Cintaku, Mentok Di Perjaka Tua

Rinjani yang mendapat kabar bahwa Charles sedang di negara tetangga tetap memilih pulang ke rumah mereka. Padahal Charles meminta Jani untuk pulang ke kediaman Dwilaga tapi Jani enggan.

Dua hari tinggal di rumah Charles membuat Jani merasa nyaman. Dia bebas melakukan apapun yang diinginkan. Jika di rumah ia akan sering diganggu oleh Andra, abangnya maka jelas di rumah sang suami dia bisa santai tanpa gangguan. Tapi Jani merindukan juga masakan sang bunda.

" Huftt, pengen makan rawon buatan bunda. Kangen, bikin aja kali ya. Magriban dulu."

Jani mengambil wudhu lali melaksanakan kewajiban 3 rakaat. Sebenarnya tadi ia ingin mengajak Tari untuk menginap tapi Jani ingat aturan Charles bahwa mereka tidak boleh membawa teman untuk datang menginap di rumah. Akhirnya Jani pun urung.

" Let's cook rawon!!"

Jani sungguh suka memasak, jika boleh memilih antara mengerjakan tugas kuliah atau memasak jelas gadis itu akan memilih memasak.

" Kok dulu aku nggak ambil jurusan boga aja sih ya. Malah amb jurusan manajemen keuangan. Mana nggak ngarti lagi itung-itungan."

Jani menggerutu di sela-sela kegiatannya meracik bumbu rawon. Satu hal yang disukai Jani di rumah Charles, di sana ada ulekan dan cobek. Jani lebih suka memang membuat bumbu langsung diulek ketimbang diblender, lebih sedap katanya.

Ting tong

Bunyi bel pintu rumah berbunyi. Jani mengerucutkan bibirnya, dari tadi pagi setiap ia tengah memasak di dapur selalu saja ada tamu yang datang. " Kali ini siapa?" gumam Jani sambil berjalan menuju pintu.

Satu hal yang harus ia pastikan dan juga tidak boleh sembarangan apalagi ini sudah malam jadi dia akan melihat terlebih dulu melalui monitor yang terhubung antara depan pintu dan dalam rumah. Dari dalam rumah Jani bisa melihat siapa tamu yang datang.

Jani tersenyum simpul saat melihat kembali wanita yang tadi pagi datang ke rumahnya. Ya wanita itu adalah Agatha Cyntia. Tapi ada hal yang aneh, Agatha tidak datang sendirian. Jani menjadi menaruh sedikit curiga kepada wanita yang masih mengharapkan suaminya itu. Meskipun mereka hanya sebatas nikah diatas perjanjian, tapi Jani tidak akan membiarkan siapapun mengganggu pernikahannya selama setahun ini.

" Mau apa dia kemari dengan membawa teman?"

Jani jadi urung mau membuka pintu. Sedangkan Agatha kembali menekan bel rumah Jani karena tak kunjung dibuka. Merasa kesal, Agatha kemudian menggedor pintu rumah tersebut.

Duagh duagh duagh

" Hei bocah, buka pintunya, ada yang mau gue omongin."

Diam, Jani tidak menanggapi apa yang Agatha katakan. Wanita itu kembali mengulang apa yang dia lakukan. Bahkan kali ini dia meminta orang yang datang bersamanya untuk berusaha membuka pintu rumah Charles.

Klek klek klek

Di dalam rumah Jani merasa sedikit terkejut. Ada rasa takut yang menghampiri dirinya. Sebuah tanya pun hinggap di kepala Jani." Mau apa wanita itu, apa dia nekat mau menyakitiku?"

Jani berlari ke dalam dan mengambil ponsel. Ia hendak menghubungi siapa, dia sendiri kebingungan. Tapi satu yang pasti, Jani mengambil sebuah teflon untuknya berjaga-jaga. Ia merasa Agatha akan melakukan sesuatu yang buruk terhadapnya.

Di luar Agtha terus meminta orang yang dia bawa itu untuk berusaha membuka pintu. Ia harus bisa masuk, rasanya tidak sabar untuk memberi pelajaran kepada gadis yang ada di dalam rumah Charles itu. Setelah berpikir Agatha mengambil kesimpulan akhir bahwa gadis tersebut memang benar istri Charles. Rasa marah dan tidak suka langsung menyeruak dari dalam dirinya.

" Bisa nggak sih Sean, bobol pintu aja kamu nggak bisa. Lemah amat."

" Baby, aku kuat jika berada di atasmu. Kalau begini, tck tck tck. Lagian kamu mau apa sih ngerusak pintu rumah orang."

Agatha memutar bola matanya malas mendengar ucapan Sean. Sean selalu bicara frontal mengenai hubungan mereka yang kadang Agatha tidak suka. Sungguh sangat berbeda ketika mereka melakukannya di atas ranjang.

Sean terus berusaha untuk mendobrak pintu rumah Charles. Bahkan kali ini Agatha ikut serta.

" Apa yang kalian lakukan di rumah ku hah!"

Glek

Agatha menelan saliva nya dengan susah payah. Ia langsung menoleh ke arah sumber suara. Agatha jelas tahu siapa pemilik suara itu. Sedangkan Sean membulatkan matanya melihat siapa yang berdiri di belakang tak jauh dari dirinya.

" Tu-tuan Charles. Me-mengapa Anda di sini?"

" Aku yang tanya apa yang kalian lakukan pada pintu rumahku?"

Sean jelas bingung. Ia sungguh tidak tahu bahwa rumah yang sedang berusaha ia buka paksa pintunya itu adalah rumah milik CEO perusahaan tempat ia bekerja sebagai model produknya.

Tatapan tajam penuh tanya Sean tujukan kepada Agatha. Wanita itu hanya diam tanpa bicara sedikitpun.

Tidak ingin ini semakin panjang, Sean memilih pamit undur diri dan meminta maaf. Persetan dengan Agatha yang saat ini berdiri mematung. " Maaf tuan, sepertinya saya salah duga. Saya mohon pamit, dan saya berjanji ini akan jadi kesalahan saya yang terkahir. Sekali lagi maaf tuan."

Sean masuk ke dalam mobil lalu segera melajukan mobilnya dengan cepat. Ia sungguh tidak tahu ada hubungan apa partner ranjangnya itu dengan pemilik perusahaan tempat ia bekerja sebagai model. Pria itu merutuki kebodohannya yang kurang mencari informasi.

Di depan rumah, Charles sungguh marah dengan apa yang di lakukan Agatha. Turun dari pesawat tadi Charles langsung memeriksa kamera pengawas. Perasaannya tidak enak selama terbang dari negara sebelah ke tanah air. Awalnya Charles akan pulang besok tapi dia sungguh khawatir kepada Jani. Dan kekhawatiran terbukti dengan ulah Agatha itu. Beruntung jalanan lancar jadi Charles bisa lebih cepat sampai ke rumah.

" Apa yang akan kau lakukan hah!"

" Honey, aku hanya ingin memberi pelajaran pada gadis itu. Dia tidak pantas untukmu?"

" Pelajaran? Tidak pantas untukku? Lalu yang pantas siapa? Kamu? Kamu yang diam-diam punya pria lain bahkan saat kita masih bersama begitu? Stop mengganggu Jani. Dia istriku sekarang. Jika kamu terus mengusiknya maka aku tidak segan melakukan sesuatu yang aku yakin akan membuatmu menyesal."

Charles memasukkan sandi dan masuk ke dalam rumah. Mengacuhkan Agatha yang terkejut mendengarkan ucapan yang keluar dari mulutnya.

" Hiyaaaa."

" Jani stop ini aku."

" Om!"

Reflek, Jani langsung memeluk Charles yang berdiri di depannya. Ia merasakan sebuah kelegaan yang luar biasa. Rasa takut itu langsung menguap saat melihat sosok suaminya itu.

" Apa takut hmmm? Maafkan aku yang datang terlambat."

Charles mengusap rambut dan punggung Jani. Ia bisa merasakan tubuh gadis itu bergetar. Sejenak Jani larut dalam pelukan hangat Charles. Namun dengan segera ia melepaskannya.

" Ini tidak benar, ini pelukan ini terlalu nyaman dan bisa membahayakan," gumam Jani lirih.

TBC

Bonus lah ya up 2 bab. Hehhehe

Sambil nunggu up banyak silahkan mampir ke karya othor yang lain ya teman-teman.