NovelToon NovelToon
Cerita Di Balik Luka

Cerita Di Balik Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / PSK
Popularitas:11.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nita.P

Dibalik cerita kelam dan kesalahan besar, ada luka yang tersembunyi mencari kesembuhan.

"Aku membelimu untuk menjadi wanita bayaranku seorang!" -Bara-

"Pilihanku menerima tawaranmu, dan perasaanku adalah resiko dari pilihanku sendiri " -Shafa-

*

Hanya seorang gadis yang terjebak dalam dunia malam hanya untuk pengobatan Ibunya. Lalu, bertemu seorang pria kaya yang membelinya untuk menjadi wanita bayaran miliknya seorang. Bisa terlepas dari dunia malam saja, dia sudah bersyukur dan menerima tawaran itu.

Namun, sialnya dia salah melibatkan hati dan perasaan dalam situasi ini. Mencintai pria yang membayarnya hanya untuk pemuas gairah saja.

Di saat itu, dia harus menerima kenyataan jika dirinya harus pergi dari kehidupan pria itu.

"Aku harus kembali pada istriku"

Dengan tangan bergetar saling bertaut, dada bergemuruh sesak dan air mata yang mulai menggenang, Shafa hanya mampu menganggukan kepalanya.

"Ya, aku akan pergi dari kehidupanmu"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Foto Bersama

Sebuah buket bunga besar berada di hadapannya sekarang. Shafa hampir tidak menyangka tentang itu, ketika Bara datang di hari kelulusannya. Dengan tangan bergetar, Shafa menerima buket bunga itu. Air mata sudah menggenang, seperti awan mendung yang siap menurunkan percikan air hujan dengan deras.

"Selamat atas kelulusanmu"

Shafa mengangguk dengan air mata yang mengalir deras. Shafa usap dengan kasar air mata yang terus mengalir itu. "Terima kasih karena sudah hadir"

Bara mengangguk, dia mengusap air mata Shafa dengan lembut. Ini seperti hal yang tidak sesuai dengan bayangannya, Shafa yang hanya sendiri, hadir tanpa polesan makeup hanya menggunakan bedak tipis yang luntur dengan air mata dan lipstik saja. Sungguh Bara tidak pernah membayangkan jika penampilan Shafa jauh dari ekspetasinya. Bahkan wajahnya malah terlihat kusut, bukan sebuah kebahagiaan yang jelas terpancar.

"Kau sendirian?"

Shafa mengangguk, dia tersenyum di sisa isak tangis yang tidak bisa di hentikan. "Aku tidak punya siapa-siapa untuk hadir di acara seperti ini"

Bara mengerutkan keningnya, merasa ucapan Shafa cukup janggal baginya. "Dan keluargamu? Kemana mereka?"

Shafa hanya tersenyum saja, sama sekali tidak berniat menjawab atau menjelaskan bagaimana keluarganya yang memang dia hanya punya seorang Ibu yang sekarang dalam keadaan gangguan jiwa.

"Boleh kita foto bersama?" tanya Shafa.

Bara mengangguk, dia mendekat pada Shafa dan fotografer itu langsung mengarahkan lensa kamera ke arah mereka. Kali ini senyuman Shafa lebih bersinar dari sebelumnya. Dalam kamera ini terlihat Shafa yang tersenyum lebih bahagia.

"Tunggu sebentar, fotonya akan segera jadi"

"Iya, terima kasih ya Mas"

"Iya Nona"

Shafa membawa Bara ke sebuah kursi tamu. Dia tidak lagi merasa sendiri di hari spesial ini. Menatap bunga di tangannya yang terlihat indah, mencium aroma wangi segar dari bunga ini. Shafa masih tidak menyangka akan mendapatkan buket bunga sebesar ini.

"Terima kasih ya" ucap Shafa dengan suara lirih, dia menoleh dan menatap Bara sambil tersenyum. "Hari kelulusan aku lebih baik karena kamu hadir. Setidaknya ada yang hadir untuk aku"

Tatapan Bara begitu lekat, entah kenapa hatinya bergetar mendengar ucapan Shafa barusan. Kenapa dia terlihat sangat menyedihkan. Dan aku benar-benar kasihan padanya. Gumamnya dalam hati, tapi benarkah hanya sebuah rasa kasihan? Bahkan Bara mempertanyakan tentang itu.

"Bara" panggil Shafa dengan suara rendah, membuat Bara mengangkat alisnya sebagai tanda tanya. Menunggu kata selanjutnya. "Aku tidak pernah berniat untuk membuat Aura celaka seperti kemarin. Maaf atas apa yang terjadi kemarin. Aku juga tidak tahu kenapa tiba-tiba Aura drop seperti itu. Sekali lagi, aku minta maaf"

Kepalanya menunduk, dadanya terasa cukup sesak. Mengingat jika sebenarnya hanya Aura yang paling berarti dalam hidup Bara. Sementara dia yang baru bersamanya tiga bulan ini, hanya seorang wanita bayaran yang sama sekali tiada artinya.

"Semuanya sudah berlalu, keadaan Aura juga kembali stabil. Kau tidak perlu merasa bersalah lagi" ucap Bara, mengelus lembut kepala Shafa.

Shafa menoleh, menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Dadanya berdebar kencang. Seharusnya kamu tidak seperti ini, jika tidak ingin perasaanku semakin meluap. Hatinya berteriak ingin sekali mengungkapkan tentang rasa yang ada, namun sayangnya semua itu harus Shafa tahan.

*

Sebuah foto wisuda dengan buket bunga besar, Shafa menatap foto itu dengan senyuman tiada henti. Memasangnya dalam bingkai dan memajangnya di atas nakas kamar.

"Ini akan menjadi kenang-kenangan terindah sampai kapanpun"

Shafa memasukan foto itu ke dalam tasnya, lalu dia pergi. Hari ini ingin menemui Ibunya dan menunjukan hasil kerja kerasnya menempuh pedidikan selama ini. Meski banyak sekali rintangan, meski bisa di bilang biaya kuliah yang dia gunakan adalah hasil uang yang tidak baik. Tapi, setidaknya hanya ini yang bisa Shafa perjuangkan dalam sisa hidupnya.

"Lihat deh Bu, ini adalah pria yang menyelamatkan Shafa dari dunia malam itu. Tampan 'kan? Shafa jatuh cinta padanya, meski sedikit kasar, tapi dia begitu peduli pada Shafa. Banyak kepedulian dan perhatian yang dia lakukan pada Shafa. Rasa kesepian Shafa sedikit terobati dengan hadirnya dia, Bu"

Shafa terus bercerita sambil menunjukan foto dirinya dan Bara saat Wisuda kemarin. Melihat Ibu yang memegang figura foto itu dan tersenyum. Meski tatapannya masih kosong, tapi senyuman Ibu begitu berarti bagi Shafa.

"Bu, cepat sembuh ya. Shafa butuh Ibu"

"Shafa, anakku" lirihnya sambil mengelus foto bagian Shafa di dalam bingkai. "Ini anakku, Shafa"

Shafa mengangguk dengan air mata yang ikut menetes. Padahal jelas saat ini Shafa berada di sampingnya, tapi Ibu masih belum merespon keberadaan Shafa dan malah fokus pada foto di tangannya. Tapi, melihat Ibu bisa mengingatnya saja, sudah cukup bagi Shafa.

"Iya Bu, ini Shafa"

"Anakku cantik sekali"

Shafa terisak pelan, menghapus air matanya dengan kasar. Memeluk Ibunya dengan erat dari samping. Menyandarkan dagunya di bahu Ibu.

"Hiks.. Iya Bu, ini Shafa"

"Shafa, kamu anak yang kuat Nak. Kamu hebat, tidak seperti Ayahmu yang lari dari tanggung jawab. Kamu bisa hidup tanpa Ayahmu, Shafa"

Shafa terdiam, tangisannya semakin kencang mendengar ucapan Ibu. Melihat tatapannya yang masih kosong dan hanya tertuju pada figura foto saja.

"Memangnya Ayah Shafa masih hidup, Bu?"

Ibu mengangguk dengan pelan, tangannya sibuk mengelus bagian foto Shafa di dalam bingkai. "Dia bukan orang biasa, sehingga akan sangat malu jika tahu mempunyai anak lain dari perempuan sepertiku"

Shafa semakin erat memeluk Ibunya, dia mengerti apa maksud dari Ibu. Perempuan sepertinya, adalah perempuan yang berkecimbung dalam dunia malam seperti halnya Shafa.

Mungkin semua pria juga tidak akan pernah mau mengakui seorang anak yang terlahir dari wanita kotor seperti kita, Bu. Hiks.."

Tidak pernah ingin tahu apapun tentang Ayahnya, tapi mendengar ucapan Ibu, Shafa cukup tahu saja jika Ayahnya memang masih hidup. Tapi, dalam hatinya tidak akan menginginkan untuk bertemu dengannya.

Pulang bertemu Ibu, Shafa kembali ke Apartemen. Menyiapkan makan malam, entah kenapa dia berharap sekali Bara akan pulang sebelum makan malam hari ini.

"Selama bersamanya, aku belum pernah makan malam bersama dengannya"

Setelah selesai memasak, Shafa mencoba mengirim pesan pada Bara agar pulang untuk makan malam bersama. Bahkan dia juga mengirimkan foto makanan yang sudah dia buat.

"Belum di baca, mungkin dia sedang sibuk. Semoga nanti dibaca"

Harapan masih begitu besar, menunggu Bara di meja makan dengan makanan yang sudah tersaji di atasnya. Melirik jam yang terus berputar, detik jarum jam terdengar nyaring di dalam ruangan yang hening ini.

Menoleh ke arah pintu menunggu seseorang datang membukakan pintu. Shafa terus menunggu, sesekali mengecek ponselnya juga. Pesan yang dia kirim belum juga terbaca oleh Bara.

"Apa yang kamu harapkan Shafa? Dia pasti menemui istrinya sekarang, mungkin malam ini tidak akan pulang lagi"

Hembusan napas lelah, akhirnya mengakhiri penantiannya. Dia berlalu ke kamar tanpa berniat menunggu lagi kehadiran Bara malam ini.

Bersambung

1
Aras Diana
lanjut thor
Milla
G thorr g ada aku nabung bab percaya deh ✌️ aku tu malah nungguin othor up karena g sabar sama kelanjutan cerita shafa 🥺 sedih deh jadi seorang shafa 🥺 semangat up ya thorrrr 💪🌹
dika edsel
dia kan labil mak..udah gitu si bara juga udah terkena aura mistis..,noh buktinya dia ter aura aura sampe saat ini..
A.M.G
penasaran pov aura kok bisa dia ngaku ngaku jadi shafa
suryani duriah
🤧🤧🤧
edelweis🌻
klu shafa sdh pergi baru sadar bara siapa yg sbnarnya d cari selama ini
ken darsihk
Semangat thor nggak sempet nabung bab thor , karena bab selanjutnya selalu di tunggu
Aras Diana
lanjut thor
🌷Vnyjkb🌷
aku spi bab ini jg bingung kak ( masih ),,, blm ada hilal tujuan bara, jg aura yg koma, makanyaaaaa kukejarrrrr trs lanjutannya kak, gak kutabung,, lg butuh soalnya,,🤭🙏🙏🤣🤣😍😍💪💪💪💪💪
A.M.G
semangat
A.M.G
sakit banget jadi shafa 😭😭😭😭
A.M.G
hadeh salah paham 😔😔😔
A.M.G
🤣🤣🤣🤣 kasian aaa kasian saatnya hukum kurma
A.M.G
curiga si bara bere salah orang 🤣🤣
A.M.G
kok curiga aura masih saudara seayah sama shafa ya 😏😏😏
A.M.G
😭😭😭😭😭😭😭😭
A.M.G
tapi othornya ya kan 🤭💉💉
A.M.G
semangat
A.M.G
kira kira kalo tau bara bakalan kasian gak ya
A.M.G
kasian banget jadi dia😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!