Tentang Jena, wanita malang yang lahir dari hasil perselingkuhan. Dulu, ayahnya berselingkuh dengan seorang pelayan dan lahirlah Jena.
Setelah ibunya meninggal, ayahnya membawanya ke rumah istri sah ayahnya dan dari situlah penderitaan Jena di mulai karena dia di benci oleh istri ayahnya dan juga Kaka tirinya.
selama ini, Jena selalu merasa sendiri. Tapi, ketika dia kuliah dia bertemu dengan Gueen, dan mereka pun bersahabat dan lagi-lagi petaka baru di mulai, di mana tanpa sengaja dia tidur dengan Kaka Joseph yang tak lain kakanya. Hingga pada akhirnya Jena mengandung.
Dan ketika dia mengandung, Josep tidak mau bertanggung jawab karena dia akan menikah dengan wanita lain. Dan kemalangan menimpa Jena lagi di mana dokter mengatakan bahwa bayi yang di kandungnya mengandung down sydrome.
Dan ketika mengetahui Jena hamil, Joseph menyuruh Jena untuk mengugurkan anak mereka, tapi Jena menolak dan lebih memilih pergi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Tadinya aku mau update satu bab lagi, tapi karena kalian gas komen jadi aku tambahin update nya. Wkwk, yuk bisa yuk 200 komen lagi.
Kalindra masuk kedalam kamar Soraya, ketika masuk kedalam kamar adiknya, Kalindra merasa sesak, apalagi sekarang dia sedang melihat bayangan Soraya yang sedang diam di sofa sambil menangis.
Tak lama, tatapan mata Kalindra langsung tertuju pada meja rias Soraya, dia pun langsung berjalan, dan ternyata di meja rias itu ada sebuah amplop, dan di amplop itu tertulis namanya. Hingga dengan cepat Kalindra membukanya, dan ternyata di amplop itu ada sepucuk surat.
“Kak, jika Kaka sudah membaca surat ini, mungkin aku sudah tidak ada di rumah. Kak, sebenarnya banyak sekali yang aku rasakan dan aku alami selama 5 tahun ini. Aku rindu Kakak, aku rindu semua, tapi aku tidak ingin pulang, aku tidak ingin ikut dengan kakak, aku lebih nyaman seperti ini. Kakak pulanglah bersama Jena dan Haura, aku akan tetap di negara ini. Percayalah kak, aku akan pulang jika aku sudah siap."
Bulir bening terjatuh dari pelupuk mata Kalindra ketika membaca surat Soraya, dia tau benar perasan macam apa yang di rasakan adiknya.
“Dad!" Panggil Gueen menyadarkan Kalindra dari lamunannya. Hingga Kalindra langsung menghapus air matanya kemudian dia tersenyum pada Gueen.
“Dad, Kau kenapa?" tanya Gueen, karena dia tahu Kalindra baru saja menangis.
Kalindra tidak menjawab, dan tak lama Gueen melihat kertas yang di pegang oleh suaminya, lalu mengambilnya dan membacanya.
Rasa sesak langsung menghantam Gueen ketika membaca surat Soraya, hanya tulisan singkat tapi membuatnya pedih, Gueen seolah bisa merasakan apa yang di rasakan oleh Soraya.
“Aku harus berbicara dengan Mommy," ucap Gueen. Baru saja dia akan berbalik, Kalindra langsung menarik lengan istrinya.
“Kenapa?" Tanya Gueen.
“Jangan sekarang, Sayang. Biar aku yang berbicara pada Mommy," jawab Kalindra, dia rasa dia yang harus maju meminta maaf jika Soraya bersalah.
Helmia menggenggam tangan Jena yang sedang menunduk, hingga Jena mengangkat kepalanya. “Jena, bibi kemari ingin mengajakmu pulang, kau tidak usah menghawatirkan apa pun, karena bibi janji, tidak akan ada yang mengganggumu, bibi akan melindungimu dadi Joseph dan Juga kedua orang tuamu," ucap Helmia.
“Bibi, bolehkah aku meminta satu permintaan pada bibi?" Tanya Jena, dia tersadar bahwa sedari tadi Helmia tidak menanyakan keberadaan Soraya.
“Katakan, kau ingin apa? Bibi akan memberikannya asal kau ikut dengan Bibi,” ucap Helmia.
“Bibi, sebenarnya Aku tidak mau mencampuri hubungan bibi dan Soraya." mendengar nama Soraya tiba-tiba wajah Helmia langsung berubah. Entah kenapa sampai saat ini Helmia masih belum bisa menerima Soraya. Walaupun dia sudah tahu apa yang dilakukan Soraya untuk cucunya. Tapi tetap saja hatinya tidak terketuk.
“Bibi mungkin Bibi bisa menganggap Soraya jahat, tapi aku dan Haura tidak akan bisa sampai sekuat ini jika tanpa Soraya," jawab Jena, tadinya dia ingin menjabarkan semua kebaikan Soraya, tapi Jena menghentikan niatnya ketika melihat raut wajah Helmia yang berubah.
“Kita tidak usah bahas dia," jawab Jena. Kaliandra merasa sesak ketika mendengar ucapan Ibu mertuanya, Karena tanpa sengaja dia mendengar pembicaraan Helmia dan juga Jena.
“Mommy.” tiba-tiba terdengar suara Kalindra hingga Helmia menoleh ke arah belakang
Kalindra langsung menghampiri Ibu mertuanya “Apa yang kau lakukan!" teriak Helmia ketika Kalindra berlutut di hadapannya.
“Aku tidak tahu seberapa besar kecewa Mommy pada adikku. Mungkin Soraya pernah membuat kesalahan sampai Mommy seperti ini. Tapi, aku juga tidak ingin menyalahkan sikap Mommy pada adikku, karena aku tahu kenangan masa lalu Mommy dan Soraya juga tidak baik. Tapi izinkan aku sebagai kakak Soraya untuk meminta maaf atas kesalahan adikku, tolong berhenti hukum dia Mommy, 12 tahun ini dia pasti kesepian. Aku mohon sekali saja Mommy mau berbicara dengannya, suruh dia pulang.”
Kalindra mengucapkan itu dengan nada memohon, berharap Ibu mertuanya luluh karena dia yakin Soraya hanya bisa menurut pada Helmia.
Dan anehnya mendengar apapun yang dikatakan oleh kalindra tentang Putri angkatnya, Helmia sama sekali tidak terketuk, dia bahkan sama sekali tidak merasa bersimpati. Entah kenapa wanita paruh baya itu begitu keras hati jika berhubungan dengan Soraya.
“Baiklah, Mommy akan berbicara dengan dia, dimana dia?” tanya Helmia, dia bertanya dengan malas, dia terpaksa menuruti Kalindra karena menghargai menantunya.
“Aku tidak tahu di mana dia, dia pergi dari rumah ini," jawab Kalindra.
“Apa!” Jena terpekik saat mendengar ucapan Kalindra.
“Maksud kakak apa?" tanya Jenna. Tadi pagi Soraya pamit untuk bekerja," ucap Jena lagi.
Kalindra memberikan surat itu, hingga pada akhirnya Jena mengambilnya dari tangan Kalindra, dan langsung membacanya. “Ya, Tuhan Soraya." jena langsung menitihkan air mata ketika melihat tulisan Soraya.
“kemarin Dia pamit ingin pergi bekerja dia bahkan rela berjalan memakai tongkat dan tidak memakai kursi rodanya," jawab Jena. Ketika mendengar itu, hati Helmia sedikit terketuk. Namun rasa egois lebih mendominasi.
“Aku akan mencari Soraya sekarang, Jena pa kau tahu tempat yang sering didatangi Soraya?” tanya Kalindra.
“ Aku tidak tahu, Soraya jarang pergi kemana-mana dia Hampir menghabiskan waktu 24 jam di rumah," jawab Jena dengan panik, dan ketika mendengar itu, Kalianda juga semakin panik, lalu Jika Jena tidak tahu, bagaimana nasib adiknya.
Kalindra bangkit dari berlututnya. “Kalau begitu aku permisi, aku akan mencari Soraya," ucap Kalianda dan ketika Kalindra sudah pergi, Jena bangkit dari duduknya.
“Bibi maaf aku harus memeriksa kamar Soraya," ucap Jena berharap dia menemukan petunjuk di mana wanita itu.
Waktu menunjukan Pukul 10.00 malam, Kaliandra dan Gueen masih belum pulang ke rumah. Sedangkan Helmia dan ZIco sudah beristirahat di kamar tamu, dan di Jenna tentu saja tidur di kamar bersama Haura.
“Mommy!" Panggil Haura ketika Jena menatapnya.
“Kenapa hmm?” tanya Jena.
“Mommy mereka siapa?” tanya Haura lagi. Jena tersenyum, jarang sekali Haura bertanya panjang lebar seperti ini, walaupun hanya tiga kalimat tapi itu adalah hal yang sangat menakjubkan bagi Jena.
“Itu kakek dan nenek," jawab Jena, sedari tadi Setelah melihat Helmia, Haura langsung pergi ke kamar, gadis itu tidak mau di temui oleh siapapun, jika kemarin Haura mau di dekati oleh Zico, tapi tadi Haura menghindar dari kakeknya, dan beruntung semuanya mengerti tentang sikap Haura.
“Mommy, Bibi Soraya mana?" tanya Haura lagi dan ketika mendengar pernyataan itu, Jena ingin sekali menangis. Rasanya dia juga ingin ikut mencari Soraya, tapi dia tidak mungkin meninggalkan Haura, dan dia berharap kalindra dan Gueen segera menemukan Soraya.
“Bibi Soraya sedang bekerja. Ayo tidur ini, Sudah malam," ucap Jena, hingga Haura pun mengangguk.
***
"I-ini, anak siapa?" tanya Kayra yang berpura-pura tidak tau, hingga Joseph tersadar, dia langsung menoleh ke arah Kayra.
''Sepertinya, itu anak Jena,'' jawab Joseph, dia langsung menghampiri Kayra kemudian menarik lembut tangan wanita itu membawanya untuk duduk di sofa.
"Ternyata anak Jena normal, apa setelah ini kau akan mengakuinya?" tanya Kayra memastikan, jantung Kayra seperti akan keluar dari rongga dadanya ketika bertanya seperti itu, dia takur mendengar jawaban Joseph.
Joseph mengelus perut Kayra, "Anakku hanya ini,'' jawab Joseph, membuat Kayra diam- diam tersenyum, beruntung dia melakukan rencananya dengan cepat, jika dia belum mengatakan dia hamil, bisa saja jawaban Joseph akan berbeda.
''Lalu bagaimana dengan mommy dan Guen, mereka bahkan mengatakan tidak mau mengakui anak ini,'' ucap Kayra lagi, wajahnya terlihat sangat sendu, tentu saja itu hanya aking.
"jangan khawatir sayang, aku rasa semua akan membaik setelah berjalannya waktu," jawab Joseph, walaupun dia sendiri tidak yakin dengan ucapannya.
Hingga tiba-tiba Kayra terpikirkan sebuah ide yang bisa membuat ibu mertuanya memaafkan mereka. krena bagaimana pun dia tidak mau ibu mertuanya dan adik iparnya menjauhinya.
''Baby, aku punya ide bagus agar mommy dan Gueen memaafkan kita,'' balas Joseph membuat Joseph mengerutkan keningnya.