NovelToon NovelToon
Dua Hati Satu Takdir

Dua Hati Satu Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Cinta setelah menikah / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Dinar

Ketika cinta dan takdir bertemu, kisah dua hati yang berbeda pun bermula.
Alya gadis sederhana yang selalu menundukkan kepalanya pada kehendak orang tua, mendadak harus menerima perjodohan dengan lelaki yang sama sekali tak dikenalnya.

Sementara itu, Raka pria dewasa, penyabar yang terbiasa hidup dengan menuruti pilihan orangtuanya kini menautkan janji suci pada perempuan yang baginya hanyalah orang asing.

Pernikahan tanpa cinta seolah menjadi awal, namun keduanya sepakat untuk menerima dan percaya bahwa takdir tidak pernah keliru. Di balik perbedaan, ada pelajaran tentang pengertian. Di balik keraguan, terselip rasa yang perlahan tumbuh.

Sebab, cinta sejati terkadang bukan tentang siapa yang kita pilih, melainkan siapa yang ditakdirkan untuk kita.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Malam ini setelah makan makan bersama di kediaman Harun, dengan formasi lengkap karena Alya telah kembali dari dinas luar kotanya. Harun meminta sang anak lelaki Fahri untuk menemuinya di ruang kerja, sang anak yang merasa ada yang aneh kini jiwa ingin tahunya mulai meronta.

Fahri duduk dihadapan sang Ayah dengan sedikit gusar, jika biasanya mereka akan menghabiskan waktu bersama dengan menonton bola ataupun memancing bahkan kegiatan lainnya. kini justru berada disebuah ruangan yang cukup dingin, dengan suasana dan kondisi hening. Menciptakan ketegangan.

Harun yang terlihat menampilkan wajah yang serius, nafasnya terdengar dalam dan berat.

" Fahri...." nadanya cukup tenang dan pelan hanya saja ada yang aneh, jika biasanya ia dipanggil " Adek" sekarang panggilan itu berubah. Tapi bukankah memang benar jika itu namanya mengapa harus dipermasalahkan bukan?

" I..iya Yah, apa apa Ayah mengajakku kemari?". Dengan sedikit ragu Fahri mencoba memberanikan diri untuk bertanya.

Harun memijat sedikit pelipisnya, mengusap tengkuknya yang terasa tegang kali ini.

" Ada yang ingin Ayah bicarakan, hanya saja Ayah berharap kamu tidak salah paham. Tanyakan apa yang nantinya ingin kamu tanyakan, dan pahami setiap kata yang keluar dari mulut Ayah". Kini tatapan keduanya bertemu.

" Apakah aku membuat kesalahan? Bukankah aku tidak membuat ulah kali ini?" Fahri yang bingung kini mulai banyak bertanya.

" Ayah bukan menegur apalagi memarahi kamu tanpa sebab yang jelas, tapi sebagai seorang laki-laki dewasa yang harus bisa saling memahami dan menghargai". Harun kini mengelus dadanya pelan, mengurangi rasa sesak.

Fahri yang ingin segera mengetahui pembicaraan sang Ayah, kini menganggukkan kepalanya agar mempercepat waktu.

" Sepertinya selama ini Ayah melakukan kesalahan besar, dalam mendidik kamu sebagai anak laki-laki Ayah terlalu menuruti bahkan memanjakan, apakah kamu merasakan itu?" Harun ingin memvalidasi ucapan dengan pemahaman sang anak.

Fahri menganggukkan kepalanya, menyetujui ucapan sang Ayah yang memang benar.

" Bahkan terkahir kamu berani membandingkan pencapaian Kakakmu dengan orang lain dihadapan Ayah dan Ibu, apakah kamu dapat melihat bagaimana ayah mendidik dengan keras kakakmu? Berbeda sekali bukan jika dibandingkan dengan kamu?". Harun berusaha sebaik dan setenang mungkin agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

" Selama ini Ayah salah, karena mendidik Kakakmu dengan keras sampai akhirnya dia mandiri dan melewati kesulitannya seorang diri. Sedangkan kamu? Apa saja dibantu bahkan kakak yang kamu rendahkan, dialah yang banyak membantu tugas yang kamu rasa sulit bahkan sebelum mencobanya bukan?".

Fahri terdiam sejenak, mengingat kembali setiap kejadian yang telah dilewati dan itu semakin membuat dirinya tertampar dengan keras.

" Sekarang kamu sudah dewasa, selama ini Ayah merasa jika dengan membantu perjalan hidupmu adalah salah satu bentuk kasih sayang orangtua untuk anaknya. Tapi ternyata Ayah tidak melakukan itu untuk Alya, dan terbukti kamu bisa dengan mudah berbicara buruk kepada orang lain tanpa memikirkan perasaan mereka". Harun kini melanjutkan ucapan dengan suara yang lirih.

" Dalam kehidupan ada etika Fahri, bagaimana kita bisa menghargai dan dihargai. kamu akan merasa jengkel bukan jika ada seseorang yang berkata buruk padamu? Itu juga yang dirasakan Alya selama ini".

Fahri dan Harun kini sama-sama menundukkan wajahnya, suasana semakin tegang kali ini.

" Ayah tidak ingin kamu terus berada dalam kemudahan, seorang lelaki yang hidup diatas telunjuk tanpa mengetahui proses. Alya yang perempuan berjuang mati-matian bahkan sampai lupa cara mengeluh, jadi mulai sekarang cobalah untuk berusaha sendiri untuk mencapai tujuan hidup kamu". Harun kini mulai bernafas dengan tenang, setelah berhasil meredam emosinya.

" Laki-laki akan bertanggungjawab pada kehidupan masa depan, jangan sampai kamu lupa apa tujuan hidup dan apa yang ingin kamu capai dalam hidupmu". Fahri benar-benar merasa malu, karena semua ucapan sang Ayah benar adanya.

" Mulai saat ini, belajarlah bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Ayah melakukan ini karena kamu tidak selamanya bergantung pada orang lain karena kamu memiliki hak untuk hidup sesuai keinginan mu dan perjuangankanlah itu". Harun menatap dalam anak laki-laki dihadapannya.

" Apa yang Ayah inginkan dari Fahri saat ini?"

" Fahri, mengakui kesalahan itu bukan sebuah aib jika kamu salah akui dan belajar memperbaiki. Tunjukan kemampuan yang kamu miliki, raih apapun yang kamu inginkan sebagai pencapaian diri". Harun menghela nafasnya panjang.

Fahri semakin sadar kilatan memori selama ini dimana dirinya hanya bisa berada diatas telunjuknya sendiri untuk setiap tindakan yang diinginkan.

Bahkan Fahri lupa bagaimana cara menyelesaikan soal kuis dikampusnya karena terbiasa dikerjakan orang lain, bagaimana laptopnya bekerja karena setiap tugas sering dikerjakan oleh sang Kakak.

Terlalu lama menikmati kemudahan membuat Fahri lupa apa itu proses, bahkan lupa bagaimana cara menghargai orang lain.

" Ayah tidak pernah menuntut anak-anak untuk hidup sempurna, cukup belajar bertanggungjawab pada diri sendiri dan lingkungan. Tidak melanggar hukum sudah cukup bagi Ayah". Harun kini seolah hidup dalam penuh penyesalan.

" Fahri, jika ditukar apakah kamu sanggup berada di posisi Kakakmu? pernah kamu dengar dia mengeluh? Atau bahkan meminta bantuan kepada kita?".

Fahri menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, tangannya mengepal menahan rasa malu dan bersalah kali ini.

" Ayah tidak menuntut kamu untuk hidup seperti Kakakmu, semua anak memiliki potensi diri masing-masing dan Ayah akan menghargai setiap proses yang dilakukan".

Sebelum Fahri salah paham kini Harun telah menjelaskan agar tidak memperkeruh suasana.

" Selama ini ternyata aku jahat ya Yah?".

Harun yang mendengar pertanyaan sang anak kini beralih menatap dalam, ada kehangatan yang dipancarkan oleh kedua bola matanya.

" Tidak jahat, hanya saja keliru dalam bersikap dan masih bisa diperbaiki, Nak". Mendengar panggilan yang baru saja didengarnya, Fahri langsung menatap wajah sang Ayah.

Air matanya kini jatuh tanpa sempat bisa ditahan, untuk pertama kalinya Fahri mengakui dan tidak ada pembelaan yang keluar dari mulutnya.

" Aku akan memperbaiki semuanya Yah, aku akan hidup lebih baik dalam bersikap" kini tubuhnya masuk kedalam pelukan sang Ayah yang disambut dengan usapan lembut.

Menjadi orangtua memang harus banyak belajar, dan terkadang menjadi manusia perlu ada kesalahan untuk memperbaiki hal yang akan dilakukan sebagai bentuk perubahan dalam hidup.

Tidak perlu menghakimi, semua bisa dibimbing dengan obrolan hangat dari hati ke hati tanpa melibatkan emosi.

1
Wang Lee
Semangat dek
Wang Lee
Kenapa ngak bisa
Wang Lee
Biar tenang dulu iya
Wang Lee
Istirahatlah
Wang Lee
Kok diam
Wang Lee
Pasti angin sesat nih
Wang Lee
Jangan khawatir
Wang Lee
Jangan tatap
Wang Lee
Lihat aja sendiri
Wang Lee
Untuk apa
Wang Lee
Hampiri saja
Wang Lee
Kalau ngak jelas biarkan saja
Wang Lee
Rasa itu pasti timbul
Wang Lee
Terpenuhi semuanya
Wang Lee
Sudah jelas
Wang Lee
Siapa
Wang Lee
Biarkan saja
Wang Lee
mulai terlihat
Wang Lee
Semangat dek🌹🌹🌹🌹🌹
Dinar Almeera: terimakasih kakakkkuuuuu
total 1 replies
Wang Lee
Belum
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!