayi, sengaja aku nggak dandan biar keliatan jelek dan berharap Adi Putra ilfil lalu nikah nya batal deh...tapi dasar aku nya yang lupa Adi Putra itu udah pernah liat aku mewek jelek.
Huf ..Ku pindai penampilan ku di depan cermin, ya cukup lah untuk hari ini begini saja fikirku lalu keluar dari kamar.
Baru juga buka pintu, " selamat pagi sayang" ucap Adi Putra, deg...hampir drop aku. mukaku langsung pias karena terkejut.
" apaan seh...plak" spontan aku memukul lengannya.
" Buk Tiara kdrt " ucapan dengan suara keras sengaja mengadu sama ibu.
" Tiara..." ku dengar suara ibu memanggil namaku.
Aku jengkel setengah mati, udah mod ku jelek tambah jelek lagi sekarang. Adi Putra kebangetan dan ibu jugak kenapa malah kasih tau dimana kamar ku apa sengaja biar cepat dapat cucu.
" glek..." gara-gara mikir itu aku keselek ludah ku sendiri, untung udah sikat gigi huh dasar Adi Putra sompret bikin aku pengen Jambak jambak.
" Minggir" kataku, karena Adi Putra menghalangi tepat di depan pintu.
" Sun dulu" ucap nya nyebelin banget, rasanya pengen aku getok kepalanya biar waras jangan gila dia nggak tau apa udah bikin jantung ku empot-empotan nggak karuan.
" Ayolah sayang cium suami ibadah tau" ucapnya lagi tampa canggung malah menyodorkan pipi nya ke depan muka ku.
Ya Tuhan badan ku langsung panas dingin kalau boleh aku pengen cakar tuh pipi, " jangan mulai deh.." ucapku reflek menolak dadanya.
Untung dia nggak nyadar pergerakan ku, begitu Adi Putra bergeser dua langkah kebelakang, aku langsung keluar tampa menutup pintu kamar.
Aku jalan cepat menuju dapur, pagi pagi Adi Putra udah bikin aku sesak nafas, lama lama dekat dia takutnya aku malah kena serangan jantung.
" Mana Adi?" tanya ibu begitu aku muncul.
Aku menoleh kebelakang, benar Adi Putra nggak ada dan saat itu juga aku baru ingat lupa menutup pintu kamar.
" sebentar bu" jawab ku langsung berbalik, benar pintu belum aku tutup Adi Putra ada di dalam kamar ku. Entah apa yang di lihat, kedua tangan nya berada dalam saku dan kulihat dia seperti sedang mengamati setiap sudut.